13. Kembali Memulai

9K 673 24
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHilmi memijat keningnya, beberapa waktu belakangan, kepalanya sering terasa nyeri, kadang di bagian belakang, kadang juga di bagian samping

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hilmi memijat keningnya, beberapa waktu belakangan, kepalanya sering terasa nyeri, kadang di bagian belakang, kadang juga di bagian samping. Hilmi sudah meminum obatnya selepas sholat isya tadi, tapi rasa sakitnya tidak berkurang.

"Masih mau di sini, Mi?"

Hilmi mengangkat wajahnya, melihat Zildan yang melongokkan kepalanya di sela pintu. Zildan sekarang ikut bekerja bersama Hilmi, mungkin bisa dibilang sekarang Zildan menjadi sekretarisnya. Sudah satu tahun sejak Hilmi memulai karirnya melanjutkan perusahaan ayah, dan Zildan bergabung beberapa bulan lalu setelah tidak cocok bekerja di tempat pertamanya.

"Iya, kamu duluan aja gapapa."
"Yakin? Pulang aja Mi, kamu pucat banget."

Hilmi melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul sembilan malam. Hilmi akhirnya mengangguk, membereskan mejanya lalu mengambil tas kerjanya dan berjalan keluar.

"Antar pulang ya, saya ga kuat buat nyetir." Pinta Hilmi diangguki Zildan,

Mereka turun ke basement, berjalan ke arah mobil Hilmi dan langsung masuk.

"Mending fokus dulu selesaikan kuliah kamu. Tinggal sedikit lagi kan? Lagian Pak Herman juga kayanya masih sehat bugar buat urus perusahaan." Ucap Zildan,

"Kamu ga mau lanjut S2?" Tanya Hilmi menghiraukan pertanyaan Zildan,

Zildan menghela napas pelan, "engga deh, malas buat mikir lagi."

"Emang kerja ga pake mikir? Ya sama aja mikir." Sahut Hilmi sedikit terkekeh,
"Ya beda."

Hilmi hanya tersenyum lalu memejamkan matanya, menghela napas dan mencoba untuk tertidur sampai mereka tiba di rumah. Baru sebentar rasanya Hilmi tertidur, Zildan sudah membangunkannya. Hilmi menbuka mata dan menguceknya pelan.

"Bawa aja mobilnya, besok jemput ya." Ucap Hilmi sebelum turun dan mengucapkan salam. Zildan hanya mengiyakan saja.

Hilmi masuk ke rumah setelah mengucap salam. Orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi, menikmati waktu berdua disaat kedua anaknya sibuk. Hakim sudah pergi ke Mesir untuk melanjutkan S2 beberapa bulan lalu, jadi jika Hilmi pergi bekerja, bunda dan ayahnya hanya akan berduaan di rumah.

"Udah makan?" Tanya bunda,
"Udah Bun, aku langsung tidur ya, pusing."

Bunda mengangguk, membiarkan Hilmi untuk beristirahat. Entah pekerjaan sebanyak apa yang sedang Hilmi lakukan, belum juga kuliahnya, sudah pasti Hilmi lelah fisik dan batin.

Brukkk!

Ayah dan bunda saling pandang, "suara apa itu?" Tanya ayah,

Mereka berdiri langsung ke lantai dua dan kaget saat melihat Hilmi terjatuh di depan pintu kamarnya. Ayah bunda langsung mendekat, Hilmi tidak sadarkan diri. Ayah langsung membawa Hilmi keluar dan ke rumah sakit.

HiLalWhere stories live. Discover now