4. Di Luar Perkiraan

13.3K 812 149
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSetelah melihat di mana kelasnya berada, Hilmi berjalan gontai ke kelasnya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Setelah melihat di mana kelasnya berada, Hilmi berjalan gontai ke kelasnya. Ini hari pertama Hilmi di semester baru, dia sekarang ditempatkan di sebelas F, masih satu kelas dengan Raja, tadi Hilmi juga sempat mencari nama Laila, gadis itu ada di kelas A.

Hilmi menghela napas lalu mengucapkan salam sebelum masuk ke kelasnya yang sudah cukup ramai, dia melihat Raja yang melambaikan tangan, Hilmi berjalan mendekat lalu duduk di sebelahnya.

"Lemas banget, kenapa?" Tanya Raja,
"Gapapa." Jawab Hilmi singkat lalu meletakkan kepalanya di meja,

Hilmi lemas karena perkiraannya salah, dia kira selama liburan kemarin dia akan lebih sering melihat Laila, tapi ternyata tidak. Setelah mengantar Laila hari itu, Hilmi tidak lagi melihat Laila di mana pun, dia tidak melihat Laila selama dua minggu. Dan tadi saat melewati kelasnya, Laila juga tidak ada di sana, padahal Hilmi sengaja datang agak siang.

"Puasa? Atau belum sarapan?" Tanya Raja lagi,
"Saya emang lagi puasa tapi bukan lemas karena itu,"
"Terus?"
"Bukan apa-apa."

Raja mengangguk kecil, tidak bertanya lagi.

Hilmi tidak sabar menunggu jam istirahat atau kegiatan di luar kelas agar dia bisa kembali melewati kelas Laila. Hilmi rindu Laila. Hilmi kembali menghela napas, selama liburan kemarin, dia semakin yakin jika dia menyukai Laila, ingin sekali rasanya mengungkapkan apa yang dia rasa, tapi Hilmi tau itu tidak akan berakhir baik, mereka masih sama-sama sekolah, tidak ada yang bisa Hilmi lakukan selain menunggu, dan semoga Laila juga mau menunggunya.

Hilmi mencoba untuk fokus selama jam pelajaran, dia bertekad jika dia memang menyukai Laila, maka Hilmi harus melakukannya dengan benar, menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, meyiapkan bekal dunia juga akhirat untuk nanti berumah tangga. Rumah tangga? Hilmi menunduk, wajahnya memerah membayangkan jika dia bisa membangun rumah tangga bersama Laila, Hilmi buru-buru menggeleng pelan, pikirannya terlalu jauh untuk saat ini.

"Kenapa geleng-geleng?" Tanya Raja berbisik, sekarang mereka sedang memperhatikan ustadz yang sedang menjelaskan pelajaran.

"Kepala saya gatal." Jawab Hilmi langsung menggaruk kepalanya yang memang gatal.

Raja tersenyum ikut menggelengkan kepala, ada-ada saja pikirnya.

Jam istirahat akhirnya tiba, Hilmi langsung keluar dan diam di depan kelas, berharap setidaknya hari ini dia akan melihat Laila sekali saja. Setelah menunggu lebih dari sepuluh menit, akhirnya gadis yang Hlmi tunggu muncul, itu pun karena seorang ustadzah memanggilnya dari luar.

"Tolong ya La, kasih sekarang aja kalo bisa, kalo engga, nanti aja pulang sekolah, tapi harus langsung dikasih ya, biar mereka belanja hari ini." Ucap ustadzah itu lalu memberikan amplop putih kepada Laila,
"Nggih, Ustadzah, saya kasih sekarang aja."
"Terima kasih ya, kasih tau juga teman-teman di kelas kalo saya ga bisa masuk setelah istirahat, nanti saya kasih tugas."

HiLalNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