16.

82 7 1
                                    

Mungkin saja Soomin berekspetasi tinggi untuk mengubah nasib dan memberikan kesempatan mereka hidup, Tetapi ini sudah kehendak tuhan dan manusia memiliki batas kemampuan saja. Sepasang mata melihat jelas layar deflibilator yang bergambar garis lurus, Pertanda kehidupannya cukup sampai disini.

Bersama dohyun, Soomin menemui kedua orang tua paruh baya menunggu kabar dari dirinya. Langkah kaki yang berat dan merasa iba harus memberitahukan yang sebenarnya.

Melihat Soomin dan Dohyun berada di sana, Mereka antusias berdiri tersirat menginginkan jawaban walau bukan untuk didengar.

"Bagaimana kondisi puteri kami?"

Soomin diam beberapa detik, Menundukkan kepala  sejenak. "Aku minta maaf, Ini sudah diluar kemampuan kami. Puteri kalian telah meninggal."

Mereka saling pandang satu sama lain dan terlihat kebingungan. "Dokter, Bisa kau bicara sedikit lebih keras? Kami terburu-buru dan lupa membawa alat bantu dengar." Pinta nya, Soomin tidak ingat kalau keluar pasien tunarungu.

"Kubilang, Puteri kalian Meninggal!"

"Apa katanya? Aku tidak bisa mendengarmu."

"Puteri kalian meninggal!! Dia---Meninggal!!"

Mereka pun terkejut, setelah mendengar dengan jelas, Raut wajah berubah kini orang tua pasien tersungkur kebawah dan menangis tersedu-sedu.

"Dokter...Tolong! Selamatkan dia. Kumohon!"

"Maafkan aku, Aku sudah berusaha sedemikian. Aku turut berduka cita." Soomin membungkuk tubuhnya, Penuh rasa penyesalan.

Usai selesai operasi, Soomin pergi ke rooftop berada di atas gedung rumah sakit. Dimana dibuatkan taman untuk sekedar duduk istirahat menenangkan diri. Soomin hanya seorang diri tidak ada siapa-siapa disana, Masih melekat baju operasi serta masker yang menggantung dileher.

Tangannya mengambil ponsel di saku celana, Langsung mencari nomor yang ia tuju. Dia ingin mengeluh pada seseorang hari ini. Tidak jadi, Sebab tidak mau menggangu pekerjaan. Di jam begini pun Wonwoo tentu memiliki banyak jadwal padat.

Ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, Lalu menunduk sendu menutup wajah yang sudah mengalir air mata membasahi pipi nya. Soomin gagal menyelamatkan nyawa dengan penuh penyesalan.

"Hiks...Hikss..."

Soomin mulai menangis sesegukan tidak bisa menahan kesedihan.

"Soomin--Ssi!"

Tidak mengira dohyun berada di tempat yang sama padahal ia tidak memberitahunya, Dohyun berlari menghampiri memasang wajah cemas.

"Kau baik-baik saja?" Soomin pun mengangguk, Dan mengajak Dohyun duduk di sebelahnya.

"Aku khawatir karena tidak menjawab panggilanku."

"Ponselku di mode silent."

Dohyun diam beberapa detik lalu berujar, "Barusan aku keruanganmu, Kau tidak ada. Perawat lee tidak sengaja melihatmu naik lift. Sudah kuduga tempat yang bakalan dikunjungi adalah atap gedung."

"Tadi aku melihat teman pria mu, Dia datang bersama Kim jinkyung." Timpal Dohyun.

Ia pun menoleh ke samping dengan tatapan yang sulit diartikan. "Oh Kim Mingyu."

"Aku tidak tahu namanya, Ayahnya cek rutin jadi dia yang menemani. Yi je mengatakan kalau Pria itu mencarimu Juga."

Tidak ingin berlama di rooftop karena ia mempunyai tugas lebih penting ketimbang melamun seorang diri disana. Dohyun pun berhasil membujuk Soomin untuk kembali ke ruangan sembari minum yang hangat.

To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang