2. Disenchanted

23.4K 1.9K 71
                                    

Terima kasih untuk reader yang selalu aktif ninggalin vote dan komen kalian bener2 penyemangat buat kami para author. Soalnya kalau sepi, bingung juga ni ada readernya apa gaksih😅

***

"Oh, ini si pelakor sukses itu?"

Pertanyaan itu terdengar jahat meskipun tidak salah sepenuhnya. Tapi tetap saja jahat. Rhea yang mendengarnya saja merasa tidak enak hati, apa lagi orang yang dituju?

Rhea melirik reaksi Starky dan Nadira. Kalau raut Starky sekarang sudah berubah marah-terlihat dari urat-urat keningnya yang mulai menyembul, Nadira malah tersenyum menatap Adel-adik Starky yang tadi melontarkan pertanyaan itu. Cewek bertubuh mungil itu kini berusia enam belas tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Di antara seluruh keluarga Starky dan Rhea, Adel adalah satu-satunya orang yang sampai sekarang belum bisa menerima perceraian kakaknya. Saat Rhea dan Starky masih bersahabat jaman SMP dulu, Adel waktu itu masih berusia dua tahun. Starky sering ngomel kalau Adel merengek ingin ikut bermain bersama mereka, tetapi Rhea dengan sabar selalu membawa Adel. Tidak jarang Starky menyalahkan Rhea saat perjalanan mereka menuju sungai atau kebun milik kakek mereka terhambat karena ada Adel yang ikut.

Sekadar informasi, Mbah Uti dan mendiang suaminya dulu memiliki perkebunan yang sangat luas. Mereka adalah pemasok buah dan sayuran ke beberapa pabrik-pabrik yang menghasilkan produk-produk ternama.

Sedangkan Mama Starky adalah pengusaha di bidang kuliner. Beliau memiliki beberapa cabang yang tersebar di kota-kota lain. Karena itulah sejak kecil Starky kerap kali ditinggal oleh Mamanya dan sering dititipkan pada keluarga Rhea.

"Adel, mulut kamu," tegur Starky berusaha menahan kemarahannya.

Adel sendiri hanya menggedikkan bahu kemudian pergi bergabung dengan Shane. Rhea merutuki kelakuan Adel dalam hati. Bisa-bisa Rhea lah yang dituduh mengajarkan hal-hal tidak baik pada Adel.

"Saya datang kesini untuk memperkenalkan diri saya pada Mama dan Papanya Starky, juga Mbah Uti," ujar Nadira seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Mama dan Papa Starky?" ulang Mama Starky bingung. "Saya biasa dipanggil Tante Aina sama yang bukan keluarga," lanjutnya.

Rhea memijat keningnya. Mental Nadira kuat sekali. Bisa-bisanya dia tetap tenang dalam situasi seperti ini.

"Mbah Uti itu panggilan dari cucu-cucu saya. Kalau orang lain biasanya manggil saya Nyonya Ratih Kusumadjaya," sahut Mbah Uti tanpa mau repot-repot melihat Nadira. Entah sejak kapan wanita sepuh itu sudah sibuk melanjutkan sulamannya.

Like mother, like daughter. Ekspresi Mbah Uti dan Mama Starky saat ini begitu mirip plek ketiplek.

Papa Starky berdehem di tengah suasana canggung ini. Pria paruh baya itu menatap Nadira dengan tenang. Sama seperti Ayahnya Rhea, Papanya Starky adalah seorang pensiunan TNI. Pembawaan mereka yang selalu tenang dan penuh wibawa begitu mirip sehingga sering kali Rhea melihat sosok Ayahnya dalam diri Tuan Praja Wirawan.

"Duduk dulu." Papa Starky mempersilahkan Starky dan Nadira untuk duduk di hadapannya.

Kedua orang itu langsung menurut. Mama Starky sendiri tampak tidak peduli dan malah melanjutkan makannya meskipun Ibunya Rhea sudah memberi kode agar sepupu jauhnya itu pergi bergabung di sofa sana. Mama Starky berpura-pura tidak paham kode.

Mbah Uti juga sama. Ia masih asyik di kursi malasnya dan melanjutkan sulamannya seakan-akan tidak ada tamu yang perlu disambut.

"Kedatangan kamu tentu ada maksudnya kan?" Papa Starky membuka pertanyaan.

Nadira mengangguk. "Saya ingin memperkenalkan diri secara resmi, Om."

"Memperkenalkan diri sebagai apa?"

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang