Bab 23

1.8K 21 6
                                    

Seharian duduk di rumah membuat Syima merasa bosan walaupun pekerjaan yang seharusnya dia lakukan dikantor terpaksa dilakukan di rumah.

Syima duduk diam sambil menatap ponselnya, ingin sekali dia membuat panggil keluar ke nomor Ahmad karena sudah hampir seminggu ini tidak bertemu dengan Ahmad.

Baru saja memikirkan Ahmad tiba-tiba Ahmad meneleponnya. Syima dengan cepat menjawabnya.

Setelah beberapa menit dalam panggilan akhirnya Syima mematikan panggilan lalu bersiap untuk keluar.

Syima telah membuat janji dengan Ahmad untuk bertemu di sebuah kafe yang sedikit jauh dari kota mereka. Syima sengaja menggunakan mobil sendiri agar tidak menimbulkan rasa curiga pada orang-orang sekitarnya jika harus menggunakan taksi online.

Syima keluar dari rumah dengan wajah sedikit cuek apalagi sudah hampir seminggu lebih kejadian dia kepergok bersama Ahmad dan Syima tidak pernah keluar dari rumah sejak hari itu.

Sebelum berangkat ke tempat tujuan, Syima sempat mengirim pesan pada Raihan agar Raihan tidak mencurigainya kalau dia pulang sedikit terlambat.

Sepertinya, Syima telah menyusun rencananya dengan baik sekali agar tidak ada yang mencurigainya.

Sepanjang perjalanan Syima tersenyum karena akhirnya bisa bertemu dengan sang kekasih gelapnya, rasa rindu terhadap Ahmad akan dia curahkan nanti.

Syima terus berpikir gaya seperti apa lagi harus dia mainkan untuk membuat Ahmad tidak bisa melupakan dirinya.

"Apa aku buat dia bercerai saja dengan istrinya?" ucap Syima sendiri.

Tiba-tiba saja Syima bisa terpikir untuk membuat Ahmad berpisah dari istri sahnya karena Syima juga tidak mau berbagi pria apalagi bersama wanita seperti Ririn yang memang bukan tandingannya.

Setelah tiba di tempat tujuan, Syima sudah mendapatkan Ahmad sedang duduk sendiri dalam kafe bagian pojok.

Syima mendekat lalu sengaja membuka satu lagi kancing bajunya untuk memancing Ahmad. Syima memeluk leher Ahmad dari belakang lalu mencium pipi Ahmad.

"Baby, kamu sudah datang. Cepatlah duduk," ucap Ahmad.

Syima mengangguk lalu duduk di samping Ahmad.
"Kenapa baru hari ini telepon aku?" tanya Syima dengan bibir dimanyunkan.

Ahmad mengambil tangan Syima lalu mengecupnya dan berkata, "Baby, aku harus bermain cantik selama seminggu biar Ririn tidak curiga lagi."

Syima mengerucutkan bibirnya dan membuat wajah memelas.
"Sayang, kenapa tidak ceraikan saja wanita itu. Dia menghalangi hubungan kita," ucap Syima.

Ahmad langsung melepaskan tangan Syima dan menghela napas panjang.
"Baby, aku tidak boleh memutuskan dengan gegabah apalagi kami punya anak, bagaimana nasib anak-anak nanti? Bukankah kamu juga begitu?" jawab Ahmad dan kembali bertanya.

Syima mengalihkan wajahnya ke tempat lain, memang benar ucap Ahmad mereka harus memikirkan masa depan anak-anak tapi, tidak selamanya harus berhubungan seperti ini.

"Aku tau, sudahlah kita nikmati saja waktu ini," sahut Syima yang akhirnya mengalah dan tidak ingin membahas hal itu lagi.

Akhirnya mereka hanya menikmati makan siang bersama sebelum ke inti pertemuan mereka.

Di tempat Raihan dan Syera.

Raihan dan Syera sedang berargumen tentang Syima. Raihan masih tidak habis pikir kenapa Syera ingin sekali dia menceraikan Syima, pikirnya mungkin karena harus berbagi dengan kakak kandung sendiri.

Sebenarnya, Raihan sedikit egois. Dia tidak ingin melepaskan Syima bukan karena hanya memperkirakan masa depan anaknya tetapi dia tidak ingin Syima bahagia bersama selingkuhannya.

Dendam di hati Raihan terhadap Syima dan Ahmad masih tersemat, dia sudah terlanjur membenci Syima tapi tidak ingin melepaskan Syima.

Walahpun harus berbagi waktu dengan Syera, Raihan juga hanya menyakinkan Syera dengan kata-katanya. Kalau ingin berkata jujur rasa cinta di hati Raihan sudah lama hilang karena di khianati.

