[[S2]] [PROLOG]

684 65 0
                                    


Dingin....

Rasa dingin itu terus melingkupinya

Sejak kapan? Berapa lama ini terjadi?

Ia tak tahu. Ia tak tahu lagi waktu apa sekarang ini. Ia bagai di butakan oleh rasa dingin dan kehampaan yang membuat seluruh visi dan isi kepalanya berhamburan. Ia tak tahu lagi di mana dirinya berada saat ini.

Ia sungguh tak tahu apapun.

Namun... Ia tak berpikir bahwa hal ini adalah sesuatu yang buruk.

Rasa dingin ini... Kegelapan ini... Keheningan ini... Membuatnya terus merasa mengantuk dan semakin tenang...

Namun sebuah cahaya tiba-tiba muncul di hadapannya. Cahaya dari sebuah layar redup yang membuatnya membuka mata lelah yang lengket dan seakan ingin terus tertutup. Untuk pertama kalinya menyadari bahwa dirinya kini tengah melayang di tengah-tengah galaksi dengan milyaran bintang yang berkelap-kelip dengan indah dan mengagumkan.

Tempat ini.... Ia sudah tak asing lagi.

Kemudian layar itu secara tiba-tiba bergerak. Bagaikan sebuah dinding yang hidup, secara tiba-tiba melingkupinya dan mengurung dirinya di tengah-tengah. Ia terkejut. Isi kepala yang semula kosong secara tiba-tiba terisi oleh bermacam hal ketika layar yang mengurung dirinya mengeluarkan suara bergemerisik.

Suara... Dari seorang pria yang sangat ia kenal...

["..Kim... Dokja..."]

Nyut--

Rasa sakit dan sesak membeludak memenuhi dirinya. Sosok itu menyentuh dadanya yang berdebar-debar dengan ngilu dan seperti di sayat dari dalam. Visi yang semula memburam menjadi begitu jernih ketika sosok itu muncul secara tiba-tiba di hadapannya.

Tap--

Pria itu--

Wajah itu--

Dan sepasang mata yang memandangnya dengan begitu dingin--

DEGH--

"Hak--akh..."

Ia merasa seluruh isi di dalam dirinya bagaikan runtuh saat itu juga.

Dada yang berdenyut menyesakkan di cengkeram dengan kuat. Bernapas tiba-tiba terasa begitu menyulitkan. Sesuatu bagai melingkar di lehernya dan mencekiknya dengan begitu kencang. Tubuh yang dingin di liputi oleh kengerian yang membuat sosoknya ambruk dan gemetar dengan hebat. Sepasang kelereng hitam yang membola nanar mengeluarkan air mata dengan deras dan menetes-netes dengan begitu memilukan.

Ia mengingatnya... Ia melihatnya lagi...

Sosok itu... Suara yang memanggilnya.. Tubuh kuat dan hangat itu... Juga tatapan dinginnya yang begitu tajam namun mendebarkan dadanya yang sesak--

Dan secara tiba-tiba ia mendengar suara robekan kertas.

Sreet--

Ia melihat kertas terobek melayang dan jatuh di sekitar sepatu boots hitam itu. Sepasang mata lelah itu tanpa sengaja menangkap sepenggal kalimat yang terkutip di sana,

KISS ME, LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang