[[S2]] CHAPTER 10 : Janji Jari Kelingking

808 54 11
                                    

Shin Yoosung tak tahu mengapa perasaannya begitu gelisah.

Jam sudah menunjuk lewat tengah malam. Ah, bahkan sekarang sudah ke angka satu. Namun mata yang sejak tadi dipaksa untuk terpejam sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda menjadi sayu atau mengantuk. Malahan ia semakin tak bisa tidur dan hanya berkedip-kedip sejak tadi sembari menatap eternit kamarnya.

Gadis itu bangkit dari ranjang empuk yang ia tempati. Menarik diri dari selimut hangat dan menatap sejenak ke arah jam yang terpajang di kamar. Tangannya memegangi dada di balik terusan putih longgar yang ia kenakan.

Lagi... Perasaan gelisah yang tak menyenangkan ini kembali. Seakan ada sesuatu yang tak menyenangkan tengah menimpanya. Namun Shin Yoosung tampaknya menyadarinya. Arah dari rasa tak nyaman yang terus mengganggunya sejak tadi bukanlah dari dirinya sendiri.

"Ahjussi... "

Ya, perasaan ini... Ini jelas berasal dari sponsornya. Karena bahkan kalaupun Shin Yoosung tak terikat kontrak seperti Inkarnasi dan Constellasi pada umumnya, perasaan mereka terkadang saling terhubung dan seperti bercampur menjadi satu.

Dan seperti saat ini, Shin Yoosung yakin bahwa rasa tak nyaman yang sejak tadi mengganggunya berasal dari Sponsornya.

"Ada apa dengan Ahjussi? Kenapa rasa gelisah ini terus tersampaikan padaku? " Gumam Shin Yoosung, murung. "

"Apakah sebaiknya aku ke ruangan Ahjussi? " Gadis itu masih memikirkan langkah apa yang sebaiknya ia ambil.

Tempat Kim Dokja di rawat agak jauh dari kamarnya berada karena letaknya paling belakang dan bahkan terpisah oleh lorong panjang. Seakan tempat itu diciptakan memang khusus untuk mengisolasi sponsornya itu. Dan Kim Dokja saat ini sedang di rawat...

Lagi pula apakah Sponsornya ini memang masih terjaga? Atau mungkin perasaan tak menyenangkan ini datang karena pria itu bermimpi buruk?

Shin Yoosung tak mengerti. Yang mana pun jawabannya tampak kabur. Di satu sisi ia sangat ingin menemui Sponsornya dan melihat keadaannya-- bahkan jika diperbolehkan ia sangat ingin menunggui sponsornya seharian penuh dan melupakan sejenak tugas untuk menjaga seoul selama 6 jam. Tapi sisi lainnya masih memikirkan nilai kesopanan seperti yang di ajarkan Yoo Sangah-- untuk tak mengganggu orang di tengah malam atau ketika mereka sedang terlelap.

Tapi-- bagaimana ini? Shin Yoosung semakin merasa gelisah. Dadanya seakan menjadi berat dan sesak.

Ini tak menyenangkan dan sangat mengganggu. Shin Yoosung... semakin gelisah.

"Aku harus menemui Ahjussi-- bahkan kalau nanti Ahjumma atau para Unnie memarahiku... Ahjussi... Aku harus melihatnya! "

Membulatkan tekad, Shin Yoosung pun memutuskan untuk beranjak dari kamarnya. Mengenakan sweater pink dan syal berwarna serupa. Kemudian keluar untuk melihat keadaan sponsornya

Langkahnya pasti dan cepat. Seakan dia tengah terburu namun tak lupa untuk berhati-hati agar langkah kakinya tak bergema nyaring di koridor gedung. Keadaannya remang-remang dan hanya ada beberapa penerangan saja yang di nyalakan karena hari sudah terlalu malam. Namun Shin Yoosung sama sekali tak menunjukkan ketakutan. Memikirkan Sponsornya yang tengah sakit atau mungkin tengah bermimpi buruk justru adalah hal paling menakutkan daripada hantu atau sejenisnya.

Hingga tiba-tiba--

"Ahjussi? "

Shin Yoosung menghentikan langkahnya. Melihat sosok dalam balutan mantel putih di lorong yang hendak ia lewati. Namun seketika mata madu itu membola sempurna ketika melihat siapa yang ada bersama sosok itu.

Seorang pria bermantel hitam, tampak menyentuh sponsornya yang terduduk menyandar di dinding dan hendak melakukan sesuatu.

Tangan Shin Yoosung terkepal ketika pria bermantel hitam menoleh ke arahnya. Dengan amarah yang membeludak, Shin Yoosung pun berlari menerjang pria itu sembari mengarahkan tinju kecilnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KISS ME, LIARWhere stories live. Discover now