8. Sunflower

18.5K 1.5K 21
                                    

Rhea beserta keenam karyawannya menatap nanar pada beberapa peralatan salonnya yang diangkat oleh ketiga pria yang tempo hari datang. Rasanya Rhea ingin berteriak marah, tapi seluruh emosinya sudah terkuras. Yang dapat dia lakukan sekarang hanya pasrah menatap semua yang dia bangun runtuh dalam sekejap.

Karirnya, rumah tangganya, semuanya lenyap begitu saja. Rhea ingin menyerah saat ini juga. Dia tidak punya apapun lagi untuk diperjuangkan.

Lantas dia teringat akan beberapa hal penting yang tersisa dari kegagalannya. Dari rumah tangganya, dia memiliki Shane. Dan dari salonnya, dia masih memiliki enam karyawan yang begitu setia kepadanya. Rhea mungkin sudah kehilangan banyak hal, tapi dia juga masih memiliki hal-hal yang berarti.

"Maaf karena aku gak bisa pertahanin salon ini. Kalau kalian mau mencari pekerjaan lain, silahkan. Pesangon dan gaji kalian bakal aku transfer ke rekening kalian masing-masing," ucap Rhea.

Enam cewek yang berdiri di hadapannya saling pandang sesaat. Kayla maju mendekati Rhea dengan hati-hati.

"Kalau Kak Rhea masih mau memulai lagi, kita bisa bareng-bareng, Kak. Kami mau temani Kakak," ucapnya yang langsung disetujui teman-temannya.

Rhea menggeleng pelan. "Butuh waktu untuk aku bangun semuanya lagi. Aku udah bener-bener gak punya apa-apa lagi untuk modal."

Arum, karyawan yang baru bergabung dua bulan lalu memberanikan diri untuk menyentuh tangan Rhea. "Ini modal terbesar Kak Rhea."

Rhea menatap bingung tangannya yang diangkat oleh Arum. "Modal terbesar?"

Arum mengangguk. "Keterampilan dan bakat Kakak. Itu kan modal pertama Kak Rhea yang bisa membawa Kak Rhea sampai ke tahap ini?"

"Betul, Kak. Modal terbesar Kak Rhea adalah tangan Kak Rhea," ucap Rana.

Rhea tidak sanggup menahan laju air matanya. Dia tidak menyangka bisa mendapatkan orang-orang sebaik ini.

"Kak Elly mungkin mengkhianati Kak Rhea, tapi kami tidak." Diandra berucap. "Kami siap menemani Kak Rhea."

"Tapi untuk mengumpulkan modal lainnya. Ya kalian tahu, alat-alat salon dan bangunan..." Rhea menahan sesak mengingat semuanya. "Aku harus kembali ke Jakarta. Di sana mungkin aku bisa pinjam bangunan kepunyaan Kakak Aku."

Sebelum ke Makassar, Rhea sempat menjadikan sepetak ruko milik Ares sebagai studionya. Setahu Rhea, Ares bilang kalau salah satu penyewanya sudah keluar bulan lalu. Kalau Rhea kembali ke Jakarta, tentu Ares dengan senang hati akan membantu adiknya itu.

"Kalau Kak Rhea mengizinkan kami untuk ikut, kami mau ikut," ucap Pinkan. Dia melirik teman-temannya. "Jauh lebih baik dari pada kami pulang kampung atau nyari pekerjaan lain lagi."

Diandra mengangguk. "Untuk berdiri sendiri juga kami belum sanggup. Lagian kami betah sama Kak Rhea. Bonusnya banyak," candanya.

Rhea terkekeh kecil. "Oke. Kalau gitu biar aku pikirin dulu ya. Untuk sementara, kalian cari job di luaran dulu. Kalian boleh pakai alat-alat yang tersisa."

"Siap, Kak. Peralatan makeup kita masih utuh kok di dalam," sahut Rifa.

"Kalau gitu aku ke sekolah Shane dulu ya. Tolong sisa-sisa peralatan yang masih ada di dalam kalian bawa ke rumahku. Nanti pesan go box atau sewa pick up, terserah kalian. Atur aja."

"Baik, Kak."

***

Sebelum turun dari mobil, Rhea memastikan wajahnya sudah baik-baik saja. Dia tidak mau terlihat sedih apalagi sembap di hadapan Shane. Segalanya harus terlihat baik-baik saja di hadapan putranya itu.

Three YearsOnde histórias criam vida. Descubra agora