P 10. Tukang Urut

1.7K 87 1
                                    

Guys, janlup votemen nya yaw 🥰

✧HAPPY READING ALL✧

"Siapa takut, " si pria tua tersenyum miring, "Lo tetep bakal kalah di tangan gue."

Adli berdecih remeh. Tak lama setelahnya MC kembali bersuara dan pertandingan pun di mulai.

Pukulan bertubi-tubi dari pria tua selalu dapat Adli hindari, bagi Adli itu masih kecepatan yang wajar dan gerakannya masih terlihat begitu jelas. Hingga, Adli dapat menepis selain hanya menghindar dari pukulan bertubi-tubi yang tiada jedanya itu.

"Akh." si pria tua meringis kecil saat tepisan Adli pada area siku bagian dalamnya di kenai tepisan Adli yang dianggap itu hanya tepisan ringan, nyatanya tepisan itu bisa sampai membuat rongga bagian siku menjadi merah dan ungu dengan rasa sakit yang luar biasa.

Tatapan pria tua sangat menusuk, begitu pula Adli yang tak kalah tajam menatap pria tua itu. "Ayo kita bermain, bocah." gumam pria tua yang langsung menghantam beberapa pukulan pada kedua kaki dan tangan Adli saat itu juga.

Bagaikan petir yang menyambar, semuanya hanya terlihat cahaya. Kini seluruh ruangan yang tadinya berisi teriakkan semangat untuk pria tua menjadi semakin heboh, saat jeritan dari Adli menggema di telinga mereka masing-masing.

Senyum miring dari si pria tua tercetak jelas, ternyata sangat mudah melumpuhkannya, hanya dalam empat pukulan bertubi-tubi pria kecil itu sudah tumbang di hadapannya.

"Hiks, s-sakit, akh..." isak pria kecil dengan rintihannya sembari tangan yang memeluk tangan kanannya dan tangan kirinya memegang kaki kirinya dan lalu mengusap bergantian ke kaki kanannya.

Semua anggota gang Ragvan langsung bubar tanpa perintah untuk mengelilingi arena pertarungan itu terjadi. Arsan, Hara, Jey, Erin, Kalvin, serta Aris memasuki arena pertarungan. Arsan menghampiri pria tua itu dan segera menghajarnya.

Bukan tanpa alasan Arsan menghajar, Arsan hanya tak suka saat ketuanya disakiti. Untuk sisanya, Arsan memberi perintah ke mereka berlima untuk segera membawa Adli ke rumah sakit.

"Ck," dengan mudahnya pria itu memegang tangan Arsan untuk tidak lanjut memukuli dirinya. Kini tubuh mereka berdua berada di keadaan yang terbilang, Sus.

Bagaimana tidak? Arsan saja berada di atas tubuh pria tua itu sambil sebelah tangan kanannya menumpu di samping untuk menghajar wajah si pria tua.

"Bajingan tua! Lepasin tangan gue!"

"Gak, sebelum lo lawan duel sama gue buat gantiin si bocah."

Gerakan memberontak dari Arsan pun seketika berhenti. Mata elangnya menatap tajam pada manik gelap si pria tua yang menatap remeh ke arahnya.

"Bol--"

"GAK, ARSAN! NGGAK, GAK BOLEH." ucapan Arsan terpotong dengan suara menggelegar dari Adli yang tidak mengizinkannya.

"T-tapi, Dli." tatapan memohon Arsan layangkan pada Adli untuk memberikan izinnya, namun bukan Adli namanya jika tak keras kepala.

"GUE BILANG GAK, YA KAGAK!! GUE KALAH KALI INI, SAN. Jangan bikin otak gue harus mikir kedua, ka... li.. nya ...." semuanya membulatkan kedua maniknya, tatapan mereka menjadi terkejut saat Adli tiba-tiba tumbang di tangan Hara.

Lantas, Adli yang pingsan di tangan Hara itu pun segera di gendong ala karung beras keluar dari ruangan pertandingan tinju itu berada. Dan, diikuti oleh semua anggota Ragvan, kecuali Arsan.

Arsan tidak bisa pergi dari sana sebab si pria tua itu masih dengan erat memegang tangannya yang sebelumnya hendak ia layangkan pukulan.

"Lepasin gue!! Pak tua, lepasin!!"

PERJAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang