Bab 2

9.9K 54 0
                                    

Malam-malam buta Syera terbangun dari tidurnya karena Syima dan Raihan terdengar sedang bertengkar. Awalnya malas untuk kepo tetapi setelah mendengar Syima sesegukan membuat Syera berlari keluar.

Syera mulai mencemaskan Syima kakaknya. Tetapi setelah berada di anak tangga terakhir, Syera tidak sengaja mendengar Syima membentak Raihan.

"Aku telah lama menginginkan pekerjaan ini Mas, tapi Mas menyuruhku untuk berhenti dan aku tidak akan pernah mau!" bentak Syima.

Raihan terkejut mendengar istrinya berani membentaknya. Baru kali ini Syima berkata seperti itu.

"Syima! Mas ini suamimu, mas tidak pernah mengajarkanmu berbicara seperti itu!" ujar Raihan.

Syima seperti orang kesurupan saat ini karena tangisannya semakin menjadi-jadi. Jika tetangga mendengar pasti akan mengira Raihan telah berlaku kasar pada Syima.

Entah kenapa Syima berperilaku seperti itu hingga Raihan semakin curiga bahwa bukan karena pekerjaan tetapi karena selingkuh Syima tidak ingin berhenti kerja.

Raihan mengepalkan kedua tanganya hingga tiba-tiba Raihan melayangkan bogem ke arah tembok dinding pembatas antara ruang makan dan ruang tamu.

Syera dan Syima sama-sama dibuat kaget karena selama ini semarah apa pun Raihan, dia tidak pernah bertindak seperti itu. Raihan memang tipe pria yang marah hanya lebih memilih diam dan tidur karena tidak mau memperpanjang masalah.

Tidak hanya sekali Raihan melayang bogem mentah di tembok dinding tetapi berkali-kali sehingga tangannya mengeluarkan darah.

Syima hanya terpaku melihat tetapi tidak ada niat untuk menghentikan suaminya, hingga tiba-tiba Syera muncul dan menarik tangan Raihan lalu mencoba mendorong keras Raihan agar menjauh dari dinding tembok itu.

"KAK! Kakak sudah gila? Ini tangan Kakak sampai berdarah!" teriak Syera karena merasa ngeri melihat darah yang mengalir begitu banyak sehingga mengena dinding itu.

Syera menoleh menatap tajam ke arah Syima yang hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa. Dia merasa aneh karena sang Kakak tidak coba menghentikan Raihan.

Raihan terlihat diam dan menundukkan wajah, rasa menyesal dan kecewa sudah menyelubungi hatinya. Tangan dan tubuh Raihan terlihat bergetar hingga dia terduduk di atas lantai karena tiba-tiba dia merasa kakinya seolah tidak kuat.

"Kalian kenapa sih? Kak Syima, kenapa Kakak hanya di situ? Kakak tidak melihat suami Kakak ini terluka?" tanya Syera dengan pertanyan beruntun.

Syima masih tidak menjawab dia hanya diam tanpa raut cemas pada wajahnya. Jujur saja Syima sudah kehilangan perasaannya terhadap Raihan karena saat ini dia sedang memupuk benih cinta bersama sang atasannya.

"Kak?" panggil Syera lagi karena Syima tidak merespon sedikit pun ucapannya.

Akhirnya Syima menoleh ke arah Syera dengan wajah datar.
"Jangan masuk campur kamu anak kecil!" ucap Syima dingin dan berlalu meninggalkan Raihan dan Syera yang masih ada  di ruang tamu itu.

Syera mendengus kesal, lalu segera menuju ke arah lemari tv untuk mengambil kotak p3k. Syera kini duduk berhadapan dengan sang Kakak ipar.

"Kak, kemarikan tanganmu," ucap Syera.

"Tidak perlu Syera," tolak Raihan dengan suara sendu.

Raihan masih berpikir waras saat ini, dia tidak mau memanfaatkan kesempatan untuk bersentuhan dengan adik iparnya.

"Sini!" Syera langsung saja menarik tangan Raihan lalu meringgis ngilu.

"Sakit ya? Maaf aku akan perlahan ya Kak," lanjut Syera lagi.

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now