Bab 14

4.5K 34 1
                                    

Setelah selesai berbagi keringat, Raihan langsung saja membersihkan dirinya dan Syera pula telah tertidur pulas karena kelelahan.

Sebelum Raihan benar-benar memasuki kamar mandi, Raihan sempat menatap Syera dengan perasaan bercampur aduk. Ada rasa bahagia, ada rasa bersalah dan ada rasa puas.

Raihan sendiri bingung kenapa perasaannya seperti ini. Dia bingung dan dia juga rasa takut. Raihan mengusap pipi mulus Syera dan menatap lekat wajah Syera.

"Matamu terlihat sembab, kau pasti banyak menangis kan? Maafkan aku Syera, aku tahu aku egois tapi entah kenapa aku tidak mau kalau kau juga meninggalkanku," ucap Raihan lirih.

Setelag mengecup dahi dan pipi mulus Syera, Raihan pun menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sementara, di sebuah kamar penginapan terdapat sepasang kekasih sedang berbagi keringat setelah menempuh perjalanan yang jauh. Masih asyik bercinta tiba-tiba pintu kamar mereka di ketuk berulang kali.

"Sayang, siapa sih?" tanya Syima pada sang Atasan yang dipanggil Ahmad.

"Mungkin orang iseng, sudah biarin saja," jawab Ahmad.

Ahmad merasa sedikit kesal karena dia masih sedang asyik memasuki gua kenikmatannya tetapi di ganggu oleh seseorang yang sengaja mengetuk pintu dengan kuat.

Beberapa menit telah berlalu masih saja terdengar bunyi ketukan pintu kamar mereka.
Ahmad semakin kesal hingga terpaksa melepaskan jagoannya dari sarang milik Syima.

"Pakai selimut, biar aku yang lihat." Ahmad menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Syima.

Tidak lupa Ahmad mengambil handuk kimono untuk dikenakannya. Dengan raut wajah kesal Ahmad menuju ke arah pintu kamar.

Dalam pikirannya sudah akan mencaci maki siapa pun yang berada di luar kamar mereka. Namun, setelah dia membuka pintu, Ahmad tiba-tiba kaget dan merasa kaku.

Seorang wanita cantik sedang tersenyum sinis menatap Ahmad.
"Kenapa Abang lama sekali membuka pintu?" tanya wanita cantik itu.

Wanita itu merupakan istri dari Ahmad dan dipanggil Ririn. Ririn juga masih terlihat cantik walaupun telah mempunyai 4 anak. Hanya saja tubuhnya sedikit lebih besar ketimbang tubuh Syima.

Ahmad menelan air liurnya dengan susah payah karena tengkorokannya yang tiba-tiba merasa kering.

"Abang? Abang kenapa?" tanya wanita itu lagi.

"Ah ... er-tidak, Sayang buat apa di sini?" sahut Ahmad dengan kembali bertanya.

"Kenapa aku tidak boleh di sini atau Abang menyembunyikan sesuatu?" Bukan menjawab Ririn malah kembali bertanya lalu menarik handuk kimono Ahmad.

Ahmad semakin gelisah, dia takut akan terciduk melakukan hubungan bersama sekretarisnya. Dia pun keluar dari kamar itu lalu menutup pinti, berharap Syima cepat keluar dari kamar itu entah bagaimana pun caranya, dia tidak peduli.

Ririn semakin curiga dengan sikap Ahmad yang tiba-tiba keluar langsung dan menutup pintu, tetapi dia masih bersikap biasa saja.

"Bukan, maksudnya kenapa kamu bisa di sini? Siapa yang jaga anak-anak kalau kamu di sini?" jawab Ahmad mencoba untuk tenang.

"Aku tadi ada bertemu teman-teman di kafe seberang dan anak-anak bersama bunda di rumah, nah kebetulan melihat mobil Abang terparkir di parkiran luar jadi sekalian aku tanya-tanya ke sini dan ternyata benar Abang di sini ... Abang dengan siapa? Ah, maksudnya Abang buat apa di penginapan seperti ini?" terang Ririn sedikit berkelit.

Sebenarnya Ririn tidak bertemu dengan teman-temannya tetapi salah satu teman dekatnya melihat Ahmad bersama wanita lain memasuki penginapan.

Hal ini sering dari teman-teman Ririn tetapi dia sering berpikir positif hingga suatu hari dia melihat sebuah jam tangan wanita berada di dalam mobil Ahmad.

