Bab 13

4.7K 28 1
                                    

Setelah Syera sadar dia bukan berada di penginapan barulah dia mengitari seluruh ruangan kamar yang dia tempati saat ini.

"Kenapa aku bisa di sini? Tunggu, tunggu." Syera berkata sendiri sambil mengetuk dahinya menggunakan jari telunjuknya.

"Iya, Kak Raihan yang membawaku," lanjut Syera lagi.

Syera menghela nafas panjang dan kembali melihat sekitarnya, tidak terlihat sosok Raihan di dalam kamar itu membuat Syera bertanya-tanya ke manakah Raihan pergi.

Syera coba membuka pintu yang ada di dalam kamar itu, dia ingin keluar dari tempat itu. Pintu pertama yang dia buka merupakan pintu kamar mandi yang mewah.

Mata Syera membulat dan tidak berkelip selama berapa detik hingga dia sadar lalu menelan ludahnya.

'Kenapa semewah ini? Ini di mana?' tanya Syera dalam hati.

Syera memasuki kamar mandi yang dilengkapi dengan tab mandi dan ada wc di balik dinding kaca. Syera berani bersumpah ini baru pertama kali dia melihat kamar mandi semewah ini, biasanya hanya melihat di dalam tv saja.

Syera cepat-cepat menggelangkan kepala dan keluar dari kamar mandi itu lalu menuju ke arah satu pintu lagi. Kali ini pintunya tarik ke samping dan ternyata masih bukan pintu keluar melainkan kamar yang dipenuhi dengan pakaian dan barang perhiasan.

Syera semakin penasaran di mana dia berada saat ini. Syera tidak berani masuk ke dalam kamar itu, dia menutupnya kembali dan mencari satu pintu lagi. Dia yakin ada pintu keluar di dalam kamar itu.

Sudah puas Syera mengelilingi dalam kamar itu dia tetap tidak menemukan pintu keluar, hingga matanya tertuju ke arah jendela yang ditutupi gorden merah susu.

Syera membuka gorden itu dan dia semakin di buat kaget dengan pemandangan di luar. Mulut Syera terbuka karena tertegun melihat keindahan alam yang berada di balik jendela itu.

Syera membuka jendela itu lalu menghirup udara segar yang membuatnya merasa tenang. Hilang sudah rasa ingin keluar dari dalam kamar itu.

Sedang asyik menikmati pemandangan alam tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggangnya dan deru nafas hangat mendekati kuping telinganya.

"Kamu suka?" tanya Raihan berbisik.

Seperti terkena hipnotis, Syera mengangguk dan mengukirkan senyuman indahnya. Namun, dia di buat berjengit kaget ketika Raihan meremas kedua bongkah gunung berkembarnya.

Saat itulah, Syera kembali sadar akan kenyataannya. Syera melepaskan dirinya dari Raihan dan mendorong Raihan agar menjauhi dirinya.

"Kenapa Kakak bawa aku ke sini!" ucap Syera dengan dingin.

Raihan tersenyum tipis, entah kenapa hatinya berdebar-debar ketika melihat Syera saat ini. Di matanya Syera begitu mempersonakan dan membuatnya tidak tahan akan gejolak gha**ah dalam dirinya.

"Untuk bersenang-senang," jawab Raihan.

Syera menggelengkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya biar dia tetap sadar dan tidak termakan rayuan Raihan lagi.

"Aku ingin pulang." Syera berganjak dari tempatnya ingin melewati Raihan.

Namun, Raihan dengan cepat menarik pergelangan tangan Syera hingga Syera masuk ke dalam dekapannya.

"Lepas, lepaskan aku Kak!" Syera memberontak dia memukul dada bidang milik Raihan.

Raihan tidak peduli, dia terus mendekap Syera dengan kuat, dia tidak mau Syera terlepas dari dekapannya apalagi sampai pergi berhari-hari seperti yang pernah berlaku.

"Syera, tenanglah. Kakak tidak akan menyakitimu,"  ucap Raihan lirih.

Syera tidak mendengarkan ucapan Raihan, dia tetap saja memberontak hingga merasa kekuatannya semakin berkurang.

Akhirnya, Syera pasrah. Dia menyandarkan kepalanya pada dada Raihan dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Dia pikir semua ini salah, tidak seharusnya dia bersama sang Kakak ipar.

Raihan mengusap kepala belakang Syera dengan lembut lalu mencium dahinya.
"Syima telah meninggalkanku dengan berselingkuh. Hari ini dia izin untuk ke luar Kota lagi tapi apa yang aku dan kau lihat tadi sungguh benar dan menyakitkan. Syera, kau tidak mengasihaniku?" ungkap Raihan dan bertanya kepada Syera.

Syera menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia katakan sementara hatinya sedang bergejolak.

"Syera, harapanku cuma tinggal kamu," ucap Raihan lagi.

"Aku tidak siap jadi wadah balas dendammu Kak, aku membencimu Kak." Syera kembali memukul dada Raihan.

Raihan gelengkan kepalanya. Sebenarnya dia sudah putus asa terhadap Syima dan yang dia butuh saat ini seseorang yang bisa mendampinginya.

"Aku tidak maksudkan itu Syera, aku akan menceraikan Syima tapi aku butuh dukungan dan dampingan dari mu," ucap Raihan lirih.

Syera diam, dia tidak tahu harus percaya atau tidak dengan ucapan Raihan. Dia masih ingat ucapan Raihan sewaktu dia bertanya tentanh cinta.

Lagi dan lagi Syera jatuh ke dalam dilema. Dia tidak mau hanya dimanfaatkan saja. Syera menghela nafas panjang.

"Aku mau sendiri dulu Kak," pinta Syera lirih.

"Aku tidak akan tinggalkan kau Syera," sahut Raihan.

Raihan bersikeras tidak mengiyakan permintaan Syera. Bayangan Syera melarikan diri dari rumah membuatnya sedikit berjaga-jaga apalagi ada jendela di dalam kamar itu seperti di rumahnya.

Syera mengeluh kesal, dia pikir bisa dengan mudah minta Raihan untuk pergi ternyata sangat sulit.

"Terus sampai kapan Kak Raihan akan memelukku seperti ini?" tanya Syera yang mulai merasa risih.

"Kalau kau berjanji tidak meninggalkanku dan berjanji akan terus mendampingiku, barulah aku melepaskan pelukkanku ini," jawab Raihan.

Syera memejamkan matanya, mau tidak mau untuk saat ini dia harus mengiyakan permintaan sang Kakak ipar.

"Baiklah aku janji, sekarang lepaskan aku." Syera mendorong tubuh Raihan.

Raihan tersenyum mendengar ucapan Syera tetapi siapa tahu akal Raihan lebih licik lagi. Raihan melepaskan Syera dari dekapannya lalu dengan cepat mendorong Syera ke belakang hingg Syera terjatuh di atas kasur empuk dalam kamar itu.

Entah kejadiannya begitu cepat seperti kilat, kini Syera terbaring di atas kasur dan Raihan berada di atas Syera saat ini.

"Aku merindukanmu Syera," ucap Raihan dengan suara seraknya.

"Kakak bohong! Kakak bilang mau lepaskan aku tapi ini kenapa masih seperti ini," protes Syera.

Netra mata Syera dan Raihan bertemu. Syera menelan air liurnya dengan bersusah payah karena merasa tengkorokannya yang tiba-tiba saja kering.

Degupan jantung Syera semakin kuat. Raihan semakin menghapuskan jarak antara mereka. Otomatis Syera menutup matanya, pasrah dengan apa yang akan Raihan lakukan.

Seperti pikiran Syera, kini bibirnya dan bibir Raihan sedang bersentuhan. Raihan berupaya untuk menguasai bibir Syera hingga lolos.

Akhirnya Raihan bisa menguasai bibir Syera dan lenguhan terdengar di dalam kamar itu. Raihan berhasil menciptakan kehangatan di dalam kamar itu.

"Syera, aku sudah tidak tahan. Aku akan segera memasukinya," ucap Raihan dengan bersemangat.

Entah kenapa kali ini permainannya sedikit terasa lain, Syera merasa ada sesuatu dengan permainan kali ini tapi dia sendiri tidak tahu apa.


--Tbc--

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now