Bab 25

894 10 0
                                    

Syima melakukan panggilam video bersama Ahmad hingga tanpa sadar Raihan telah mendengar semua kata-kata vulgar yang keluar dari kedua mulut mereka.

"Cih, sangat menjijikkan!" gerutu Raihan.

Raihan membiarkan Syima berada di kamar itu, dia kembali ke kamar dan mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari rumah. Semakin merasa kesal berada di rumah bersama Syima.

"Aaagghhh!" Raihan teriak sambil memukul stir mobilnya.

Namun, kata hatinya masih tidak ingin melepaskan Syima. Raihan takut kedua anaknya kehilangan sosok Syima, itu adalah hal terbesar yang ditakuti oleh Raihan.

Raihan sengaja keluar dari rumah tapi bukan menuju ke kosan Syera. Dia hanya ingin sendiri tanpa ada yang menganggunya.

Untuk pertama kalinya, Raihan menginjakkan kakinya ke sebuah klub untuk menghilangkan rasa yang terbuku di dalam dirinya.

Akan tetapi Raihan tidak berani untuk meminum minuman keras, dia hanya datang untuk melihat para penari tiang yang bergoyang seperti cacing kepanasan.

Setelah merasa pikirannya sedikit tenang, Raihan keluar dari klub itu dan menuju kembali ke rumah. Raihan tidak peduli lagi jika Syima tidak ingin berubah.

Syima sedikit terkejut ketika Raihan memasuki lewat pintu utama.
"Mas, dari mana?" tanya Syima serius.

Raihan sama sekali tidak menjawab dan hanya mengabaikan Syima dan langsung saja menuju ke arah kamar.

Syima mengerutkan dahinya, tidak seperti biasa Raihan bersikap sedingin ini, dia langsung saja menarik tangan Raihan.

"Mas kenapa Mas mengabaikan ku?" tanya Syima lagi tapi, kali ini dengan nada marah.

Raihan melepaskan dengan kasar tangannya yang ditarik oleh Syima. Raihan menatap Syima dengan tajam.

"Jangan menyentuhku menggunakan tanganmu yang menjijikkan itu!" ucap Raihan dingin.

Deg!!

'Apa Mas Raihan melihat aku tadi,' batin Syima.

Wajah Syima berubah pucat dan dia mulai salah tingkah, ingin menjawab tetapi lidah terasa kelu dan tengkorokannya terasa kering.

Raihan berdecih lalu meninggalkan Syima yang masih berdiri di ruang tengah itu. Raihan memasuki kamar lalu menghempaskan pintu dengan kuat hingga membuat Syima berjengit kaget.

Syima menggelengkan kepalanya, pikirnya tidak mungkin Raihan melihat apa yang dia lakukan tadi sewaktu sedang dalam panggilan video bersama Ahmad.

"Tidak, tidak mungkin," ucap Syima.

...

Keesokan paginya, Raihan seperti biasa bangun pagi-pagi untuk bersiap cepat karena dia harus menjemput Syera pergi ke sekolah. Raihan masih mencueki Syima tetapi dia tetap saja memakan sarapan pagi yang disiapkan oleh Syima.

"Mas, hari ni aku mau keluar mau belanja barang dapur. Ehm, nanti.transfer uangnya ya Mas," ucap Syima dengan nada lembut.

Raihan tidak menanggapi ucapan Syima karena dia tahu itu cuma akal-akalan Syima agar bisa keluar dan bertemu dengan Ahmad. Raihan mengeluarkan ponselnya lalu mengutak-atik dan tiba-tiba bunyi notifikasi ponsel Syima berbunyi.

Senyuman Syima mengembang, dia langsung saja memeriksa ponselnya. Namun, senyuman tadi hanya bertahan sekejap saja dan raut wajah Syima kembali cemberut karena kesal.

"Mas, bisa beli apa dengan uang 300 ribu ini? Beli keperluan dapur saja tidak cukup dan uang untuk anak-anak bagaimana?" protes Syima.

"Uang untuk anak-anak sudah masuk rekening bunda," jawab Raihan singkat.

"Terus uang dapur, segini tidak cukup Mas," ujar Syima.

Raihan mengabaikan ucapan Syima dan kini berdiri meninggalkan ruang makan. Raihan tidak ingin memberi Syima lagi dengan jumlah yang banyak karena dia tidak sudi uang hasilnya digunakan oleh Syima untuk selingkuhannya.

"Mas!" teriak Syima memanggil Raihan.

Namun, Raihan tetap mencuekinya dan langsung masuk ke dalam mobil. Syima merasa sangat kesal apalagi hari ini dia sudah berjanji akan menemui Ahmad di hotel xxx atas traktirannya.

Padahal selama ini Syima juga bekerja tetapi tidak ada sedikit pun uang yang berhasil dia simpan. Memang Ahmad selalu memberinya uang tetapo akhir-akhir ini Ririn istri Ahmad membatasi pengeluaran uang Ahmad dan hanya memberi Ahmad sesuai kegunaan saja.

Syima menggerutu kesal, "Ah sial! Ada suami pelit tidak guna ah."

Sementara di tempat Syera.

Syera sedang menunggu Raihan datang hingga beberapa menit kemudian Raihan datang membawa kresek yang berisi makanan untuk sarapan pagi Syera.

Raihan memberikan kresek tersebut pada Syera dengan wajah serius.
"Sarapan dulu," ucap Raihan singkat.

Syera menatap Raihan dengan wajah bingung, biasanya setiap kali Raihan datang pasti wajahnya selalu cerah dan tersenyum namun, tidak untuk hari ini.

Syera menerima kresek yang diulurkan kepadanya lalu bertanya, "Kakak kenapa? Wajahnya tegang amat."

Raihan menghela napas panjang lalu menjawab Syera, "Syer, aku kecewa dengan kamu. Kenapa kamu harus mengirim foto kita? Kamu kira dengan foto itu Syima dan aku akan berpisah, kamu salah Syera!"

Syera terdiam, dia menatap ke arah Raihan dengan tatapan sedikit kaget karena Raihan rupanya tidak senang dengan apa yang dia lakukan.

"Kak ... aku buat ini demi kita, aku tidak mau ada orang lain dihubungan kita," ucap Syera dengan mata berkaca-kaca.

"Kau salah Syera! Aku tidak menyuruh kau melakukan ini demi hubungan kita dan tidak semudah itu untuk aku berpisah dengan Syima," jelas Raihan dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

Syera terdiam, dia tidak menyangka Raihan akan berkata seperti itu padanya. Apa selama ini Raihan masih menganggapnya pelampiasan? Pikiran Syera berkecamuk.

"Kak! Kau berjanji padaku untuk menceraikan Kak Syima tapi aku lakukan hal begini saja Kakak langsung memarahiku?" ucap Syera, "Sekarang aku tanya, apa kakak benar-benar mencintaiku?" lanjut Syera lagi.

Raihan memegang kedua belah pundak Syera lalu menjawab, "Aku mencintamu Syera, tapi bukan begini caranya."

Syera menepis tangan Raihan dengan air mata yang telah membasahi pipi Syera.
"Kalau begitu ceraikan Kak Syima!" ketus Syera.

Lagi-lagi Raihan menghela napas panjang lalu menatap ke anak mata Syera.
"Aku tidak bisa menceraikan Syima karena anak-anak masih butuh sosok Syima sebagai ibu kandung mereka," ujar Raihan jujur.

Tubuh Syera bergetar dan tangisannya semakin pecah. Sekarang baru dia tahu kenapa Raihan selalu tidak ingin berbicara tentang perpisahannya bersama Syima.

"Oh, karena anak-anak? Terus kalau aku hamil anak Kakak suatu hari nanti bagaimana? Apa Kakak akan menikahiku dan bertanggungjawab atas anak kita?" Pertanyaan Syera membuat Raihan tidak bisa menjawab pertanyaannya.

Raihan akhirnya memilih duduk dan mengusak rambutnya menjadi acak-acak. Dia juga bingung harus bagaimana, namun dia juga tidak ingin melepaskan Syera.

"Kenapa diam? Apa Kakak rencana untuk membiarkanku hamil sendiri?" tanya Syera dengan nada mengintimidasi.

"Cukup Syera! Aku tidak akan meninggalkanmu dan hal itu belum berlaku. Suatu saat kalau hal itu berlaku barulah kita cari solusinya ya," jawab Raihan kali ini nada bicaranya lembut.

Syera memalingkan wajahnya dan mengepalkan kedua tangannya, dia yakin suatu hari nanti dia akan hamil anak Raihan.

'Ck, aku tidak akan membiarkan Raihan memilihmu Kak! Aku akan hamil anak Kak Raihan suatu hari nanti.'



-Tbc-

Ps :: Vote and comment, please ... mode paksa nihhh 😂

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now