Untuk Syera, Raihan hanya mengikuti kemauan Syera agar tidak meninggalkan dirinya, dia juga butuh pelampiasan terhadap hasratnya.

"Syera, sudah dulu ya. Akan sampai waktunya hanya kamu saja yang berada di sisiku," bujuk Raihan.

"Kapan waktunya Kak? Aku jadi seperti ini karena mu, aku butuh kejelasan dari hubungan kita Kak." Syera bersikeras dengan ucapannya.

"Baiklah, tapi sekarang kita makan dulu. Ada kafe yang jauh dari kota kita ke sana dan bincangkan lagi," ucap Raihan.

Raihan sengaja membawa Syera ke kafe yang agak jauh dari kota agar tidak ada yang melihatnya bersama Syera. Raihan tidak mau hubungannya dengan Syera diketahui oleh orang-orang disekitarnya.

Cukup Syima yang merusakkan namanya sendiri jangan dirinya juga ikut dikatakan di sekitarnya apalagi ini berhubungan dengan adik iparnya sendiri.

Syera hanya diam dan tidak lagi protes. Syera bertekad ingin memiliki Raihan untuk dirinya sendiri.

'Apa aku kirim fotoku bersama kak Raihan saja kepada Syima,' batin Syera.

Syera sudah kehabisan cara untuk berbicara tentang masalah Syima. Oleh itu, dia menggunakan akal pendeknya untuk memprovokasi Syima.

Tiba-tiba Syera mengambil ponselnya dan memotret dirinya bersama Raihan, sedangkan Raihan hanya tersenyum melihat kelakuan Syera.

Raihan tidak tahu foto yang diambil oleh Syera tadi akan menimbulkan kegaduhan antaranya dengan Syima. Raihan hanya berpikir, Syera sengaja mengambil foto untuk disimpannya sebagai pajangan di dalam ponsel.

Setelah sampai di hadapan kafe, Raihan yang pertama masuk untuk memeriksa keadaan di dalam kafe, mungkin saja ada kenalan jadi mereka harus makan di kafe lain.

Namun, Raihan dibuat kaget setelah mendapati sosok Syima sedang bermesraan di dalam kafe bagian meja pojok.

'Sial ternyata dia masih bersama pria itu!' batin Raihan.

Wajah Raihan memerah dan dia mengempalkan kedua tangannya, ingin sekali dia menarik Syima dan membawanya pulang namun, dia teringat masih ada Syera di dalam mobil menunggu dirinya.

Raihan berlalu dengan berdecih kesal, dia kembali ke mobil dan menyalakan mesin mobil tanpa berbicara Raihan langsung melaju keluar dari parkiran kafe itu.

Syera menatap Raihan yang berwajah kesal dan bertanya, "Kak kita tidak jadi makan? Apa ada kenalan di dalam?"

Raihan tidak menjawab karena pikirannya masih memikirkan Syima yang berani sekali membohongi dirinya.

'Sialan, aku tidak akan biarkan kau bahagia Syima!' batin Raihan.

Sementara Syera yang tidak mendapat jawaban akhirnya menggoyangkan tangan Raihan dan kembali bertanya, "Kakak kenapa sih?"

Raihan tersentak ketika Syera menggoyangkan tangannya dan menoleh sekilas ke arah Syera. Raihan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Maaf, aku terbawa emosi tadi tidak mendengar pertanyaanmu," ucap Raihan dengan lembut.

"Kenapa bisa emosi?" tanya Syera merasa tidak puas dengan jawaban Raihan.

"Ada masalah di kantor, maaf ya Syer," jawab Raihan.

"Iya tidak apa-apa tapi, kita tidak jadi makan di kafe tadi?" sahut Syera kembali bertanya.

"Ada kenalan, kita ke restoran saja cari tempat vip biar kamu bisa makan sesuka kamu," kelit Raihan dan mencoba mengalihkan perbicaraan.

Akhirnya Syera mengangguk tanpa banyak pertanyaan lagi dan sedikit pun Syera tidak mencurigai kenalan siapa saja yang berada di dalam kafe tadi.

Singkatnya kini mereka berada di restoran mewah dan berada di ruang vip. Tiba-tiba bunyi ponsel Syera berbunyi berturut-turut menandakan notifikasi pesan masuk.

Syera membuka pesan tersebut dan tersenyum miring.
'Rasain, kau akan kalah Syima!'

--Tbc--

Ps : Jangan lupa vote! Dan komen guyss biar authorr rada2 semangat gituuuchh

Terjerat Cinta Sang Kakak IparМесто, где живут истории. Откройте их для себя