P 4. Permintaan

3.1K 204 0
                                    

"Woi! Malah ngelamun lo, bocah.!!" sarkas si pria tua, menyadarkan Adli yang tengah melamun.

"E-eh, " Adli menatap mereka, ia kembali melemparkan senyum ramah demi menutupi rasa sedihnya.

"Jadi gimana, woi! Kita semua ada kerjaan, lo mau bilang apa, bocah?! " entah kenapa, sedikit lucu mendengar orang itu bertanya pada Adli seperti itu.

"Emh, saya tidak ada yang ingin disampaikan lagi, jadi jika kalian ingin pergi ya silahkan. Saya juga aslinya tidak mengundang kalian untuk datang ke rumah ini." jawab Adli. Mereka semua tertegun ditempat, malu-maluin, anjing! -batin mereka kompak. Ya, siapa suruh yang pagi-pagi sudah me-rusuh ke rumah orang!

Tanpa berpamitan semua warga itu pun beranjak dari rumah kecil Adli. Meninggalkan bocah itu yang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kekanak-kanakan warga di sini.

Adli kembali masuk ke dalam rumah, menutup pintu dan berjalan ke dapur. Baru saja Adli mau duduk, ketokan pintu rumahnya terdengar tapi kali ini seperti yang normal, tidak digedor seperti sebelumnya.

Beranjak dari dapur dan membukakan pintu untuk tamunya. Adli melihat kedua teman barunya itu berada di depan pintu dengan wajah yang merah dan nafas yang naik turun, sepertinya habis lari.

"Kalian kenapa? Lari? Atau di kejar hantu?"

"Ih, lo mah gitu!! Hahh, ahh, bentar woi. Gue capek, bawa kita masuk dulu ngapa, Lie." jawab Aris dengan nafas ngos-ngosan, benar-benar seperti habis di kejar seseorang.

Adli nyengir, dapat dilihat giginya yang memiliki taring kecil yang lucu dan sedikit tajam. Adli pun mengajak kedua tamu serta temannya a.k.a Kalvin dan Aris yang berkunjung untuk memasuki rumah, mereka berdua di persilahkan duduk di kursi kayu yang terlihat hampir gabus.

"Gue ambilin air minum du--"

"Eh, ngga usah, Lie. Kita mau nanya doang ke sini, gak perlu buatin minum segala. " ujar Aris menolak keinginan Adli untuk mengambilkan mereka minum.

Adli pun mengurungkan niatnya untuk mengambilkan kedua teman barunya itu air minum, ya siapa tahukan mereka lelah? Jadi Adli bermaksud akan menghidangkan minuman walau hanya bisa air putih saja.

Lantas, Asli pun mengambil tempat di samping Aris yang tengah mengatur nafasnya yang masih tak beraturan.

"Kalian kenapa? Kok bisa cape gitu? Kaya habis di kejar preman tongkrongan." tanya Adli kembali, mengulang pertanyaannya yang belum di jawab.

Aris dan Kalvin sontak memusatkan pandangan pada Adli. "Lo gak papa, 'kan? Lo gak dihajar sama warga tadi? " ah, itu ternyata. Kini Adli paham mengapa mereka kesini dengan wajah yang merah dan nafas yang ugal-ugalan.

Ujung sudut Adli tertarik keatas, hingga membuat pipi berisi seperti mochi itu terangkat dan menyebabkan mata bulatnya menyipit. Ia menggeleng, "Engga, kok. Kenapa? Kalian takut gue kenapa-napa terus diapa-apain sama mereka?" Adli justru balik bertanya yang dimana hal itu membuat kedua pemuda yang juga tak kalah manis dengannya itu dibuat kesal dan mengerucutkan bibir serta menggembungkan kedua pipinya.

Aris berdecak, "Gak gitu juga, tapi bener."

"Hem~? Ada yang begitu ternyata, ya? " goda Adli, tentu ia tahu kalau yang ia tanyakan itu benar. Cuman untuk melihat bagaimana ekspresi mereka saat sedang diajak bercanda.

"Ish, udalah! Lie gak bakalan percaya, punnnn~" Kalvin masih merenggut sebal, ia ditengah rasa paniknya malah diajak bercanda oleh Adli. Bagaimana tidak kesal coba?

Pria kecil itu cuman terkikik geli mendengar penuturan Kalvin, sampai ia teringat keinginannya tadi malam. Setidaknya teman-temannya tahu keberadaannya dan ia tidak merepotkan Kalvin juga Aris terus.

PERJAKAWhere stories live. Discover now