18. Mama's Knight

24.8K 2.5K 256
                                    

Makasii untuk kalian yg udah meramaikan tiap chapter Three Years. Luv you bertubi-tubi🫰🫰🫰

***


Rhea dan Starky memutuskan untuk duduk di halaman sisi sebelah kanan, cukup dekat dengan jarak kelas Shane. Mereka bukannya tidak tahu kalau sekelompok ibu-ibu tadi masih memperhatikan mereka. Kalau saja saat ini tidak ada Starky, mungkin Rhea akan lebih memilih bergabung dengan ibu-ibu itu untuk mengakrabkan diri.

"Shane tertarik sama tanaman ya?" tanya Starky membuka percakapan.

"Dia tertarik dengan apapun asal bukan sekolah," jawab Rhea.

"Maaf, Rhe."

Rhea menoleh pada Starky, menunjukkan raut bingung. "Maaf lagi?" candanya.

"Aku pikir selama ini Shane selalu nurut sama kamu. Tadi pagi, aku baru tahu kalau dia juga bisa rewel. Kamu pasti kesusahan nanganin Shane sendiri."

Rhea mendengus geli. Untuk apa sih Starky meminta maaf terus-terusan?

"Namanya anak kecil. Dia lebih sering nurut dan tenang kok, hanya di saat-saat tertentu aja dia kayak gitu."

"Dan aku bahkan gak tahu cara nanganinnya. Aku merasa payah banget sebagai Papanya."

"Itu karena lo belum biasa aja. Nanti deh kalau lo punya anak lagi, biasain ngasuh sendiri," canda Rhea.

Starky tersenyum samar. "Kayaknya anakku bakalan cuma Shane aja deh," ucapnya pelan tapi masih bisa terdengar oleh Rhea.

"Hah? Kenapa? Nadira nggak mau punya anak?"

"Gak tahu. Dia bukan tipe orang yang mau mengorbankan karir."

"Emangnya lo nggak mau punya anak lagi?"

"Ya mau. Tapi itu kan badan dia, jadi dia yang menentukan."

Sebenarnya Rhea agak kurang setuju dengan pernyataan Starky. Dia tahu kalau Nadira adalah wanita karir. Rhea juga berkarir meskipun bukan kantoran. Tidak ingin membanding-bandingkan kondisi orang dengan dirinya, tapi menurut Rhea pernikahan itu keinginan bersama dan membuat keputusan juga harus dilakukan bersama-sama. Mungkin niat Starky memang baik agar Nadira merasa nyaman, hanya saja Rhea merasa agak kasihan dengan Starky.

Barangkali karena Rhea terlalu bucin. Jadi saat dia tahu kalau Starky sangat ingin memiliki anak, dia bersedia melakukan promil sejak awal pernikahan mereka. Meskipun saat itu dia sangat kewalahan karena harus kesana kemari menerima job merias dalam keadaan hamil. Jika dipikirkan rasanya sudah lelah duluan, namun Rhea merasa baik-baik saja saat menjalani semua itu.

"Ya itu terserah kalian sih. Sayang aja kalau lo gak punya anak lagi. Bibit unggul padahal."

Starky tertawa. "Bibit unggul gimana?"

Rhea menggedikkan bahu. "Lihat aja si Shane cakepnya nurun dari lo. Gue sampai iri lihatnya. Gue yang hamil, lahirin, nyusuin. Eh malah elo yang ambil bagian paling banyak di fisik Shane."

Kali ini Starky tidak tertawa, padahal niatnya Rhea hanya bercanda. Pria itu malah menatap lekat-lekat mata Rhea. Rhea sampai sesak nafas dibuatnya.

"Emang nggak ada yang pernah bilang kalau mata Shane mirip banget sama mata Mamanya?"

Rhea mengerjap sesaat. "Perasaan mata dia lebih mirip ke lo deh."

Starky menggeleng. "Irisnya persis iris kamu."

Rhea membuang muka. Dia tidak mau Starky menyadari kalau pipinya saat ini terasa hangat dan sudah pasti merona merah.

***

Three YearsWhere stories live. Discover now