8. Pesan Pertama

10.2K 716 21
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤLaila masuk ke kamarnya masih dengan wajah tersenyum lebar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Laila masuk ke kamarnya masih dengan wajah tersenyum lebar. Di dalam ada ketiga temannya yang menatap Laila heran, mereka sedang bersiap kembali ke masjid. Laila yang sadar diperhatikan langsung berdehem pelan dan duduk di kasurnya.

"Kalian pulang kapan?" Tanya Laila,
"Aku beberapa hari setelah kelulusan, kamu?" Ucap Fitri,
"Aku sehari setelah kelulusan." Jawab Laila,

Sari hanya diam, memperhatikan Laila yang mengobrol dengan Fitri dan Rena. Ada sesuatu yang aneh dari Laila, dia harus bertanya saat mereka berdua.

"Ke masjid lagi ga?" Tanya Fitri,
"Kalian duluan aja." Jawab Laila,
"Sari?"
"Aku mau ke toilet dulu." Sahut Sari,

Fitri dan Rena mengangguk, mengucapkan salam lalu meninggalkan Laila dan Sari di dalam kamar.

"Kenapa kamu?" Tanya Sari langsung,
"Kenapa apa? Gapapa kok."
"Kok senang banget kelihatannya? Bukannya dari kemarin kamu murung karena Gus Hilmi kuliah di Jakarta?"
"Ya itu.."
"Apa?" Tanya Sari tidak sabar,

"Tadi aku ketemu Gus Hilmi,"
"Terus?"
"Dia kasih aku ini." Ucap Laila memperlihatkan gelang yang sudah dia pakai,

Sari memegang tangan Laila dan melihat gelangnya, "serius? Kamu ga halu beli sendiri terus bilangnya dikasih kan?"

Laila menggeplak pelan tangan Sari, "enak aja, ini beneran dikasih sama Gus Hilmi, terus.."

"Apaaaaaa, jangan setengah-setengah dong."

"Gus Hilmi bilang, dia juga suka sama aku, terus suruh aku tunggu sampe kita sama-sama lulus dan dia mau lamar aku."

Sari terdiam lalu beberapa detik kemudian dia malah tertawa dan memukul lengan Laila pelan, "halu kamu kayanya udah tingkat dewa. Udah ah, ayo kita ke masjid."

"Aku serius Sari." Ucap Laila,
"Iya iya, aku percaya."
"Aku serius ih, nih lihat aja kalo ga percaya, ini nomornya Gus Hilmi." Laila memberi lihat kertas yang bertuliskan nomor telepon Hilmi kepada Laila,

"Kamu serius?" Tanya Sari,
"Seriburius."

Sari melihat kertas yang Laila pegang lamat-lamat, lalu bertepuk tangan pelan.

"Wah wah wah, jadi selama ini cinta kamu ga bertepuk sebelah tangan ya. Aakkkk lucu banget." Ujar Sari sambil mencubiti lengan Laila,

Laila kesakitan tapi dia tertawa pelan lalu menepis cubitan Sari, "sakit Sari."

"Cie calon Ning." Goda Sari,
"Sutt udah ah, ayo ke masjid lagi. Sebentar lagi adzan."

Sari tertawa lalu mengangguk.

Laila tidak berhenti tersenyum. Mungkin jika tidak tertutup niqab, orang-orang akan melihat aneh ke arah Laila.

Jujur saja, tidak pernah terpikir oleh Laila jika Hilmi juga menyukainya, apalagi untuk waktu yang lama. Laila sempat menyerah dan berhenti melangitkan nama Hilmi di sepertiga malamnya, dia pikir mungkin itu hal yang sia-sia. Banyak sekali perbedaan diantara mereka, ilmu, fisik, keluarga dan perbedaan lainnya yang Laila rasa akan semakin banyak kedepannya, lain itu sikap dan wajah Hilmi yang menurut Laila galak setiap mereka bertemu membuat Laila semakin yakin dan sadar diri untuk mundur.

HiLalWhere stories live. Discover now