P R O L O G

9K 498 11
                                    

Ketika dirimu hamil tanpa keterangan jelas siapa janin yang kau kandung.


Galian Adlievan Neandra, putra kedua dari 3 bersaudara yang kini sedang hamil muda yakni 2 minggu.

Gelagat Adli yang sering muntah terus diperhatikan oleh keluarga, hingga pada saat keluarganya menemukan jika Adli pingsan didepan wastafel; tanpa pikir panjang, waktu itu Adli segera dibawa ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Dokter mengatakan sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi seluruh keluarga Neandra.

Kabar yang menyatakan jika putra kedua dari keluarga besar Neandra kini sedang hamil muda, terbilang masih muda karena ini berlangsung selama 2 minggu.

Mendapati kabar seperti itu, Adli tidak mempercayainya dan begitu juga keluarganya. Namun, Dokter kembali menjelaskan jika memang laki-laki bisa hamil kalau ia memiliki rahim di dalam perutnya. Itu bisa terjadi karena memang kelainan atau dulunya sebelum dilahirkan Adli memiliki seorang kembaran yang tidak berumur panjang--alias meninggal saat didalam kandungan--tetapi rahim kembaran Adli yang perempuan itu tidak ikut mati, malah teralihkan ke dalam diri Adli tanpa ada yang tahu.

Dan ...! Setelah mengetahui itu semua, hanya tangis yang bisa mereka keluarkan. Rasa kecewa pada kenakalan yang diperbuat Adli, bisa membuat martabat keluarga hancur.

Tetapi, ada satu hal yang mengganjal. Kenapa Daddy dari Adli hanya terdiam tanpa menangis atau meneteskan sedikitpun air mata? Kenapa?

"Dad ...," panggil Adli, dengan suara serak selagi masih terisak.

Daddy Adli--Gavran diam, menatap Adli yang memanggilnya.

Melihat diamnya sang Daddy, Adli merasakan sakit dalam hati mungilnya karena paham jika semuanya kini sedang kecewa besar padanya.

"Keluarkan namaku dari kartu keluarga! Namaku udah mencoreng nama baik keluarga kita, aku udah nggak pantas dianggap anak dari keluarga Neandra," ucap Adli dengan tegas. Meskipun, rasa sakit itu masih menjalar dalam dirinya. Tak dipungkiri jika Adli berpikir rasional seperti apa para peran protagonis di novel-novel yang sering dia baca.

Zalieva, Mommy Adli segera memegang tangan Adli agar tidak melanjutkan gerakannya yang pingin turun dari kasur pemeriksaan.

"Jangan pergi ...," parau Mommy Adli, menatap melas pada anak keduanya itu.

Tangan Adli terulur mengusap air mata yang jatuh menyusuri pipi mulus sang Mommy.

"Mommy harus bisa tanpa aku, ya. Bang Kalla sama Dek Naka masih ada sama Mommy, buat nemenin. Mommy bisa bahagia tanpa aku," ucap Adli, menatap sendu netra cokelat sang Mommy.

Mata Zalieva kembali berkaca-kaca. "Nggak bisa, Kak. Mommy nggak bisa bahagia tanpa Kakak. Nggak bisa, hiks ...."

Memberi salam penutup, Adli mengecup lembut kening sang Mommy. Perlahan tangan Adli melepas genggaman tangan wanita cantik yang sudah melahirkannya itu, dan berhasil turun dari ranjang rawat.

Adli berdiri dihadapan Gavran.
"Dad, maaf udah kecewain kalian. Walau sebenernya aku sendiri nggak tau ini anak siapa, tapi aku mohon jaga Mommy buat nggak ngelakuin hal aneh. Aku minta tolong untuk itu, Dad."

Setelah berucap demikian, Adli pergi begitu saja. Biaya pemeriksaan bisa ditanggung keluarganya meski nanti, mungkin tidak akan diberi tanggungjawab itu.

"Mas, hentiin Adli buat nggak pergi! Aku mohon! Hiks ...!" Zalieva memegang lengan sang suami dengan tatapan berair.

"Sayang---"

"Hentikan Adli, Mas!" tangisnya mengisi ruang periksa.

Gavran menghela napas pelan. "Gak bisa, Sayang. Aku nggak bisa menghentikannya."

"Kenapa, Mas? Aku gak mau sampai Adli kenapa-kenapa! Apalagi dia sedang hamil muda, hamil yang di masa-masa rentan jika nggak di jaga! Mass, pliss ...! Aku mohon ...," pintanya lagi.

"Atau ..., karena kamu marah dan nggak suka kalo ada cowok yang hamil? Iya, Mas?! Jawab aku!" gertak Zalieva dengan pemikiran bercabang.

Gavran tersentak, ia hanya bisa mematung mendengar tebakan yang entah benar atau salah dari isterinya itu. Kemudian, Gavran menunduk, tak enak menatap mata berair Zalieva yang meminta penjelasan atas ucapannya sendiri.

"Maaf, aku nggak bisa jawab soal yang itu. Maaf," ucapnya maaf.

'Aku nggak bisa bilang alasan aku setuju Adli pergi dari keluarga Neandra. Ada seseorang yang menargetkannya jika dia masih berada di keluarga Neandra. Untuk kepergian Adli yang mungkin menyakiti kamu, Eva, aku nggak bisa pake cara yang lain selain yang satu ini. Maaf.' - batin Gavran.

***

Hap ...!

Seseorang menangkap Adli yang hampir saja terjatuh karena menabraknya.

"Eh, maaf, maafkan saya. Permisi!" Kemudian Adli berlari keluar dari rumah sakit.

Pria tampan yang memberi Adli pertolongan kecil, menampilkan senyum tipis.
"Ad-li-evan? Ketemu kau. Hmm ..., saya tidak sabar untuk memilikimu, Adlievan," gumamnya.

TBC

PERJAKAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن