part 5

33.5K 1.7K 76
                                    

"Dimana ini ?" Tanya Akasia. Matanya berkeliling menatap deburan ombak dikejauhan.

"Pantai" jawab Allegro singkat sambil membuka kacamatanya dan meletakkannya didashboard. Lelaki itu kemudian turun setelah memarkirkan mobilnya disebuah losmen ditepi pantai.

Akasia bergegas turun dari mobil dan mengikuti Allegro.

"Aku tahu ini dipantai tetapi untuk apa kita kesini tuan.. bukankah kita harus mencari Adrian" tanya Akasia sambil berusaha menyamakan langkah Allegro. Tetapi gadis itu agak kesulitan mengingat tubuh Allegro yang jauh lebih tinggi darinya.

"Tentu, untuk itulah kita kesini" jawab Allegro singkat. Ia lantas menaiki tangga losmen itu mengetuk salah satu pintu yang ada dilantai atas.

Tok tok

"Kamar siapa ini ?" Tanya Akasia lagi.

Allegro tak menjawab dan tetap menatap pintu yang tertutup didepannya itu.

Tak lama pintu itu terbuka dan seorang pria yang sepertinya lebih tua dari Allegro keluar.

"Masuklah" ujar pria itu.

Allegro kemudian menoleh menatap Akasia.

"Bermainlah dipantai.. kalau urusanku sudah selesai aku akan menyusulmu" perintah Allegro.

Akasia mengerutkan dahinya. "Hei.. aku bukan anak kecil lagi tuan.. kenapa kau suruh aku berma.."

Belum selesai Akasia berbicara Allegro sudah langsung menutup pintu.

Akasia menggigit bibirnya dengan kesal. Ia kemudian turun menuruni tangga sambil menggerutu. Allegro memang tidak memintanya untuk ikut mencari Adrian, tetapi apakah salah kalau Akasia mencoba ikut berpartisipasi. Setidaknya Adrian adalah orang yang sangat berarti baginya juga.

Akasia melepaskan sepatu yang dipakainya dan meletakkannya diatas pasir. Dengan perlahan ia pun duduk sambil menatap deburan ombak.

Hari memang sudah malam tetapi tampaknya pantai ini tetap terus ramai. Terlihat dari beberapa anak muda yang membuat api unggun besar dan menari-nari disekitarnya. Live music dari cafe yang ada didekat pantai pun terdengar dengan jelas.

Akasia meletakkan dagunya diatas lututnya. Jari telunjuknya kemudian menulis sebuah nama diatas pasir.

ALLEGRO

Mata Akasia termenung menatap tulisannya sendiri. Kenapa ia bisa sampai sebegitunya dengan Allegro.. lelaki yang notabennya berusia jauh diatasnya. Akasia sendiri tidak tahu kenapa. Andai logikanya lebih mendominasi pikirannya dibanding hatinya tentunya ia akan memilih Adrian.

Akasia selama ini hanya hidup sendirian. Berusaha hidup mandiri setelah ditinggalkan kedua orang tuanya. Ia pernah diasuh oleh adik dari ibunya. Tetapi perlakuan yang didapatnya benar-benar tidak manusiawi, Akasia tidak diberi makan yang layak dan kesehariannya adalah diperintah ini itu layaknya seorang pembantu.

Akasia tidak serta merta hidup menumpang gratis di rumah bibinya karena sang ayah meninggalkan warisan kepada bibinya yang cukup untuk menghidupinya hingga besar. Seharusnya begitu.. tetapi tidak pada kenyataannya. Uang itu ternyata malah dihabiskan oleh sang bibi.

Hingga ketika ia masuk sekolah menengah atas, Akasia memutuskan untuk keluar dari rumah bibinya dan berusaha hidup mandiri dengan bekerja serabutan mulai dari sales promotion girl, menjadi pengasuh anak dan yang terakhir adalah menjadi seorang pelayan di cafe seperti sekarang ini.

Akasia bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya mengenai air laut. Ia tersenyum ketika melihat deburan ombak mengenai kakinya.

Sudah lama ia tidak ke laut.

Mr. AllegroWhere stories live. Discover now