P 14. Ghani

550 53 0
                                    

Di sebuah rumah kecil kumuh, terlihat seseorang dengan pakaian sederhananya sedang menunggu seorang pemuda kecil agar bangun dari pingsannya.

***

"Titi! ...."

Seorang pria dengan pakaian lusuhnya mengetok pintu rumah Titi. Beberapa kali ia mengetok, tetapi tak ada juga sahutan dari dalam.

Saat akan menyerah dan beranjak pergi dari rumah itu, si pria mendengar seseorang meminta tolong dengan nada lirih dari dalam rumah.

Karena panik, pria itu menerobos masuk tanpa pikir panjang. Dapat dilihatnya kalau ada seorang pria kecil tak dikenalnya tengah merintih kesakitan di pojokan dekat kursi kayu.

Segeralah dia membawa pria yang tentu kita kenal dengan nama Adli itu agar pergi dari rumah Titi. Ia membawa Adli ke rumahnya dan diberi pertolongan pertama.

"Apakah masih sempat menyelamatkanmu?" Pria itu takut saat merasa aliran darah pada tangan Adli tak ber-desir cepat.

"Apakah aku harus membawamu ke rumah sakit?" banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin pria itu lontarkan pada Adli. Namun, ia terpikir betapa gilanya dirinya jika terus bertanya pada orang yang tengah tak sadarkan diri.

Jadilah sekarang ia hanya duduk diam sembari memperhatikan wajah Adli. Hingga tak terasa, ia tertidur karena panik yang berlebihan.

***

Usai membuatkan bubur, pria yang panggil saja dia Ghani. Pria yang menolong Adli untuk pergi dari rumah wanita gila dan menyelamatkan nyawanya. Ghani duduk di bibir kasur sembari menunggu Adli untuk bangun.

"Plis, jangan bikin aku takut. Kuharap kamu gak papa," pintanya entah kepada siapa.

Perlahan ternyata suara Ghani sampai ke alam bawah sadar Adli dan membangunkan Adli dari pingsannya. Meski tatapannya masih lemah, Adli tetap memaksakan matanya terbuka untuk tahu di mana ia berada sekarang ini.

'Di mana aku? ... kalau Mba Titi sepertinya gak mungkin mau membawaku ke kasur setelah aku dia siksa.'

'Lalu, ini di mana?'

"Ah, kamu sudah sadar?" suara seseorang mengalihkan obsidian bulat Adli.

"Siapa?" tanya Adli lirih. Hanya memaksa diri, kalau tidak, Adli akan takut terjadi sesuatu lagi pada dirinya. Tak terkecuali untuk si janin yang berumur tepat 2 bulan itu.

Melihat Adli yang pingin bangun, Ghani segera menahannya. "Eh, jangan bangun dulu. Pusing, 'kan? Nih, minum dulu," ujarnya sembari memberikan Adli segelas air putih.

Adli menatap air itu, ada rasa ragu yang muncul dan menebak-nebak apakah di dalam air itu ada sesuatu yang di masukkan atau tidak. Adli was-was, takut terjadi sesuatu lagi yang bisa mengancam janin dan dirinya.

Menyadari tatapan dari Adli yang tampak ketakutan, tapi terus menatap gelas minum di tangannya dengan pandangan menganalisis. Ghani pun paham. "Nggak ada racun di dalam air ini. Aku yang udah nolong kamu. Aku gak jahat," ucapnya meyakinkan Adli.

Sejenak Adli menatapnya, dengan ragu ia membuka mulutnya yang di depannya sudah ada terdapat segelas air minum yang di pegang oleh Ghani.

Pelan-pelan air mengalir masuk ke dalam tenggorokan Adli. Ghani tersenyum saat Adli mempercayainya.

PERJAKAWhere stories live. Discover now