7.

100 7 0
                                    

Waktu berjalan cukup cepat, Hubungan mereka pun sudah terhitung selama satu minggu lamanya. Tidak seperti pasangan lainnya, Keduanya tidak pernah bertemu sejak komunikasi di telfon. Wajar mereka sama-sama sibuk dan sering pulang larut malam.

Kebetulan juga, Wonwoo beserta pemain drama "Destiny." Sedang mengadakan conferensi press terkait drama yang dimainkan oleh nya bersama lee yubi. Dan Syuting mereka selesai kemarin. Sekarang wonwoo duduk bersebelahan dengan lee yubi dan di sebrang pun ada sutradara Ryun hyeol sedang menjawab pertanyaan awak media.

Giliran wonwoo menjawabnya, Dia nampak tenang dan santai dalam menyampaikan tanggapan mengenai peran Leo tersebut. "Menurutku Leo adalah pria yang perhatian dengan orang sekitarnya bahkan dengan So hyein. Dia akan mengorbankan apapun demi sosok yang dicintainya."

"Apa kekasihmu selalu mendukung saat bermain drama bersama wanita. Sebab biasanya wanita biasa akan merasa cemburu."

Sorot matanya terpendar, Menyebutkan kata "Biasa" sangatlah aneh. Apalagi soomin malah dibawa ke press hari ini. Wonwoo mengambil Mic yang baru saja diletakkan di meja. "Dia bukan wanita pemcemburuan, Dia selalu mendukungku meski jadwal nya sebagai dokter cukuplah padat. Aku sangat bersyukur memilikinya." Ujar wonwoo, Mengingat ini hanyalah sandiwara belaka agar media tidak terlalu menghujat soomin.

"Menurutmu, Apa sifatmu sudah seperti Leo?"

"Berbeda jauh sekali denganku, Karena orang sepertiku kurang peka, Kalau hanya dikasih kode isyarat aku gak bakalan mengerti."

"Pertanyaan terakhir, Apa yang ingin kau sampaikan untuk kekasihmu?."

Percaya diri, wonwoo menghadapkan matanya ke depan kamera sembari menarik nafas karena gugup. "Yang hanya bisa kukatakan, Aku minta maaf. Meski ini egois. Terimakasih telah bersamaku. Yang kuinginkan semoga dirimu bahagia seterusnya dan aku sangat beruntung mengenalimu."

Ditempat lain, Soomin menyaksikan press di rumahnya ditemani Yebin yang libur sekolah. Matanya lekat menatap layar televisi sambil menangkup mug dengan kedua tangannya, Dengan seringai kala sebutan Kekasih mengacu pada soomin.

"AAKHH WONWOO-YAA!!!" Jerit histeris dibarengi Siulan heboh yebin, Malah menggangu pendengarnya dan menutup sebelah telinga nya. "Aku tak bisa membayangkan jika kalian pasangan kekasih asli."

"Kalau begitu jangan dibayangkan, Untuk apa aku membayangkannya jika di pikiranku banyak jadwal operasi." Jawabnya.

"Bisa tidak untuk senang sebentar? Dia memujimu. Jo soomin!" Kesal karena soomin tidak ada reaksi apapun.

"Aku tahu."

"Hidupmu aman saja selama satu pekan? Tidak ada yang mengusikmu."

"Sejauh ini, Kau lah yang sering mengangguku." Ucapnya berjalan ke wastafel, mencuci mug bekas minumnya.

"Eonnie, Jangan bilang begitu. Aku disini menghiburmu."

Tidak mengubrisnya, Ia membuka kulkas dan menemukan potongan nanas dan apel di dalamnya, Soomin mengerutkan kening padahal ia belum sekali pun mengupas nanas maupun apel.

"Apa ini perbuatanmu?" Ucapnya tertuju pada Yebin.

"Iya, Benar." Jawab yebin, Tertawa tanpa bersalah. Lantas soomin mendengus pelan meletakkan piring kecil di meja dan memakannya.

"Maaf..."

"Aku berniat untuk membuat jus diet, Tapi kau telah memotongnya. Yasudahlah....tidak masalah." Soomin berujar tanpa repot meliriknya.

Tidak berselang lama, Ponsel yang ada di saku celana Yebin berdering diapun mengangkatnya dan menempelkan di telinga.

"Eomma..."
"Ada apa?"

To YouWhere stories live. Discover now