Bab 4

9.4K 45 0
                                    

Raihan masih ragu dengan rencananya akan menjebak Syera sebagai pembalasan dendamnya terhadap Syima. Namun, kala mengingat kejadian seminggu yang lalu, dia kembali dilanda kemarahan.

Raihan sangat yakin, Syima cuma beralasan untuk meeting di luar kota. Oleh itu, Raihan tetap memilih menjalankan rencananya dan akan membuat Syima hancur dan menyesal dengan pengkhianatannya.

Saat ini Raihan telah pulang dari kantor dan tumben saja hari ini mobil milik sang istri sudah terparkir di garansi rumah mereka. Biasanya Syima akan pulang di atas jam 8 malam dan saat ini baru saja jam 6 sore.

Raihan melangkah masuk dan seperti biasa dia akan melihat pemandang anak-anaknya sedang menonton tv bersama Syera dan Bibik pengasuh.

"Selamat sore," sapa Raihan.

"Selamat sore juga Papa," teriak kedua anak kembar yang berumur 2 tahun setengah itu.

"Selamat sore juga Tuan," jawab Bibik tersenyum hormat.

Syera tidak memperdulikan Raihan, seperti kebiasaannya dia lebih cuek. Apalagi tadi dia mendapat nasihat dari temannya itu, bahwa perasaan yang Syera miliki ini tidak pantas.

Bagi Syera tidak ada salahnya jika sekadar mengagumi saja, bukan dia inginkan Raihan untuk menjadi miliknya. Apalagi dia sadar Raihan merupakan Kakak iparnya tetapi Nora tetap melarangnya untuk dia mengagumi karena satu dan dua hal.

Oleh itu, Syera memilih cuek dan diam saja. Dia berharap perasaan yang dia miliki saat ini bisa menghilang tapi kala mengingat senyuman Raihan, entah kenapa dia merasa sangat bahagia.

"Oh ya, saya ada beli makanan dan cemilan masih ada di mobil, sebentar Bibik ambil ya. Berikan pada Aiman dan Aizan, untuk Syera dan Bibik juga ada. Kalau begitu saya ke atas dulu," ucap Raihan dengan senyuman sambil menatap ke arah Syera sekilas.

"Baiklah Tuan, terima kasih," sahut Bibik lalu segera menuju ke mobil sang majikan.

'Sialan kenapa suaranya membuat bulu kudukku merinding dan hatiku seperti mengembang, apa aku benar-benar jatuh cinta,' batin Syera sambil memejamkan matanya setelah Raihan berlalu pergi.

Raihan memasuki kamar mereka, dia melihat Syima sibuk mengemasi pakaian untuk di masukkan ke dalam koper.

"Selamat sore Sayang, tumben awal pulang," tegur Raihan pada Syima.

"Eh, Mas sudah pulang. Selamat sore juga, ini kan aku besok berangkat jam 5 subuh soalnya besok pesawat jam 7 berangkat makanya aku pulang awal untuk beres-beres pakaian," jawab Syima dengan senyuman pada bibirnya.

"Oh, berapa orang yang pergi? Maksudnya berapa orang cowok dan berapa orang cewek?" tanya Raihan.

"2 cewek dan 2 cowok Mas," jawab Syima.

"Berpasangan berarti." Raihan duduk di bibir ranjang sambil menatap Syima.

"Ish kebetulan saja Mas, apa Mas cemburu? Jangan khawatir Mas, aku hanya untuk Mas selamanya," sahut Syima tanpa menatap Raihan.

Raihan berdiri mendekati Syima, saat ini Raihan berdiri di belakang Syima. Jujur saja saat ini gha*rahnya sudah mulai meningkat. Tidak dipungkiri lekuk tubuh istrinya masih seperti wanita yang belum mempunyai anak karena Syima memang selalu menjadi keawetan tubuh dan wajahnya.

"Sayang, kita sudah lama tidak main loh. Kita main yuk," bisik Raihan dengan suara seraknya.

Bulu tengkuk Syima merinding, jujur saja dia merindukan sentuhan Raihan suaminya tetapi Syima lebih memilih menahan keinginannya karena dia harus mempunyai energi yang banyak untuk mendapatkan sentuhan yang lebih dari atasannya.

