Bab 17

2.9K 29 9
                                    

Flashback on...

Ahmad masih berada di dalam kamar mandi, padahal sudah hampir 30 menit. Biasanya Ahmad jarang mandi begitu lama, paling lambat saja 20 menit, Ririn sudah menghafal sifat sang suaminya itu tapi aneh saja hari ini.

Ririn sudah menghapus pikiran negatifnya, dia pikir dia harus mempercayai sang suami. Kini, Ririn sedang mengemasi tempat tidur mereka agar sebentar tidur mereka lebih enak.

Sewaktu sedang menunggu Ahmad, tiba-tiba ponsel Ahmad berbunyi berapa kali. Ririn coba mengabaikan saja tetapi, entah kenapa timbul rasa penasaran.

Lagi pula, siapa yang menghubungi Ahmad jauh malam begini. Akhirnya, Ririn mengambil ponsel Ahmad yang berada di atas nakas.

Panggilan atas nama sekretaris Syima yang menghubungi Ahmad. Ririn tidak segera menjawab dia malah membiarkan ponsel itu berdering hingga berhenti sendiri.

"Ck, tidak jelas." Ririn menggerutu lalu meletakkan kembali ponsel Ahmad di atas nakas.

Selang berapa menit, bunyi notifikasi beruntun masuk ke ponsel Ahmad. Ririn kembali mengambil ponsel Ahmad untuk melihat notifikasi tersebut.

Sekali lagi, Ririn melihat notifikasi yang berupa pesan whatsapp muncul nama sekretaris Syima. Dorongan hati Ririn menyuruhnya untuk membuka pesan tersebut.

Mujur saja, ponsel Ahmad tidak menggunakan sandi maupun pin. Hal itu membuat Ririn leluasa memeriksa ponsel Ahmad dan ini baru kali pertama dia memeriksa ponsel milik suaminya.

Setelah pesan terbuka, mata Ririn melotot karena isi pesan benar-benar membuatnya kaget.

_Sayang, baby ada pesan makanan junkfood tapi Sayang jangan makan karena itu khusus untuk wanita itu. Ingat jangan cicipi ya karena baby sudah meletakkan obat tidur di dalam makanan dan minuman itu. Biar sebentar kita tuntaskan apa yang sempat tergantung tadi. Kamar 014 lantai 3._

Begitulah isi pesan dari sekretaris Syima. Ririn mengepalkan tangannya, dada Ririn terasa memanas begitu juga dengan matanya.

Ririn membalas pesan tersebut lalu menghapus pesan itu. Ririn menghela nafas yang begitu berat. Ternyata benar kata teman-temannya tentang Ahmad yang berselingkuh.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Ahmad keluar dengan wajah yang segar. Mujur saja, Ririn telah meletakkan kembali ponsel Ahmad di atas nakas.

Berapa menit kemudian, pintu kamar mereka diketuk. Ahmad mengernyitkan dahinya lalu menoleh ke arah Ririn tetapi Ririn malah berpura-pura fokus menatap ponselnya.

Ahmad menghela nafas panjang lalu segera membuka pintu kamar dan dia menerima makanan dari seorang penghantar.

"Sayang, kamu pesan makanan?" tanya Ahmad dari arah pintu kamar.

"I-iya aku pesan untuk Abang, mungkin saja Abang belum makan," sahut Ririn berkelit.

Ahmad tersenyum kebetulan memang dirinya sangat lapar. Namun, sedikit aneh karena Ririn memesan junkfood padahal Ririn tahu dia tidak menyukai junkfood di makan tengah malam.

Ahmad mengangkat bahunya, mungkin pikirnya sudah tidak ada restoran biasa yang menggunakan jasa hantar malam-malam begini. Tanpa banyak bertanya Ahmad mengeluarkan makanan itu dari dalam kresek.

"Kamu tidak makan?" tanya Ahmad sebelum mulai memakan makanan itu.

"Aku sudah kenyang, Abang makan saja," jawab Ririn sambil tersenyum.

Ahmad mengangguk dan tanpa pikir panjang, dia langsung menyantap semua makanan dan minuman itu. Setelah merasa kenyang, mata Ahmad tiba-tiba terasa berat dan kepalanya mulai pusing.

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now