[[S1]] CHAPTER 13

736 47 2
                                    

Seorang wanita muda duduk termanggu sendirian di bangku taman tak jauh dari kompleks Perusahaan Kim Dokja. Di bawah naungan sebuah pohon rindang yang tak begitu tinggi, bergemerisik samar menghidupkan suasana pagi. Wanita itu meluruskan punggungnya pada leher bangku besi yang memberi kesan dingin. Menghirup udara segar di pagi hari yang cukup jarang ditemui. Menjadikan hari itu sebagai hari libur untuk menanti skenario yang akan datang di waktu yang paling krisis.

Angin yang berhembus pelan menerpa wajah cantiknya yang berkulit bersih. Mendapati rambut coklatnya yang tergerai indah bergoyang pelan menggelitik kulit wajahnya yang manis. Mata sewarna karamel memandang lurus ke arah langit biru bagaikan kanvas yang terhias semburat-semburat awan putih tipis. Menunjukkan suasana cerah yang sanggup membuat hati orang-orang menjadi riang dan senang. Bagaikan sebuah pertanda akan datangnya hal baik yang sangat jarang ditemui di dunia yang dalam ambang kehancuran.

Akan tetapi hal itu sama sekali tak berlaku bagi seorang Yoo Sangah.

Sembari menatap langit dalam diam, wanita cantik dalam balutan blous santai berenda putih itu tampak membuat ekspresi yang rumit. Mendapati bahwa dirinya tak merasakan ketenangan bahkan barang sedikit. Tak dapat mengistirahatkan pikiran dan batinnya yang seperti dibuat waswas karena masalah yang terbilang pelik. Malahan hal-hal itu terus saja mengganggunya dan membuat wanita itu menjadi semakin panik. Bibir dalam sapuan lipglos peach melengkung dengan garis tak menyenangkan. Sepasang karamel menyorot sendu dalam kesan yang bercampur dengan rindu.

"Seharusnya aku ke kamar rawatnya dulu tadi... " Gumamnya, semakin menjadi muram dan melirih di akhir kalimat. Menundukkan kepala dengan bosan dalam kesan kecemasan. Menyorot dengan lemah dan tampak sangat tak bersemangat. Yoo Sangah tak dapat menampik kenyataan bahwa sejujurnya, ia merindukan kemunculan seseorang dengan aksinya yang selalu tak terduga.

Ia merindukan sosok Kim Dokja.

Namun Yoo Sangah paham benar bahwa Pria itu bahkan tak diperbolehkan keluar dari kamar rawat inapnya. Kondisinya yang belum stabil membuatnya harus beristirahat total selama beberapa hari. Malahan Dokter Nebula, Lee Seolhwa menyarankan agar pria itu tak melakukan aktivitas berat yang dapat membebani tubuh dan pikirannya untuk sementara waktu. Berkata bahwa keadaan Kim Dokja bahkan jauh lebih gawat dari pada kelihatannya.

Dan Yoo Sangah tak tahu keadaan 'gawat' seperti apa yang dimaksud oleh Lee Seolhwa.

Seakan... wanita itu mencoba menutupi sesuatu dari Anggota Nebula lainnya yang semakin dibuat resah karena masalah yang tak mereka tahu benar apa penyebabnya.

"Apa yang sebenarnya sudah terjadi, Dokja-ssi?" Yoo Sangah sungguh ingin menanyakannya, secara langsung tanpa harus membayangkan sosoknya yang akan tersenyum kecut dengan wajah dipenuhi kepalsuan.

"Bagaimana bisa semuanya menjadi seperti ini?" Sekali lagi Yoo Sangah bertanya, namun yang hadir di hadapannya hanyalah udara kosong dan daun kering yang jatuh terbawa angin. Menyinggung telapak tangan yang tertangkup di atas pangkuannya dan saling menautkan jari. Meremat sebuah benda berwujud seperti botol kaca kecil seukuran ibu jari dengan cairan berwarna keemasan yang memberi kesan dingin.

Tangan itu tampak bergetar sesaat sebelum mengerat dan menggoreskan segaris luka  dengan kuku pada bagian tutupnya.

Yoo Sangah tak ingin berpikir terlalu jauh. Ia tak ingin memikirkan sesuatu yang mungkin akan menyakiti hati dan harga diri seorang Kim Dokja yang sedang sensitif. Namun benda yang saat ini tergenggam di tangannya-- benda yang waktu itu ditunjukkan oleh Han Sooyoung pada sponsornya-- membuatnya tak bisa memikirkan hal yang jauh lebih aneh dari hubungan antara dua pria dewasa yang mengarah pada kesan seksualitas yang menyimpang. Ia tak dapat menemukan kesimpulan lain yang jauh lebih rasional dan benar.

KISS ME, LIARWhere stories live. Discover now