Part 17

16.5K 1K 90
                                    

Akasia membuka mata dengan amat perlahan. Mengerjap sejenak sebelum tersadar akan apa yang telah terjadi.

"Allegro."

Ia spontan bangkit, pandangannya menelusuri setiap sudut ruangan bercat putih itu.

"ALLEGRO," teriaknya lagi.

Sebuah siluet tak disangka muncul dibalik tirai putih. Hanya diam, tak bicara dan seakan tengah menatapnya.

"A... llegro??" Akasia terpaku.

Siluet itu masih berdiri diam sampai tak berapa lama. "Akasia."

Jantung Akasia meluruh seketika. Benar saja, suara itu. Adalah suara milik dia.

Dia yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

"Kupikir kau sudah tiada," air mata Akasia mulai mengalir. Begitu sulit bahkan hanya untuk mengucapkan satu kalimat lagi. "Kenapa kau tak pernah kembali..."

"Allegro sudah lama mati, Akasia." Ucap sosok itu. Terdengar lemah dan parau.

Akasia tercengang. Ia bangkit dan menyingkap selimut yang menyelubungi tubuhnya dengan kasar.

Mengabaikan perut buncitnya yang cukup membuatnya kesulitan bergerak.

"Jangan mendekat!" Bentak Allegro dari balik tirai.

Akasia spontan membeku. "Mengapa?? Apa kau demikian membenciku?!"

. . .

Allegro mendelik tajam pada sosok yang berdiri di ambang pintu.

Sosok yang dengan begitu beraninya mengarahkan timah panas tepat ke gadisnya. Dia yang berada di balik tirai putih dihadapannya.

"One step and she die." Gumam sosok itu tanpa mengeluarkan suara.

Allegro berusaha keras menahan amarah hingga tanpa sadar menggigit bibirnya sendiri. "Ya, aku memang membencimu. Sejak dulu, Akasia."

Isak tangis gadis itu mulai terdengar. Oh betapa ingin rasanya Allegro merobek tirai itu dan meraih Akasia ke dalam pelukannya. Seerat mungkin, sampai gadisnya berhenti menangis.

"Tidakkah.... kau merasa iba padaku... Allegro, hiks... aku tengah mengandung anakmu!" Suara Akasia terdengar sendu.

Tangan Allegro terkepal. Dadanya terasa nyeri hingga seakan membuatnya nyaris mati.

Ketika Allegro tanpa sadar mengangkat tangannya untuk menyingkap tirai itu. Sosok yang berdiri di ambang pintu secara tiba-tiba melepaskan tembakan hingga menembus tirai.

Jeritan Akasia terdengar di seantero ruangan.

Allegro menoleh. "Keparat kau Vallent," geramnya.

Vallent tersenyum miring. Betapa senang hatinya melihat Allegro menderita seperti ini.

Pistol Vallent bergerak menurun dan kini mengarah tepat ke siluet Akasia yang tengah berjongkok ketakutan.

"Last word Allegro." Desisnya.

Allegro rasanya ingin mencabik-cabik tubuh Valent hingga hancur tak bersisa.

"Mengapa kau lakukan itu?! Mengapa kau ingin membunuhku Allegro!!" Jerit Akasia.

Allegro kembali melihat Akasia. "Lu-lupakan aku. Tidak akan ada masa depan untuk kita berdua. Jangan pernah mencariku lagi atau...." tenggorokan Allegro benar-benar tercekat. Ia ingin memotong lidahnya setelah ini. "Atau..."

"ATAU APA ALLEGRO?!" Teriak Akasia.

Kedua mata Allegro terpejam. "Atau aku akan membunuhmu."

***

Mr. AllegroWhere stories live. Discover now