Bab 18

2.6K 36 0
                                    

Syera merebahkan dirinya di atas kasur empuk  di dalam kamarnya.  Pikirannya hanya tertuju kepada Raihan dan Syima,  Adakah Syima dan Raihan sudah berbaikan ataupun sebaliknya.

Jikalau mereka sudah berbaikan berarti usaha Raihan selama beberapa hari ini semuanya sia-sia.  Syera menghela nafas panjang.

"Bagaimana kalau mereka benar-benar berbaikan, aku harus berbuat apa  sedangkan, hatiku sudah terikat dengan Raihan." Syera berkata lalu kembali duduk.

Syera Coba memikirkan solusinya karena Raihan juga tidak mengabarinya tentang hubungan Raihan dengan Syima. Namun, kali ini Syera tidak ingin melepaskan Raihan apalagi Raihan telah berjanji kepadanya untuk menceraikan Syima.

Syera hanya tinggal menunggu kabar dari Raihan, walaupun Raihan belum berkata tentang perasaannya terhadap Syera. Dia yakin Raihan juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Kini Sera bergegas masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap hendak turun makan malam. Walaupun dia terpaksa harus berhadapan dengan Syima yang menurutnya sudah berubah.

Setelah selesai mandi dan berganti Syera langsung turun untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar. Sewaktu menuruni tangga Syera berpapasan dengan Raihan.

Raihan menatap Syera dengan tatapan sendu tetapi tidak dengan Syera yang mengabaikannya. Syera sengaja bersikap cuek, agar Raihan mendekatinya.

"Syer, tunggu." Raihan memanggil Syera lalu mendekatinya.

Syera pun berhenti dan menoleh ke arah Raihan. Tatapan Sera terlihat begitu tidak bersahabat, mungkin karena rasa cemburu dengan apa yang dia lihat sore tadi.

Setelah Raihan sudah berhadapan dengan Syera. Raihan langsung menggapai tangan Syera dan menggenggamnya.

" Tolong jangan menjauhiku, aku akan selesaikan masalahku dengan Syima. Kamu tunggu saja sebentar, pasti akan ada jalannya untuk kita berdua," ucap Raihan dengan bersungguh-sungguh.

"Baiklah aku akan tetap menunggu tapi tolong jangan membohongiku atau aku akan benar-benar pergi," jawab Syera.

Raihan mengangguk dengan bersemangat, Walaupun dia belum tahu alasan apa yang akan dia buat untuk berpisah dengan Syima.

Entah kenapa, Raihan juga tidak ingin kehilangan Syera. Perasaan itu dia sudah merasakan sejak beberapa minggu yang lalu.

'Apa mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Syera?' tanya Raihan dalam hati.

Beberapa menit kemudian, dulu turun ke ruang makan agar tidak memancing kecurigaan Syima. Namun, setelah berada di ruang makan, Syima menatap sinis ke arah Syera.

"Mas Raihan mana?" tanya Syima dengan ketus.

"Lah, kenapa tanya padaku dia kan suamimu Kak," jawab Syera tidak kalah ketusnya.

"Iya ya, kenapa aku harus bertanya padamu? Padahal kamu bukan siapa-siapa di dalam rumahtanggaku," Syima berkata lagi lalu langsung saja keluar dari ruang makan.

'Ck, mujur saja Kak Raihan menyuruhku untuk tidak terlalu meladeni kak Syima,' batin Syera.

Sementara itu, Syima bergegas menuju ke kamar mereka untuk memanggil Raihan makan malam. Syima melakukan seperti seorang istri yang berbakti.

Baru saja Syima hendak mengetuk pintu kamar Raihan sudah membukanya lebih dulu. Syima segera menunjukkan wajah manisnya.

"Mas, makan yuk. Aku sudah memasak makanan kesukaanmu," ujar Syima.

"Baiklah ayo," jawab Raihan.

Raihan mengulas senyumannya yang tipis. Dia tidak tahu kenapa Syima berubah seperti ini, padahal biasanya Syima tidak suka memasuki dapur dan hanya mengharapkan makanan cepat saji.

Syima menggandeng lengan Raihan. Dia merasa puas karena Raihan sama sekali tidak menolak dan tidak mencurigai gerak-geriknya.

Saat ini mereka sedang makan bersama di dalam ruang makan. Syera duduk di kursi yang agak jauh dari Raihan dan Syima. Hatinya merasa sedikit panas melihat kemesraan Raihan dan Syima.

