P 15. Sangkar

626 58 1
                                    

Gw ingatkan, jadwal update book ini gak menentu alias kalo rajin + lagi ada mood doang!!

Klo gw rajin up, yg baca rajin VOTE jg bisa gak?

Tapi sebelumnya, gw minta maaf kalo maksa buat kalian vote cuma untuk ketikan aneh yang jelas-jelas gabut bener bikinnya. Pastinya ngerusak mata kalian buat baca doang, 'kan?

✧HAPPY READING ALL✧

Sebuah altar dihias dengan sedemikian rupa agar tampak cantik. Beragam macam bunga menghiasi dengan warna-warna yang menakjubkan.

Sunggingan senyum tercetak pada wajah tampan seorang pria yang hampir menginjak 21 tahun. Pandangan takjub memancar lewat iris gelap warna hazel, melihat betapa cantiknya membayangkan seseorang yang manis berdiri di atas sana dan bersanding dengannya. Ah, sangat manis.

Kemudian, matanya beralih fokus, senyuman lebar kian menipis, ditatapnya pintu kamar yang berada di lantai dua dengan mata sendunya.

Terpaksa, maaf aku melakukan hal keji ini, pikirnya.

"Tuan!" panggil seorang perempuan dengan dress pelayan. Tubuhnya membungkuk di hadapan pria yang kini menatapnya.

"Ada apa?"

"Pesanan Tuan sudah tiba," ucapnya memberikan gumpalan plastik yang berisi pesanan pria itu.

"Baik. Pergi," titahnya yang dipatuhi langsung, segera Maids itu pergi dari hadapan si pria.

Senyum tipis terukir melihat benda yang dipegangnya. "Maaf, aku sungguh minta maaf. Tapi aku terpaksa agar kau menjadi milikku seutuhnya dan tidak ada siapa pun lagi yang berhak menyakiti atau menjauhkan mu dariku."

***

Di sisi lain. Ghani tengah menatap datar saat anggota inti Ragvan, Aris dan Kalvin yang kini tidak sadarkan diri setelah meminum-minuman yang dia buat. Minuman yang mengandung obat tidur.

Senyum puas tercetak begitu jelas. Hingga pekikan Adli membuatnya luntur dan dikagetkan.

Dengan sigap Ghani membius Adli menggunakan sapu tangan yang dicampuri obat tidur juga. "Maaf, Adli. Maaf semua."

Ghani membawa tubuh Adli, meninggalkan semua barang Adli dan termasuk handphone Adli. Kecuali, tas laptop beserta data-data penting milik Ghani. Untuk baju sengaja Ghani tinggal, entah untuk apa karena setelah ini Ghani tidak akan kembali lagi ke rumah ini.

"Yerd! Del! Bear!" panggil Ghani membuat ketiga penjaga yang menemaninya dan berjaga di sekitar mobil, menoleh dan paham maksud Ghani memanggil mereka.

"Baik, Bos."

Ghani membawa Adli masuk ke dalam mobil. Meletakkan kepala Adli pada pahanya. Tangan Ghani mengusap surai legam Adli, sesekali memainkan surai tersebut yang sungguh halus.

"Dede ... De," racau Adli yang masih bersemayam dalam pengaruh obat tidurnya.

Tatapan Ghani beralih ke perut Adli. Sedikit menyikap agar dapat melihat perkembangan di perut Adli.

"Kamu diam, ya. Papa kamu lagi tidur, kamu jangan ganggu." Seolah janin yang belum tahu bentuknya bagaimana, Ghani berbicara padanya.

Elusan di perut rata Adli, terasa menonjol saat Ghani menyentuhnya. Tangan Ghani dapat menebak kira-kira usia janin di dalam sana berapa, walaupun masih ragu, tapi Ghani akan coba memeriksanya nanti.

PERJAKAWhere stories live. Discover now