Kecurigaan Ririn tiba-tiba terbentuk padahal awalnya dia sangat percaya pada sang suami.

"Oh, gitu ya." Ahmad tersenyum paksa sambil pura-pura memegang tangan Ririn yang memegang handuk kimononya.

"Abang besok ada meeting di restoran mewah tidak jauh dari sini makanya Abang menginap di penginapan ini saja," jawab Ahmad.

Ahmad berusaha memasang wajah tenang walaupun terdapat gurat gelisah pada wajahnya.

"Oh ok, kalau begitu kita masuk saja kebetulan sudah malam, aku malas mau menyetir malam-malam." Ririn segera melepaskan tangannya lalu dengan cepat membuka pintu kamar.

"Ja-" teriak Ahmad tapi terpotong.

Ririn kembali menoleh ke arah Ahmad sambil menautkan alisnya.
"Abang kenapa?" tanya Ririn.

"Tidak-tidak tadi abang kira kecoa rupanya bukan," jawab Ahmad.

Ririn menghela nafas berat. Kecurigaannya makin bertambah besar. Tanpa menoleh lagi, Ririn langsung memasuki kamar penginapan Ahmad.

Walaupun jantungnya semakin berdegup kencang tetapi dia harus mencari tahu juga siapa wanita yang bersama suaminya.

Setelah memasuki kamar, Ririn langsung menatap ke arah ranjang yang sedikit berantakan tetapi tidak ada orang. Netra mata Ririn masih menatap ke sekeliling kamar itu hingga matanya tertuju pada kamar mandi.

Dengan langkah perlahan, Ririn mendekati kamar mandi itu, tangannya mulai mendingin karena takut akan hal yang dicurigainya benar-benar berlaku.

Ahmad menghela nafas lega, setelah Syima berhasil keluar dari kamar itu lewat pintu utama. Ahmad tidak menyangka, Syima bakalan sebunyi di belakang pintu dan setelah Ririn asyik menatap ke arah ranjang dan mulai mendekati kamar mandi barulah Syima keluar dari belakang pintu.

Syima sempat mencium bibir Ahmad sebelum meninggalkan Ahmad di dalam kamar itu. Ahmad mengunci pinti setelah bayang-bayang Syima sudah tidak terlihat.

'Besok baru lanjut, lagian Syima pasti menginap di salah satu kamar di sini apalagi sudah malam. Ck, dasar istri penganggu kenikmatan,' ucap Ahmad dalam hati.

Ririn keluar dari kamar mandi dengan wajah bingung dia menatap ke arah Ahmad yang terlihat lebih tenang.

"Sayang kenapa? Cari apa?" tanya Ahmad sengaja membuat Ririn salah tingkah.

"Eh, tidak. Cuma sedikit kagum walaupun hanya kamar penginapan tapi ini tidak kalah mewah dengan hotel," jawab Ririn.

"Oh, kalau gitu kamu istirehat saja. Abang mandi dulu ya," ucap Ahmad tersenyum miring.

Ririn mengangguk dan membiarkan Ahmad memasuki kamar mandi. Dia kembali menatap ke sekitarnya, memang tidak ada siapa-siapa lagi.

"Apa mereka tidak sekamar? Atau memang hanya sebatas teman saja yang kebetulan Bella lihat," ucap Ririn lirih.

Bella merupakan teman akrab Ririn hingga tidak ada rahasia di antara mereka biarpun itu menyangkut urusan rumahtangga.

Ririn duduk di pinggir kasur lalu menarik selimut yang terlihat berantakan. Setelah mencoba untuk merapikan selimut itu tiba-tiba matanya tertuju pada kasur itu.

Kasur itu terlihat seperti terkena air dan sedikit basah. Ririn coba menyentuh bagian basah tersebut dan menghidunya. Tidak ada aroma aneh tetapi rasa basahnya terasa licin.

Tangan Ririn bergetar, dia tahu apa itu. Dia segera menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.

"Kamu selingkuh Bang," ucap Ririn dengan mata berkaca-kaca.

Air matanya menetes tetapi cepat dia hapuskan dan dia terus menenangkan pikirannya. Ririn coba berpikir positif karena memang tidak ada orang di dalam kamar ini selain suaminya.

'Mungkin hanya aku yang berlebihan,' batin Ririn.



--Tbc--

Ps : Jangan lupa tinggalkan jejak cinta untuk authornya hahah🫰🫰

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now