Syima memutar tubuhnya hingga kini dia berhadapan dengan Raihan.
"Mas, besok perjalananku jauh Mas. Masa Mas, tega membuat aku kecapean," jawab Syima.

"Satu ronde tidak membuatmu lelah Sayang," ujar Raihan kini.

Syima tetap menolak untuk berhubungan badan dengan Raihan, hingga dia memberi saran akan memuaskan suaminya menggunakan mulutnya saja karena Raihan sudah terlanjur ingin menuntaskan bira*inya.

"Mas tidak mau pakai mulut Sayang, Mas mau gua milikmu," ucap Raihan lagi.

Akhirnya Syima harus merelakan dirinya untuk melakukan hubungan suami istri karena dia tahu Raihan tidak akan pernah mengalah untuk soalnya ini apalagi sudah hampir sebulan dia sering menolak ajakan suaminya itu.

Selama permainan ran*ang berlaku, Syima yang tadinya menolak kini mengeluarkan suara des**an kenikmatan. Tanpa keduanya sadar ada sepasang mata yang sedang memperhatikan kegiatan panas mereka lewat celah pintu kamar.

....

Keesokannya, Syima berangkat jam 5 subuh seperti yang dia katakan, mobilnya dia tinggalkan di rumah karena ada temannya yang menjemputnya.

Syima juga melarang Raihan untuk menghantarnya sampai ke depan rumah dengan alasan masih terlalu pagi. Raihan juga hanya mengangguk setuju karena memang dia sedikit kecapean apalagi dengan permainan semalam yang menguras tenaganya karena berlanjutan sehingga jam 2 pagi.

Mobio yang menjemput Syima sudah berada di luar pagar rumah, Syima pamit dengan Raihan dan tidak dengan anak-anaknya. Syima seolah lupa dia mempunyai anak karena ingin mengejar pria yang menjemputnya saat ini.

"Selamat pagi Sayang," ucap Syima setelah masuk ke dalam mobil jemputan itu.

"Selamat pagi Baby, kita jalan yuk." Seorang Pria mengecup bibir Syima sekilas lalu langsung mengerakkan mobilnya menuju tempat tujuan mereka.

Sedangkan di dalam kamar Raihan, dia telah memperhatikan mobil yang menjemput Syima, sehingga dia melihat pemandangan yang menyakitkan mata.

"Sialan! Aku akan buat kau menyesal Syima!" ucap Raihan dengan emosi yang membara.

Pagi ini Raihan bersiap cepat untuk pergi ke kantor awal pagi karena modenya yang sudah hancur harus dibawa dengan kesibukan agar tidak menjadi pikiran.

Lagi pula, sebelum dia melancarkan rencananya dia ingin kepalanya dalam keadaan dingin dan tidak beremosi. Dia tidak mau mengasari Syera dengan emosinya.

Sedangkan saat ini Syera sengaja tidak pergi ke sekolah karena kepalanya begitu pusing akibat tidak bisa tidur semalaman. Mujur saja ujian bulanan sudah selesai jadi dia tidak perlu memikirkannya lagi.

"Non Syera, bibik harus pulang awal hari ini besok ada ada khitan di rumah bibik sekalian bibik izin libur besok ya," ucap Bibik pengasuh ke dua ponakan kembarnya.

"Baiklah nanti, Syera sampaikan pada Kak Raihan. Sekarang mereka lagi tidur ya?" ujar Syera.

"Iya Non, setelah makan siang tadi mereka langsung tidur. Tidak apa-apa Non, sebentar bibik telepon Tuan sekalian izin," ucap Bibik pengasuh lagi.

"Baiklah Bik," jawab Syera singkat.

Setelah Bibik keluar dari kamar Syera, dia kembali mengunci kamarnya dan berbaring menatap langit kamar.

"Besar banget, sampai sekarang aku tidak bisa lupakan cih. Bagaimana kalau benda itu masuk ke dalamku pasti aku gua ku dibuat robek," ucap Syera.

Sebenarnya Syera tidak bisa tidur semalam karena dia melihat adegan panas di dalam kamar Kakaknya. Awalnya, sewaktu dia melewati kamar Kakaknya dia mendengar seperti suara des**an dan itu membuat dirinya menjadi penasaran dan berakhir tidak bisa tidur karena dia juga melakukan masturba*i sendiri sambil membayangkan Raihan.

Bersambung....

Terjerat Cinta Sang Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang