30. Uninvited Guest

16.1K 2.2K 228
                                    

Rhea memaksakan senyum pada Nadira yang kini berdiri di hadapannya. Hari ini wanita itu terlihat begitu cantik berbalut midi dress berwarna putih gading.

Dari jarak mereka yang lumayan dekat, Rhea bisa merasakan perbedaan tinggi yang begitu jauh dengan Nadira. Wanita itu terlihat begitu mungil, dan ditambah lagi dengan kulit putih bersih yang dia miliki, Nadira terlihat seperti boneka hidup.

"Aku mau nail art, bisa?" tanya Nadira.

Rhea melirik Rana yang baru saja menyelesaikan nail art seorang pelanggan. "Aku cuma melayani yang udah melakukan reservasi," ujarnya seolah tahu maksud lirikan Rhea.

Rhea menghela nafas. "Yuk, sama aku saja."

Meski berlawanan dengan keinginannya untuk mengenyahkan Nadira dari hadapannya, Rhea tahu ada maksud lain di balik kedatangan wanita itu.

Nadira duduk berhadapan dengan Rhea, mereka dipisahkan oleh meja tempat Rhea akan melakuan nail art. Agar tidak berlarut-larut begitu lama dalam kecanggungan, Rhea segera mengambil katalog berisi model nail art.

"Kalau punya request sendiri, kasih tau aja," ujar Rhea sembari menyodorkan katalog itu pada Nadira. "Atau kalau mau coba pakai nail printer juga bisa."

Nadira menggeleng pelan. "Aku mau kamu yang hiasin, look-nya gimana juga terserah kamu aja."

"Ah, oke."

Rhea memulai dari merapihkan ujung-ujung kuku Nadira. Tangan dan kukunya sangat terawat sehingga Rhea tidak perlu berlama-lama untuk proses merapihkan.

"Starky sering ke sini?" tanya Nadira.

Rhea mendongak sejenak untuk melihat wajah Nadira. Rhea merutuki dirinya karena bisa-bisanya dia menyempatkan diri memuji kecantikan Nadira meski hanya di dalam hati. Bagaimana tidak? Nadira terlihat seperti baru memasuki usia dua puluh tahun, sedangkan usia sebenarnya sudah awal kepala tiga.

"Kadang-kadang sih kalau pas lagi mau ketemu Shane," jawab Rhea seadanya.

Mereka terdiam cukup lama sampai Rhea selesai memakaikan base coat di kuku-kuku Nadira. Diam-diam tanpa Rhea sadari, Nadira memperhatikan wajah Rhea baik-baik.

"Aku sama Starky batal menikah."

Gerakan tangan Rhea terhenti, akan tetapi matanya tetap tertuju pada jemari Nadira yang tadinya hendak ia arahkan ke nail dryer.

"Kenapa?" tanya Rhea nyaris berbisik.

"Kamu ingat waktu Starky ngomong di depan orang tuanya kalau dia pernah berusaha untuk menerima kamu selama pernikahan kalian?"

Rhea mengangguk. "Tapi dia gagal," ucapnya.

"Dia gak gagal."

Rhea mendengus kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia meletakkan jemari Nadira di nail dryer.

"Sia-sia dong perjuanganku bercerai sama dia demi kebahagiaan kalian," sindir Rhea.

"Aku sama Starky gak pernah berhubungan setelah kalian menikah. Ya, kami memang beberapa kali chat-an tapi hanya sebatas itu."

"Hanya sebatas itu tapi dampaknya besar untuk aku dan anakku."

Kini giliran Nadira yang terdiam. Dia hanya memandang Rhea yang terus bekerja seperti tak terganggu sama sekali.

"Kenapa kalian batal menikah? Karena gak dapat restu keluarga Starky?"

"Salah satunya, tapi itu bukan masalah besar," jawab Nadira.

Rhea menautkan alisnya. "Terus?"

"Setelah aku ketemu sama Shane beberapa kali, aku sadar aku gak akan bisa memberi kebahagiaan untuk Starky."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Three YearsWhere stories live. Discover now