Part 16

13K 969 65
                                    

Allegro melepaskan pegangan Lea. "Maafkan aku," ujarnya dan bergegas mengejar sosok itu.

"ALLEGRO?!"

Tak digubrisnya teriakan wanita yang selama beberapa bulan terakhir ia dampingi.

Setidaknya, ia harus memastikan satu hal.

Dengan terus berlari. Mengejar entah siapa itu.

Tak perduli berapa banyak orang yang berteriak marah akibat tanpa sengaja berbenturan dengannya.

"AKASIA!!" Teriaknya.

Oh Tuhan. Benarkah itu dia. Allegro meringis. Mempercepat langkahnya.

Dan ketika ia berhasil meraih sosok dengan sweater putih yang berjalan di depannya.

"Akasi-"

Ia terbelalak.

"Maaf." Ujarnya singkat. Sosok itu bukanlah yang ia cari.

Ia lagi-lagi tidak berhasil menemukannya. Allegro tertunduk lesu seraya mengusap kasar wajahnya.

"Allegro?!"

Lea mencengkeram kemeja pria itu. "Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba seperti itu!"

Allegro terdiam. Ia bahkan benar-benar lupa kalau ada Lea di sini.

"Siapa yang kau cari?" Lea menyipitkan kedua matanya. "Apakah dia? Gadis kecil kekasih anakmu hah?!"

Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir tipis Allegro.

Dan sebuah tamparan mendarat begitu saja di wajahnya.

Lea mulai menangis. "Kau sudah memilihku Allegro jadi lupakan gadis itu. Atau kakakku akan benar-benar melenyapkannya!!"

Tangan Allegro terkepal. Kemarahan benar-benar menguasainya. Meski sayangnya, ia tidak kuasa untuk meluapkannya pada wanita itu.

Entahlah. Allegro sendiri sudah tidak mengerti apa yang kini ia rasakan pada Lea.

Ia memang belum bisa melupakan wanita itu. Tetapi- Akasia...

Allegro menangkup wajah Lea. Wajahnya terlihat serius. "Lea, kumohon dengarkan aku-"

"Tidak." tolak wanita itu. Menepis tangan Allegro kuat-kuat.

"Lea, kau kini sudah bisa berjalan kembali dan-"

Lea tertawa. "Jadi kau ingin meninggalkanku? Setelah apa kegagalanmu menjagaku saat itu?!"

"Kumohon Lea, kejadian itu sudah sangat lama berlalu dan aku bahkan sudah menyingkirkan mereka untukmu." Allegro menghela napas.

"Tapi kau tidak membiarkanku untuk menyingkirkan anak mereka. Apa kau sudah lupa, bagaimana Ayah Adrian menyingkirkan kedua orang tuaku hah?!"

Lea menatap Allegro nanar. Ya, bagaimana mungkin ia akan bisa melupakannya.

Ketika darah dari kedua orang tuanya mengalir tepat di depan matanya hanya karena perebutan kekuasaan.

"JAWAB AKU ALLEGRO?!"

Pandangan semua orang kini tertuju pada mereka.

Ini rumah sakit tetapi mereka malah membuat keributan. Dan Allegro, merasa sangat bersalah karenanya.

Ia meraih pinggang wanita itu dan mendekapnya dalam sebuah pelukan singkat.

"Maafkan aku Lea, maafkan aku."

***

Adrian mengambil gunting dan memotong bagian ujung tangkai mawar yang di pegangnya.

"Apa ada yang salah? Kau terus melamu sejak kembali dari rumag sakit." Ujarnya seraya mengikuti langkah Akasia.

Akasia tidak menjawabnya. Memang, apa yang dikatakan sepenuhnya adalah benar.

Dan yang sejak tadi mengganggunya adalah suara itu.

Ketika ia memasuki pintu lift di rumah sakit. Entah mengapa ia seakan mendengar suara Allegro.

Suara beratnya yang khas dan dalam. Meneriakkan namanya.

Apa mungkin ia berhalusinasi.

"Adrian-" Akasia akhirnya bersuara.

Adrian bergegas menghampirinya. Betapa bahagianya ia karena untuk yang pertama kalinya mendengar Akasia menyebut namanya dengan penuh kelembutan.

"Kenapa? Apa yang bisa kubantu?" Tanyanya.

Akasia menelan ludah dengan susah payah. Meski tahu akan seperti apa reaksi Adrian, setidaknya ia harus mencobanya.

"Sebenarnya, dimana makam Allegro?"

Benar saja. Ekspresi Adrian langsung berubah dingin. "Sudah kukatakan kalau mayat orang itu dikremasi kan."

"Tapi setidaknya katakan padaku dimana kau membuang abunya." Akasia bersikukuh.

"Abu orang itu sudah ku buang ke laut, kau puas."

Mata Akasia terasa panas. Membayangkan kalau tubuh Allegro yang sebesar itu berubah menjadi serpihan abu.

"Mengapa kau begitu menginginkannya Akasia. Dia tidak pantas untukmu. Usia kalian bahkan terpaut belasan tahun." Adrian berkata lirih.

Sungguh pertanyaan yang tidak akan pernah bisa di jawab oleh Akasia.

"Aku tidak tahu Adrian."

Adrian mengerutkan keningnya. "Bagaimana mungkin kau begitu menginginkan seseorang tetapi kau tidak memiliki alasan untuk itu?!"

"Pertanyaan itu berlaku juga untukmu Adrian." Jawab Akasia singkat. "Lebih baik kau pergi dan cari wanita lain yang sepadan denganmu. Karena aku, tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu."

Adrian memutar bola matanya. Hanya sebuah senyuman singkat dan ia pergi begitu saja.

Akasia memejamkan matanya sejenak seraya duduk di sebuah kursi. "Lagi-lagi aku tidak bisa menjaga ucapanku." Gumamnya.

Menatap ruangan kecil berukuran segi empat yang kini menjadi tempat baginya mencari uang.

Ia mengambil setangkai mawar yang tadi di pegang Adrian. Mawar putih yang terlihat begitu cantik tanpa cela.

Andai saja Allegro masih hidup, apakah ia akan senang dengan kehadiran anak ini... pikirnya seraya mengusap perutnya yang buncit.

Kling

Lonceng kecil yang tergantung di pintu menyadarkannya.

Akasia spontan bangkit dan meletakkan mawar yang tadi dipegangnya.

"Selamat datang ada yang bisa kubant-"

Kalimat sapaan yang biasa ia lontarkan seketika tertahan.

Kehadiran pengunjung yang sangat tidak ia duga membuatnya terbelalak. Terhuyung hingga nyaris membentur meja.

Benarkah dia yang kini tengah berdiri di ambang pintu.

Dia yang juga sepertinya memiliki keterkejutan yang sama dengan dirinya.

"Nona??"

Pandangan Akasia teralih pada wanita yang berdiri di belakang sosok itu.

"Tidak kusangka kita akan bertemu lagi."

Akasia benar-benar ingin menangis kini.

Jadi, selama ini Adrian membohongiku...

"Kau-" tenggorokan Akasia seolah tercekat. Ia kembali menatap sosok bertubuh tegap yang masih tak bergerak dari tempatnya berdiri.

Wanita itu melangkah maju mendekati Akasia. "Ada apa? Kenapa kau seperti melihat hantu Nona?"

Akasia melihat wanita itu. "Dia..."

Wanita itu tersenyum dan menunjuk ke arah sosok yang dimaksud Akasia. "Dia Adrian, tunanganku. Tampan bukan." Ujarnya sumringah.

"Ad-rian?"

Tidak, dia bukan Adrian... dia-

Segalanya tiba-tiba menjadi gelap. Tubuh Akasia ambruk begitu saja.

***

Super Fast update #mungkin ^^

Mr. AllegroWhere stories live. Discover now