15. Keputusan

9.2K 675 51
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Mau kapan kamu khitbah Fatimah? Udah terlalu lama, Hilmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Mau kapan kamu khitbah Fatimah? Udah terlalu lama, Hilmi."

Hilmi menghela napas pelan, dia baru saja sampai setelah penerbangan satu setengah jam ditambah perjalanan darat dari bandara sampai ke ndalem kurang lebih satu jam. Bundanya sudah berkali-kali menanyakan hal yang sama, dan sepertinya Hilmi harus segera menjawab.

"Nanti ya, Bun. Pekerjaan aku lagi banyak, Ning Fatimah juga baru banget lulus." Jawab Hilmi mencoba untuk senatural mungkin,

"Ga baik Bang kalo terlalu lama." Sahut ayah,
"Iya Ayah, insyaallah setelah pekerjaan aku longgar, aku cari tanggal."

"Jangan lupa untuk sholat dulu, tanya sama Allah." Sahut pakde datang dari arah belakang.

Hilmi langsung berdiri dan menyalami pakede dan kembali duduk. Setelah mengobrol sebentar, Hilmi izin untuk istirahat, ke kamarnya. Begitu sampai di kamar, Hilmi langsung merebahkan tubuhnya. Lelah sekali rasanya, setelah menyelesaikan pekerjaanya di Bandung, Hilmi langsung ke Jakarta dan terbang ke Malang. Dia harus segera memikirkan rencananya untuk mengkhitbah Fatimah, atau mungkin lebih baik langsung menikah, pikirnya.

Fatimah baru lulus satu bulan lalu. Hilmi juga menyempatkan hadir di acara wisuda Fatimah, membawa bunga dan kado yang disarankan Zildan.

Hilmi kembali menghela napas, dia dikejar waktu. Orang tuanya benar, tidak baik terlalu lama berhubungan seperti ini dengan Fatimah, dia harus segera memutuskan untuk lanjut atau tidak. Hilmi seharusnya sudah sejak lama sholat istikharah, tapi sampai saat ini dia tidak melakukannya.

Bagaimana ini? Sudah hampir empat tahun Laila menikah, tapi Hilmi belum juga bisa melupakannya. Tidak adil juga untuk Fatimah jika mereka menikah dengan keadan Hilmi seperti sekarang. Apa yang harus Hilmi lakukan?

Tok.. tok..

"Hilmi, tidur?"

Hilmi membuka matanya, melihat jam dinding dan ternyata sudah dua jam dia tertidur.

"Kenapa Bukde?" Tanya Hilmi langsung bangun dan membuka pintu,

"Tolong belikan buah-buahan sama kue yang di bakery biasa kita beli, buat tamu khusus. Bisa ga?"

Ah benar, alasan Hilmi ke Malang kali ini adalah haul. Selain itu, bundanya terus memaksa Hilmi untuk sering ke Malang sebelum menikah, katanya takut nanti setelah menikah Hilmi akan jarang ke Malang, padahal Fatimah juga orang Malang, mana mungkin Hilmi jarang ke Malang.

"Iya bisa, aku cuci muka dulu." Jawab Hilmi diangguki bukde, Hilmi langsung mencuci muka dan mengganti bajunya lalu memakai hoodie dan topi.

Turun dari kamar, Hilmi langsung pamit dan mengambil kunci mobilnya, sepertinya hari ini akan hujan, jadi lebih baik Hilmi menggunakan mobil.

Hanya lima belas menit, Hilmi sampai fi super market terdekat. Dia langsung berjalan ke bagian buah-buahan, mengambil beberapa buah sesuai permintaan bukdenya. Saat tangannya penuh, Hilmi baru sadar jika dia lupa mengambil keranjang, dia juga ingin membeli susu dan beberapa cemilan, sepertinya lebih baik menggunakan troli. Saat Hilmi berbalik, seseorang menabraknya membuat semua buah yang dia pegang terjatuh.

HiLalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang