3. Sesuai Harapan

14.8K 884 25
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤDi hari pembagian rapor, Hilmi dikejutkan dengan kedatangan kedua orang tuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Di hari pembagian rapor, Hilmi dikejutkan dengan kedatangan kedua orang tuanya. Hilmi memegang rapornya sambil menghela napas pelan, sepertinya rencananya untuk menelaah perasaannya dalam suasana yang tenang akan gagal.

"Assalamualaikum," salam Hilmi melangkah masuk ke teras.

Ayah, bunda, pakde dan bukdenya sedang duduk mengobrol di teras ndalem. Mereka menjawab salam dan menyuruh Hilmi untuk duduk.

"Kok Bunda ga kasih tau mau ke sini?" Tanya Hilmi sambil menyalami Mereka semua.

"Kejutan, kita liburan di Malang aja, sekalian Bunda nostalgia." Jawab bunda,

Hilmi memberikan rapornya kepada bunda, bunda langsung membukanya dan mengangguk-anggukan kepalanya saat melihat nilai Hilmi. Hilmi cukup pintar, peringkatnya memang bukan teratas tapi cukup, dan orang tuanya tidak mempermasalahkan nilai Hilmi dan Hakim selama mereka memang berusaha untuk belajar.

"Hakim mana?" Tanya Hilmi,
"Belum pulang." Jawab bundanya,
"Aku masuk ya, mau tidur."
"Tanggung bentar lagi dzuhur," cegah ayah,

Benar juga, pikir Hilmi.  "Ya udah deh, aku mau langsung ke masjid." Ucapnya lalu kembali pamit dan pergi ke masjid.

Hari ini pesantren terlihat ramai dan padat, tentu saja karena pembagian rapor dan karena santri yang sudah mulai pulang untuk liburan. Mobil, motor bahkan mini bus terlihat di parkiran depan. Hilmi melewat dengan santai, sesekali orang yang mengenalnya menunduk mengucapkan salam, Hilmi hanya bergumam membalas salam.

Hilmi berhenti berjalan lalu menyipitkan matanya saat melihat Hakim seperti sedang bersembunyi dan memperhatikan sesuatu, Hilmi mengikuti arah pandang Hakim dan ternyata tertuju kepada satu orang, Hilmi mengertukan keningnya lalu tersenyum menyeringai, dengan pelan mendekatinya.

"Dorr!"

Hakim terlonjak sambil beristighfar, "apa sih Bang? Bukannya ucap salam malah ngagetin!" Pekik Hakim,

"Kamu yang apa-apaan, lihat cewe sampe kaya gitu, aku bilangin Bunda ya." Ucap Hilmi jail,
"Siapa yang lihat cewe? Ngarang."
"Heleh, jujur aja. Ngapain kamu lihat Putri kaya gitu? Suka sama dia?"

Hakim diam, tapi Hilmi tersenyum, itu berarti iya. "Cukup sekedar suka, nanti kalo udah siap, udah cukup umur, ilmu dan materi baru kamu boleh deketin." Ucap Hilmi mengingatkan,

"Pulang sana, ada Bunda sama Ayah." Lanjut Hilmi,
"Bunda sama Ayah?"
"Iya, udah sana. Dua minggu lagi juga ketemu sama si Putri."

Hakim mendengus kesal, jika Hilmi tau seperti ini, bisa-bisa jadi bahan untuk terus menjailinya. Hakim mengangguk dan mengucapkan salam, sedangkan Hilmi melanjutkan langkahnya menuju masjid masih dengan tersenyum kecil. Jika Hakim suka Putri, berarti Laila aman. Tapi, Hilmi tiba-tiba teringat lagi ucapan Raja, masih belum ada penjelasan kenapa sahabatnya mengatakan hal itu.

HiLalWhere stories live. Discover now