Chapter 4

1 0 0
                                    

Ditempat terbuka jalan dari sebuah gang kecil yang masuk ke dalam perumahan warga biasa, jalan buntu tidak menuju manapun, ramai dengan beberapa orang yang saling mondar mandir.

Bukan tanpa alasan ada orang orang tersebut, adanya garis kuning memanjang disekitar area itu, orang orang itu memeriksa tempat kejadian.

"bagaimana kak?"

"ha.... Kita biarin autopsy berlangsung dulu nanti, disini kita sedikit dapet petunjuk"

Yuna merasakan kelalahan dari Rian yang memandang tempat kejadian pembunuhan itu.

"tapi orang itu beneran salah satu orang kita kan kak?"

"iya gasalah lagi..., hanya berbeda tempat ditugaskan."

"...."

Sepertinya ada suatu yang bermasalah dari maksud kalimat Rian, dengan wajah penasaran memperhatikan kearah wajah nya Yuna bertanya tanya apa maksudnya.

"ayo balik"

"hm....yaa"

Yuna tidak menanyakan hal itu, tapi seharusnya Rian sadar dari wajah yuna.

("mungkin tidak disini")

Ada beberapa hal dalam benak Yuna tentang kejadian ini yang membuatnya berspekulasi.

Kasus ini sudah semacam rantai yang tidaak terputus dari banyaknya rekan yang mati dari Lembaga penegak hukum.

"jadi kita mau kemana Kak?"

"ke kantor"

Keduanya masuk kedalam mobil dan segera lekas pergi dari tempat kejadian tanpa basa basi lagi.

HQ tempat biasa para hunter menuju ketempat lain yang ada diseberang Dunia sebagai gerbang penghubung.

Rian dan yuna melihat masih begitu ramai nya HQ seakan akan waktu itu berhenti tidak pernah bersitirahat dari panjangnya hari.

"tunggu kak"

"..."

Yuna dengan bergegas menutup pintu mobil, berlari dibelakang Rian memasuki pintu lift

Rian nampak terlihat begitu diam semenjak tadi, meskipun emang dia seorang yang pendiam namun dalam pandangan nya Rian seperti lebih menyeramkan dari biasanya.

"kak... jadi menurut kakak apa dia bagian intel kita yang ditugasin?"

"hm?"

Mulutnya terasa masam memperhatikan Rian yang memandang nya setelah bertanya, Pandangan ringan namun entah kenapa membuatnya tidak nyaman.

"apa... mungkin dia sebenarnya intel yang masuk kedalam Lembaga kita?"

Sesaat berbicara, Yuna melihat tangan Rian keatas mendekat kewajah nya, yang sontak membat ia menutup mata dengan reflek.

Pluk

Tangan Rian jatuh diatas kepala yuna, dan dengan pelan Yuna bisa merasakan kehangatan tanganya yang mengelus kekepala.

Rasanya begitu merona merah pada wajah yuna saat merasakannya.

"berhati hati kalau berbicaraa... kamu masih baru juga, lain kali jangan berbicara seperti itu"

"ah...iya baik kak!"

Yuna saat awal berbicara gagap dan tanpa sadar dengan kencang berteriak diakhir kalimat.

Ia bisa melhat dengan malu nya Rian tersenyum karena itu.

"Kalau kamu punya kecurigaan seperti itu sebaiknya kamu simpen sendiri, kita gak tahu siapa lawan dan kawan kita yang sebenarnya"

AmurokoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt