P 3. Tawaran Tiada or Jangan Ganggu?

3.2K 250 2
                                    

Keesokan harinya. Adli terbangun saat mendengar ayam berkokok, ia tak terbiasa dengan suara berisik di saat tidur bahkan di rumahnya biasa ia paling cepat bangun daripada sang Bunda.

Lampu kamar Adli tidak terlalu terang, Adli suka. Ia beranjak turun dari kasur dengan senyum lebar, kita tidak tahu apa yang ia mimpikan di saat tidur.

Adli menuju dapur, melihat-lihat apa yang bisa di olah untuk sarapan atau mungkin bisa juga untuk di jual belikan. Karena ia lagi membutuhkan uang, apalagi untuk mengambil obat di rumah sakit yang berjarak sangat jauh dan mungkin ia ingin menggunakan transportasi umum saja untuk ke sana.

"Emh, lumayan, sih ini. Bisa di bikin kentang tumbuk," senyum Adli semakin lebar, bahan yang ada memang hanya kentang tapi berbagai olahan kentang bisa Adli buat. Apalagi kentang nya ada banyak, jadi cukup untuk Adli sarapan dan sisanya ingin ia olah terus jual.

Kemudian Adli membawa beberapa kentang itu untuk di cuci ke penjijihan atau tempat cuci piring yang lesehan dan bisa juga menggunakan bangku kecil agar tidak duduk di lantai kayu.

Mencuci kentang itu dan lalu di bilas. Kemudian Adli lanjut mengupas kulit cokelat kentang itu lalu di bilas kembali.

Setelah sudah, Adli membawanya ke dekat kompor berbahan kayu yang di nyalakan menggunakan pemantik api.

"Emh, pemantik nya mana, ya?" gumam Adli tidak melihat satupun pemantik yang bisa ia gunakan untuk menyalakan kayu itu agar terbakar.

Namun, ekor matanya melihat beberapa batu besar yang bisa di jadikan perantara untuk menyalakan api. "Pake batu bisa kali. "

Api menyala hanya dalam tiga kali gesekan antara batu yang Adli gesek 'kan dengan cepat dan tanpa berhenti. Adli meletakkan wajannya di atas kompor yang berbahan semen atau biasa di sebut dapur. Makna dapurnya ini beda, ya. Bukan dapur untuk melakukan banyak kegiatan, melainkan hanya untuk memasak seperti kompor.

Adli memulai mengaduk-aduk kentang yang ia tumbuk dengan bumbu-bumbu lainnya, Adli menemukan sedikit bahan yang bisa ia olah untuk kentang tumbuk ini. Setelah adonan kentang mulai kalis dan tak lengket, Adli mengambil secukupnya adonan dan di pilin berbentuk bulat lonjong.

TOK!! TOKK!!! TOK!

"WOI!! BUKA PINTU!! LU SIAPA, HA!! "

Adli tersentak, ia kaget mendengar teriakkan dari luar rumah hingga membuat jarinya yang berdekatan dengan wajan jadi kena. Adli meringis sakit dan netra nya mulai kembali berair.

"S-siapa, sih itu. " gumam Adli yang tangisnya akan pecah.

Pria kecil itu mematikan api yang ia buat terlebih dahulu sebelum beranjak membukakan orang tak sabaran itu yang sampai saat ini masih saja menggedor-gedor pintu rumah kecil Adli.

"Sebentar, " ucap Adli, nadanya bergetar sembari tangan yang perlahan-lahan membuka pintu.

Cklek!!

"Keluar juga lu!! " teriak orang itu dengan lantang saat bertepatan pintu terbuka dan membuat Adli reflek mundur dari pintu kala suara berat orang itu yang seakan membentak nya.

"Maju sini lu!! Ngapain mundur, ha?! " gertaknya semakin membuat Adli bergetar ketakutan.

Adli memang memiliki seni bela diri, tapi ia hanya pria kecil manja yang tidak pernah di bentak dan keinginannya yang selalu di turuti serta ia sangat bebas tanpa dikekang orang tua.

Di belakang orang itu juga ada banyak orang yang menatap Adli sangat marah, ia tak tahu apa kesalahannya, tapi mengapa mereka semua terlihat sangat marah?

PERJAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang