Bab 8

7.1K 40 0
                                    

Hari berlalu hari ini Syima akan pulang dari luar kota. Setelah tiba di rumah, Syima dengan wajah yang berseri-seri masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi.

"Lah, kenapa sepi?" ucap Syima sendiri.

Syima memanggil Bibik pengasuh dan Syera tetapi tidak ada sahutan dari keduanya. Merasa sedikit aneh tetapi Syima abaikan perasaan itu, dia menuju ke dalam kamar kedua anak kembarnya tetapi kosong.

Syima coba berpikir-pikir mungkinkah sang suami membawa anak-anak dan Syera keluar. Dia mulai merasa sedikit cemburu.

"Kenapa Syera harus ikut, dia dengan suamiku bukan mahram cih, tunggu saja kalau mereka pulang," gerutu Syima.

Tidak lama terdengar bunyi pintu terbuka, Syima yang sedang duduk di sofa mulai menatap tajam ke arah pintu. Ternyata Syera yang memasuki rumah.

"Oh Kakak sudah pulang?" tanya Syera.

"Kau lihat kakak di sini tentu saja kakak sudah pulang. Kau dari mana? Mana anak-anakku dan suamiku?" jawab Syima dan kembali bertanya dengan nada sinis.

"Maaf Kak, aku dari kerja tugas di rumah teman ku, kalau Kak Raihan dan si kembar, aku kurang tahu lagian aku tidak sempat ketemu mereka tadi karena setelah pulang aku buru-buru keluar," jawab Syera dengan wajah santai.

"Apa kau yakin?" tanya Syima seperti tidak percaya.

"Yakinlah, lagian kalau aku bersama mereka sudah tentu mereka ada bersama ku bukankah begitu?" ujar Syera malas.

"Tapi kenapa kakak telepon ponsel kalian tidak ada yang aktif? Kakak sudah telepon Bibik tadi katanya hari ini dia terpaksa libur karena anaknya sakit dan mungkin kamu yang jaga anak-anak," ucap Syima lagi.

Memang Syima telah menelepon Bibik pemgasuh untuk menanyakan keberadaan mereka tetapi Bibik pengasuh juga tidak mengetahuinya karena hari ini dia mengambil libur.

"Ponsel aku habis arus, aku tidak bisa libur tadi Kak karena ada ulangan tadi untuk mapel Bahasa Indonesia. Mungkin Kak Raihan yang libur menjaga keduanya," jawab Syera.

Syima mulai berdecak kesal karena raut wajah Syera tidak terlihat tanda kebohongan. Dia mulai meremas ponselnya, sibuk memikirkan sang suami dan anak-anak sedang ke mana tanpa memberitahunya.

Akhirnya Syima kembali duduk karena kesal tetapi berapa menit kemudian setelah ponselnya kembali berbunyi Syima mulai tersenyum dan berlari memasuki kamar.

Syera yang kebetulan tadi belum memasuki kamarnya menatap curiga dari arah ruang makan. Syima tiba-tiba tersenyum dan berlari masuk ke kamar bukankah itu aneh menurutnya padahal tadi dia terlihat begitu kesal.

Tiba-tiba Syera teringat akan ucapan Raihan bahwa Syima berselingkuh, hal itu membuat Syera penasaran lalu menyusul naik ke lantai 2 di mana kamar mereka berada.

Kebetulan sekali setelah sampai di depan pintu kamar Syima, Syima tidak menutup rapat pintunya. Syera coba menolak sedikit pintu itu untuk melihat apa yang sang Kakak lakukan.

Mata Syera membulat melihat sang Kakak yang sedang berbaring sambil mengangkangkan kaki dan terlihat seperti sedang berbicara lewat ponsel.

"Apa Kakak sedang dalam panggilan video tapi dengan siapa? Bukankah tadi katanya ponsel Kak Raihan tidak aktif? Atau jangan-jangan ...," ucap Syera lirih.

Syera menutup mulutnya ketika melihat tangan sang Kakak mulai turun ke arah intinya dan mengeluarkan suara des**an.

'Kakak main sendiri tetapi dengan siapa dia panggilan video?' ucap Syera dalam hati.

Pikiran Syera mulai berkecamuk karena semuanya tertuju kepada Raihan. Sedikit merasa cemburu jika Syima sedang dalam panggilan video bersama Raihan.

Sepasang tangan kekar tiba-tiba memeluk pinggang Syera dan sebelah tangan itu dengan cepat menutup mulut Syera dan membawa Syera pergi dari hadapan pintu kamar milik Syima dan Raihan.

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now