7. Tunggu Aku

10.2K 748 27
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHilmi berhasil—hampir berhasil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hilmi berhasil—hampir berhasil. Dia bisa menahan perasaannya selama hampir tiga tahun. Di dua tahun terakhir, dia berusaha untuk mengurangi intensitas bertemu dengan Laila, cukup melihat dari jauh, itu sudah cukup. Tidak ada lagi saling menyapa apa lagi mengobrol. Hanya Laila yang sesekali mengucapkan salam saat melihat atau melewati Hilmi.

Satu bulan lagi, mereka akan ujian kelulusan, Hilmi sedikit tidak sabar untuk segera lulus dan melanjutkan rencananya, tapi di sisi lain dia juga sedih karena jika mereka lulus, itu artinya dia akan jauh dengan Laila. Hilmi sudah tau akan lanjut ke universitas mana, dia juga sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Tapi, dia tidak tau Laila akan kemana, apakah tetap di Malang, atau ke luar kota bahkan ke luar negeri.

Brukk

Hilmi menghela napas pelan lalu berjongkok mengambil kitabnya yang jatuh. Mengelap bagian sampulnya yang sedikit kotor karena tanah yang basah setelah hujan.

"Maaf Gus, saya ga sengaja."

Hilmi sedang buru-buru, jadwal mengajinya sebentar lagi dimulai.

"Hati-hati, Laila." Ucap Hilmi singkat lalu pergi, ini ketiga kalinya Laila menabraknya. Entah sengaja atau tidak, tapi Hilmi cukup kesal dan gemas di waktu yang bersamaan. Kenapa bisa sampai tiga kali, pikirnya.

Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, Hilmi semakin sibuk menyiapkan diri untuk ujian, dan Laila juga sepertinya sama. Hilmi mulai berpikir, dia harus segera mengungkapkan apa yang dia rasakan sebelum mereka sama-sama lulus. Laila harus tau apa yang Hilmi rasakan selama ini. Hilmi mulai melakukan lagi kebiasaan menunggu di bawah pohon mangga, entah sambil membaca atau sekedar diam menunggu Laila melewat.

Sore ini setelah jadwal mengaji selesai, Hilmi langsung pulang dan akan menunggu Laila nanti sore sebelum maghrib di tempat biasa.

Brukk

Lagi, ini keempat kalinya Laila menabrak Hilmi di tempat yang sama.

"Maaf Gus. Saya ga sengaja."

Hilmi menunduk mengulum senyum lalu  menghela napas dan mengambil bawaanya yang terjatuh.

"Ga sengaja tapi udah empat kali kamu nabrak saya,"
"Maaf."
"Sekali lagi kamu nabrak, saya nikahin kamu!"
"Hah?"

Laila menatap Hilmi sebentar lalu segera kembali menundukkan pandangannya,

"Kasih saya alasan kenapa kamu nabrak saya sampai empat kali." Pinta Hilmi,

Laila tidak langsung menjawab, dia menunduk, sebenarnya bukan cuma Hilmi yang tidak sengaja pernah dia tabrak, Laila juga pernah menabrak beberapa orang, menabrak pintu, meja dan beberapa benda lainnya, alasannya tidak lain karena mata minus dan silindernya.Kacamata Laila rusak sudah hampir satu bulan, orang tuanya belum juga mengirim kacamata yang Laila minta.

"Atau jangan-jangan kamu emang sengaja ya?" Tanya Hilmi,
"Engga kok, Gus."
"Terus kenapa?"
"Kacamata saya rusak, jadi agak burem."
"Dua-duanya?"
"Emm.."
"Waktu saya ganti kacamata kamu, saya kan kasih dua. Saya juga ga pernah lihat kamu pakai kacamata itu, apa dua-duanya rusak?"
"Engga, Gus."
"Terus kenapa ga dipakai?"

HiLalWhere stories live. Discover now