10. Filosofi Ikan Bakar

18.9K 1.5K 75
                                    

Rhea menghampiri Shane yang sedang beristirahat di pinggir empang. Mereka baru saja selesai menangkap ikan. Ikan-ikan yang mereka tangkap sedang dibersihkan oleh Rana dan Davin di sungai. Malam ini mereka berencana untuk membuat ikan bakar.

"Gak mau bersihin badan dulu?" tanya Rhea sambil mengambil tempat duduk di sebelah Shane.

Shane menepuk-nepuk lumpur yang mulai mengering di kakinya. "Ntar aja. Mau duduk di sini bentar."

"Shane," panggil Rhea.

"Iya, Ma?"

"Kamu seneng gak sekolah di TK Insan Ceria?"

Shane mengernyit. "Kenapa?"

Kebiasaan Shane adalah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain dan Rhea harus bersabar akan hal itu.

"Mama berencana untuk pindah ke Jakarta," ucap Rhea.

"Kenapa?" tanya Shane lagi.

"Karena... Mama mau mulai kerja lagi di sana. Mama sama temen-temen kerja Mama mau bikin salon di sana."

"Memangnya salon Mama yang di sini kenapa?"

"Bisa dibilang... bangkrut," jawab Rhea hati-hati. Sebenarnya dia tidak mau Shane tahu soal masalah yang menimpa salonnya, tapi anaknya ini pasti akan terus bertanya.

"Terus, apa korelasinya antara kita pindah ke Jakarta dan apa aku seneng apa enggak di TK Insan Ceria?"

Rhea berusaha tersenyum mendengar kata 'korelasi' yang diucapkan Shane. Dari mana pula dia mendengar kata itu?

"Mama nggak mau kamu sedih kalau kita pindah ke Jakarta dan ternyata kamu udah senang sama temen-temen yang di sini," ujar Rhea.

"Ya udah kita pindah aja."

Rhea menatap raut Shane yang terlihat biasa saja. "Kamu yakin?"

"Dari pada Mama nggak punya salon dan kita jadi gak punya uang," ucap Shane polos. "Lagian, di Jakarta ada Papa. Kalau kita di sana mungkin Papa bisa jemput aku di sekolah."

Rhea terdiam. Dia tahu kalau Shane belum selesai bicara.

"Kayak Tsany sama Noah," lanjut Shane pelan.

Rhea menggigit bibir bawahnya, berusaha agar dia tidak menangis. Baru kali ini Shane mengungkapkan sesuatu yang diinginkan. Putranya ini hampir tidak pernah meminta sesuatu. Bahkan mainan pun Rhea yang berinisiatif membelikan.

"Shane kangen Papa ya?"

Shane tidak menjawab. Dia sibuk memilin-milin setangkai rumput gajah yang tadi dicabutkan oleh Devan.

Sekarang Rhea tahu kenapa Shane tidak suka setiap kali Starky menelepon. Alasannya kurang lebih sama dengan yang dirasakan Rhea setiap kali harus berbicara dengan Starky. Karena mereka merindukan pria itu.

Rasanya semakin menyesakkan ketika hanya bisa mendengarkan suara Starky melalui telepon, sementara mereka tahu Starky tidak ada di sini. Ada orang lain yang lebih diinginkan Starky dibandingkan keluarga kecil mereka.

"Mama jangan sedih," ucap Shane kemudian.

"Mama nggak sedih," kilah Rhea.

"Kita pindah aja ke Jakarta. Bukan karena bisa dekat sama Papa aja sih, tapi supaya Mama bisa kerja lagi."

Rhea tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Shane. Dia mendekap putranya itu begitu erat sampai-sampai Shane menggerutu.

"Apa sih, Mama! Mama bau keringat ih," protes Shane.

***

Shane antusias melihat Davin yang sedang mengipasi ikan bakar. Ini pertama kalinya bagi Shane melihat orang membakar ikan. Biasanya dia hanya bisa melihat Mamanya memanggang ikan memakai grill pan di kompor.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang