Bab 11

4.9K 35 0
                                    

Raihan mengabaikan saja bunyi tadi yang mereka dengar. Tidak ingin memikirkan pikirannya itu. Raihan kembali mendekati Syima lalu mengusap-usap puncak kepala Syima hingga bunyi dengkuran halus terdengar.

Raihan coba menggerakkan tangan Syima dan mencubit lengan Syima untuk memastikan adakah Syima telah benar-benar terlelap.

Seringan di sudut bibir Raihan tercetak jelas. Raihan bangun dan duduk di pinggir ranjang dengan membelakangi Syima. Mata Raihan menatap ponsel Syima yang sedari tadi terus saja berkedip menandakan ada notifikasi yang masuk.

Rasa penasaran Raihan semakin membesar dan dia mulai mencapai ponsel Syima yang berada di atas nakas itu, lalu coba membuka sandi ponsel Syima.

Sudah 2 kali sandi ponsel Syima salah di masukkan hingga Raihan teringat akan ulang tahun Syima barulah dia mencoba memasukkannya lagi.

Akhirnya Raihan berhasil membuka ponsel Syima, dia mulai membaca notifikasi yang masuk. Mata Raihan melotot apabila mendapati sebuah pesan tanpa nama yang berisikan ucapan vulgar.

Raihan menghela nafas kasar lalu membanting ponsel itu di sebelah Syima tetapi Syima tetap tidak terganggu.

"Sialan! Ternyata kau sudah menjual tubuhmu kepada orang lain Syima!" Raihan berteriak sambil menggoyangkan tubuh Syima.

Namun, apa pun yang Raihan lakukan Syima tetap masih tertidur dengan pulas mungkin karena efek obat tidur yang dia masukkan ke dalam minuman coklat hangat Syima tadi dengan dosis yang banyak.

"Bangun Sialan!" bentak Raihan dengan menampar pipi Syima namun tetap nihil.

Emosi Raihan mengebu-gebu hingga dia menjatuhkan semua barang yanv terletak di atas meja rias sang istri.

Tiba-tiba tangan Raihan tergores sesuatu benda tajam dan darah mengalir dengan deras. Saat itulah Raihan kembali teringat akan sosok Syera.

"Syera ...," ucap Raihan lirih.

Raihan keluar dari kamar dan berjalan menuju le arah kamar Syera. Raihan mengetuk pintu kamar Syera tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Raihan mengernyitkan dahinya.

'Mungkin Syera sudah tidur,' ucap Raihan dalam hati.

Raihan menarik gagang pintu kamar Syera lalu memasuki kamar Syera yang terlihat gelap dan dingin.

"Syer, kenapa kau tidak nyalakan lampu?" tanya Raihan lalu meraih kontak lampu untuk menyalakan lampu.

Setelah dalam kamar terlihat terang, Raihan menuju ke arah kasur Syera. Pikirannya Syera sengaja menutupi tubuhnya menggunakan selimut agar Raihan tidak mengganggunya.

Raihan mulai menarik perlahan selimut Syera lalu terpempang jelas hanya ada bantal dan guling yang merupai bentuk manusia jika tertutup selimut.

"Syer?" Raihan kaget lalu mulai mencari seisi kamar.

Raihan mendengus kasar dan menatap tajam ke arah jendela kamar. Dia membuka gorden jendela lalu mendapati jendela di kamar Syera tidak terkunci.

Raihan melototkan matanya, ternyata apa yang menjadi pikirannya tadi benar-benar berlaku. Namun, Raihan juga merasa aneh karena dia tidak melihat sosok Syera di bawah tadi.

Raihan bergegas turun ke lantai dasar rumah dan tidak lupa mengambil kunci mobil yang tergantung di depan kamarnya tadi.

"Syera kau berani melakukan hal bahaya begini demi menghindariku! Aku akan menghukummu!" ucap Raihan sendiri.

Raihan memasuki mobilnya dan keluar dari garansi rumah, dia yakin Syera belum pergi jauh apalagi sudah malam begini. Raihan coba mengelilingi kompleks perumahan mereka siapa tau dia ketemu Syera di sekitar itu.

Sementara itu, Syera yang merasa Raihan telah pergi pun keluar dari kamar khusus untuk Bibik pengasuh. Syera sempat mendengar Raihan menyalakan mesin mobil tadi karena kamar Bibik pengasuh berdekatan dengan garansi rumah.

"Aku harus pergi sekarang," ucap Syera lirih.

Sebenarnya sengaja memancing Raihan dengan bunyi tadi, dia mengisi penuh tasnya dengan buku-buku lalu membuangnya keluar lewat jendela. Sangat kebetulan sekali tas Syera berwarna hitam sehingga dalam gelap tidak bisa terlihat.

Syera kini mengendap perlahan keluar dari kamar Bibik pengasuh dan langsung berlari cepat setelah berada di garansi rumah.

Setelah berhasil keluar dari pagar rumah, Syera langsung saja menyebrang jalan dan bersembunyi di balik pohon yang besar. Syera tidak melihat mobil Raihan hingga dengan mudah dia berjalan keluar dari kompleks perumahan mereka walaupun harus melewati tempat-tempat yang gelap.

Syera menyalakan ponselnya setelah dia tiba di halte, dia menekan nomor Aziz karena dia yakin hanya Aziz yang bisa membantunya saat ini.

Malam semakin larut, Syera masih menunggu Aziz menjemputnya. Rasa dingin mulai membuat tubuhnya sedikit gementar.

"Syer!" panggil seseorang yang memecahkan lamunan Syera.

"Aziz!" sahut Syera.

Ya seseorang yang memanggilnya tadi merupakan Aziz teman sekelasnya.

"Cepatlah naik," ucap Aziz.

Syera langsung melangkah mendekati mobil yang digunakan oleh Aziz lalu memasukinya.
"Maaf merepotkanmu," ucap Syera.

"Tidak merepotkan sama sekali, kita jalan yuk cari tempat penginapan untuk mu," jawab Aziz tersenyum bahagia.

Aziz saja tidak mengira mimpi apa dia semalam sehingga Syera menelepon dirinya untuk menjemputnya pada tengah-tengah malam begini.

Sepanjang perjalanan Syera hanya menatap ke depan dengan wajah sedikit sayu, sedangkan Aziz sudah berulang kali melirik ke arahnya, rasa penasaran tentang apa yang berlaku kian membuncah.

"Syer ...," panggil Aziz yang mencoba untuk memecahkan keheningan suasana.

Syera tidak menjawab hanya bunyi deheman yang saja dan tidak pula menoleh ke arah Aziz.

"Sebenarnya apa yang berlaku? Jangan bilang kau kabur makanya minta jemput malam-malam buta begini," ucap Aziz seraya bertanya.

"Ya," jawab Syera singkat tanpa ekspresi.

Aziz ingin bertanya lebih tetapi dengan raut wajah Syera yang tidak bersahabat membuatnya mengurungkan niat.

Setelah setengah jam perjalanan, kini mereka sampai di sebuah penginapan yang tidak terlalu menguras isi dompet Syera.

Syera meminta Aziz untuk pulang setelah dia berhasil mendapat satu kamar untuk dia menginap malam ini. Syera ingin sendiri menenangkan dirinya yang penuh dengan dilema.

Setelah berada dalam kamar penginapan sementara, Syera merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mulai berpikir tentang perbuatannya ini.

Hatinya mulai gelisah karena terlintas sesuatu hal buruk yang akan Raihan lakukan untuk mendapatkannya kembali.

"Tidak, aku tidak boleh berada terlalu lama di sini, lebih baik besok aku pulang ke kampung saja dan pindah sekolah," ucap Syera dengan ide-idenya agar terlepas dari Raihan.

Tidak lama kemudian ponsel Syera berdering, Syera menjawab tanpa melihat siapa yang menelepon dirinya.

[Halo?] ucap Syera.

[Kau di mana!] Suara Raihan terdengar sedikit bernada emosi dari seberang sana.

[Jangan berani melarikan diri atau aku akan melapormu kepada polisi,] lanjut Raihan lagi.

[Kalau Kakak melaporkanku, aku juga akan melaporkan tindakkan Kakak atas diriku!] sahut Syera kembali mengancam Raihan.

Raihan terdiam tanpa menjawab lagi ucapan Syera dan Syera cepat-cepat memblokir nomor Raihan lalu menyimpan ponselnya.

Jantung Syera berdegup kencang, semakin tumbuh besar rasa takutnya kepada Raihan yang berperilaku seperti seorang psikopat saja yang menurutnya.

"Tenang Syer, dia tidak akan berani melakukan apa-apa." Syera menenangkan dirinya dengan mengelus dada.

"Aku harap aku tidak bertemu denganmu lagi!" ucap Syera selanjutnya.


--Tbc--

Ps: Jangan lupa klik vote plus komen!!

Terjerat Cinta Sang Kakak IparWhere stories live. Discover now