part 7

28.3K 1.7K 87
                                    

Allegro melajukan mobil suv nya dengan kecepatan tinggi. Menembus hujan disertai badai yang tiba-tiba menyergap mereka. Sesekali ia menoleh ke arah Akasia yang duduk disebelahnya dengan kondisi tak sadarkan diri. Kemarahan begitu membakar emosinya karena tak berhasil mengejar lelaki yang menembak Akasia.

"Bertahanlah Akasia" gumam Allegro.

Lelaki itu kembali melihat kedepan dan pandangannya tertuju pada sebuah klinik yang terletak ditepi jalan. Tanpa berpikir panjang Allegro segera memutar balik mobilnya hingga terdengar suara berdecit yang cukup keras.

Dan ketika tiba didepan klinik Allegro segera turun sambil menggendong Akasia. Tak peduli walaupun hujan deras menerpa tubuh mereka. Yang ada didalam pikiran Allegro saat ini hanya satu. Menyelamatkan gadis bodoh yang ada didalam gendongannya ini.

"Sial !!" Umpat Allegro ketika melihat tulisan CLOSED dipintu masuk.

Tak patah arang Allegro akhirnya mendobrak pintu masuk klinik itu. Dengan tergesa-gesa ia membaringkan Akasia diatas ranjang pasien dan bergegas mencari peralatan seadanya yang bisa ia gunakan untuk mengangkat peluru itu dari tubuh Akasia.

Setelah menemukan apa yang setidaknya bisa berguna Allegro kembali mendekati Akasia dan membuka baju yang dikenakan gadis itu. Akasia membuka matanya perlahan.

"Tu.. an" kicaunya.

"Bertahanlah Akasia.. aku akan berusaha mengeluarkan peluru ini dari tubuhmu.. ini akan sangat sakit jadi.."

Akasia menatap Allegro dalam diam. Wajahnya yang sepucat kertas membuat Allegro merasa jadi semakin bersalah.

"Seharusnya aku tidak membawamu Akasia" ujar Allegro lirih. Sebelah tangannya mengusap kepala Akasia dengan lembut.

Akasia tersenyum diantara sakit yang dirasakannya. "Apa.. aku akan ma..ti tuan ?" Tanya gadis itu.

Allegro mendekatkan wajahnya dan menatap Akasia dalam-dalam. "Aku pernah mengalami yang jauh lebih buruk dari ini dan aku berhasil bertahan hidup.. jadi kalau kau benar-benar ingin bersamaku maka kau harus berjuang" tegas Allegro. Semua perkataan yang diucapkannya barusan mengalir begitu saja hingga membuat dirinya sendiri tidak menyangka.

Akasia menatap Allegro sejenak dan sesaat kemudian ia menganggukkan kepalanya.

Situasi ini benar-benar tak pernah diperhitungkan oleh Allegro. Semuanya berjalan begitu cepat. Syukurlah ketika ia masih dalam camp dahulu ia pernah mempelajari bagaimana dan apa yang harus dilakukan bila berada didalam situasi seperti ini.

Allegro menyuntikkan obat bius kedalam tubuh Akasia hingga rasa sakitnya sedikit berkurang. Allegro nekat. Ya. Lelaki ini bukan dokter tetapi tetap nekat melakukan hal ini.

Tetapi ia tak punya pilihan. Dengan sedikit pengetahuan yang didapatnya ketika masih menjadi seorang pembunuh bayaran dan berdasarkan pengalamannya sendiri yang sudah sering mengalami hal seperti ini seharusnya tidak akan ada masalah. Ya seharusnya pasti bisa. Pikir Allegro berusaha meyakinkan diri sendiri.

Akasia mencengkeram kaus Allegro ketika lelaki itu pada akhirnya berhasil mengeluarkan peluru itu dari tubuhnya.

Allegro menoleh sejenak menatap wajah pucat gadis itu. Tetapi hanya sejenak karena ia kembali fokus pada luka tembak itu. Menggunakan peralatan seadanya untuk menutup luka itu. Dan langkah terakhir yang bisa dilakukannya Allegro membebat kencang luka Akasia dengan kain kasa.

"Akasia.." panggil Allegro.

Gadis itu mengerjap pelan sambil menatap Allegro. "Sudah selesaikah ?" Tanyanya.

Allegro mengangguk.

"Syukurlah.." Akasia masih tetap berusaha tersenyum meskipun kondisinya memperlihatkan yang sebaliknya. Tubuh Akasia gemetar hebat.

Mr. AllegroWhere stories live. Discover now