8.

96 7 0
                                    

Titik terendah soomin ketika berhadapan dengan dua guci abu yang tertata rapih di lemari kaca. Dengan menatapi sendu foto kedua orang tuanya yang tersenyum. Pikirannya sudah berantakan, Sosok yang dikenal ceria dan selalu ramah senyum menyimpan bekas luka yang tidak sepenuhnya sembuh atau sama sekali tidak.

"Appa, Eomma. Maafkan aku, Baru mengunjungi kalian. Aku harus mempunyai keberanian untuk menemui kalian, Jika kalian tahu aku selalu kesepian dan akan selalu begitu." Tangannya bergetar saat meletakkan dua tangkai bunga di dekat dua guci tersebut.

Ia menunduk menahan kesedihan yang telah dipendam cukup lama, Dia bukan wanita kuat seperti dikatakan orang-orang sekitarnya. Soomin menarik nafasnya seraya menghapus air mata di pipih.

"Kalian jangan khawatir, Sekarang Imo jung yang merawatku dan membesarkanku. Dia memiliki anak perempuan dan aku merasa berutang budi pada ibunya. Kuharap dia tidak merasakan penderitaan ku selama ini."

"Sejujurnya aku ingin berlama disini, Ingin mengeluh dengan kalian. Tapi....aku masih punya tugas untuk menyelamatkan nyawa seseorang." Timpalnya, Membalikkan tubuhnya meski cukup berat meninggalkan ruangan tersebut.

Selepas dari rumah duka, Soomin membuang rasa sedih saat berada di tempat kerja nya. Dia tersenyum menyapa kepada para dokter maupun perawat ketika ingin pergi ke ruangan, Dan bertemu dengan perawat lee yang biasa bertugas di dekat ruangannya.

"Annyeong, Dokter jo. Ada yang ingin menemuimu."

"Yang kuingat, aku tidak memiliki janji temu. Memangnya siapa dia?"

"Aku tidak tahu, tapi dia seorang pria. Wajahnya penuh luka lebam."

Kelopak mata melebar, Sedetik Soomin sudah menerawang jauh. Tanpa skeptis apapun soomin mendorong pintu dan menemukan sosok yang duduk dengan jaket berhoodie membelakanginya.

"Aku sudah menunggumu setengah jam."

Soomin menghela nafasnya menatapi kim mingyu menatapi dirinya, Dengan lemas soomin memajukan kakinya duduk di kursi miliknya. "Seharusnya kau katakan pada perawat di depan. Biar mereka menghubungiku."

"Aku tidak tahu hal itu. Sekarang obati luka ku."

Ia membersihkan luka luka yang masih mengeluarkan darah, Kemudian diberikan obat, Ditutupi kapas terlebih dahulu dan barulah direkatkan plester. "Kau habis menghajar siapa?"

"Aku terjatuh."

"Kau bohong. Ini ada lebam, Pasti habis berkelahi."

Mingyu terkekeh menanggapinya. "Ketahuan ya? Aku baru saja menghajar anak pejabat karena sikapnya tidak sopan padaku."

"Kau berani sekali, Pasti langganan guru bk saat sekolah." Sarkas soomin setelah merekatkan plester dibagian bawah matanya.

"Bisa dibilang begitu. Tadi---Kau seperti terburu-buru masuk kedalam, Apa pikiranmu yang datang adalah wonwoo?"

"Tidak. Biasanya yang janji temu denganku pasti mengabariku dulu." Bantahnya dan mingyu mengganguk paham saja.

"Wonwoo sedang dalam pembacaan naskah bersama pemain lainnya, Drama yang akan dimainkan seorang detektif. Semoga kau tidak cemburu karena ada scene kiss."

Kepala soomin lantas berbalik ketika dia sedang membereskan peralatan di kotak. "Tentu saja tidak, Dia seorang aktor. Wajar ada adegan begituan."

"Benar juga." Mingyu tidak ingin mengatakan apapun dalam hubungan mereka, Mingyu enggan mencampuri urusan keduanya. Terpenting Wonwoo akan melindunginya.

To YouWhere stories live. Discover now