Dengan cepat Syera menghabiskan makanannya dan kembali ke kamar. Di dalam kamar Syera menggerutu sendiri karena merasa begitu kesal dan cemburu.

"Ck, kalau begini lebih baik aku tinggal di luar saja untuk sementara. Lagi pula, Kak Raihan pasti ingin waktu untuk bersama Kak Syima sebelum mereka benar-benar berpisah," ucap Syera lirih.

Syera kini menatap dirinya di hadapan cermin lalu tersenyum. Dia merasa puas karena apa yang dia inginkan tentang perasaannya akan tercapai.

"Eh tunggu, aku harus memastikan bahwa Kak Raihan memiliki perasaan yang sama denganku," ujar Syera lagi.

Syera pun keluar dari kamarnya, dia ingin mencari kesempatan untuk bisa berbicara dengan Raihan lagi. Setelah menuruni anak tangga Syera segera menuju ke ruang tengah.

Syera tidak melihat ada siapa di sana, dia pun memasuki ruang makan lagi. Ternyata masih sama tidak ada sesiapa juga di sana. Syera mengernyitkan dahinya.

"Padahal aku naik ke atas belum sampai 10 menit, kok bisa mereka sudah tidak ada di bawah. Apa segitunya Raihan merindukan tubuh Kak Syima hingga ingin cepat-cepat memasuki kamar." Syera berkata sambil menghentakkan kakinya.

Sementara masih asyik menggerutu karena kesal, tiba-tiba sepasang tangan melingkari pinggangnya lalu memeluknya dari belakang.

Syera tahu siapa yang berada di belakangnya, dia tersenyum.
"Kenapa di sini? Tidak takut ketahuan oleh istri?" tanya Syera.

"Aku merindukanmu Syera, tunggu aku di kamar seperti biasa." Raihan berbisik di di telinga Syera lalu mengecup pipi mulus Syera.

"Jangan terlalu lama, aku tidak bisa tidur tanpa Kakak," pesan Syera.

"Baiklah Sayang," jawab Raihan.

Syera pun bergegas kembali ke kamar untuk bersiap-siap sambil menunggu kedatangan Raihan.

Syera tidak ingin kalah dengan Syima. Walaupun dia tahu, hari ini Raihan tidak akan menyentuh Syima karena tadi Raihan juga sempat memberitahunya bahwa Raihan akan membuatkan Syima coklat hangat dicampur dengan obat tidur dengan dosis yang tinggi.

Hal itu, membuat Syera sedikit bersemangat karena Raihan lebih memilih dirinya berbanding Syima. 

Oleh itu, Syera sengaja mengenakan BH dan celana dalam saja lalu menutupi dirinya di balik selimut tebal. Syera akan membuat Raihan tidak bisa melupakan dirinya.

Walaupun merasa dirinya begitu egois, tetapi Syima lebih jahat dibandingkan dirinya. Begitulah pikiran Syera, biarpun juga tetap salah karena menjalinkan hubungan dengan seorang pria yang bukan halal baginya apalagi pria itu merupakan kakak iparnya sendiri.

Syera tidak ingin memikirkan hal itu, karena tidak ada manusia yang begitu sempurna. Oleh itu, dia hanya mengikuti alurnya saja. Jika benar Raihan adalah untuk dirinya pasti suatu saat nanti mereka akan tetap bersama.

Namun, jika Raihan tidak ditakdirkan untuk dirinya kemungkinan Syera lebih memilih untuk menjauhi Raihan dan Syima tidak lupa juga keluarganya.

Untuk saat ini, Syera sangat berharap bisa bersama Raihan.

Hampir satu jam menunggu, Raihan memasuki kamar Syera dengan wajah sumringah. Raihan tahu Syera telah menyiapkan sesuatu untuknya.

Raihan menarik selimut Syera lalu tergoda dengan pemandangan yang disajikan.
"Kau ingin menggodaku? Berarti kau harus memuaskanku," ujar Raihan.

"Kakakbisa melakukan sesukamu Kak tapi sebelum itu Kakak harus menjawab pertanyaanku," ucap Syera.

"Ok, tanya saja. Cepat aku sudah tidak sabar ingin mencicipimu lagi," sahut Raihan.

Syera tersenyum.
"Kak, apa Kakak mencintaiku?"

--Tbc--

Ps : Jangan lupa Vote dan komen yah guys yah. Sekalian author mau minta saran, apa layak Syera bersama Raihan?
Yuk jawab yuk🥰🥰

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now