14. Teori Pulih

8.7K 642 30
                                    

ㅤ ㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤHari berlalu dengan cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
Hari berlalu dengan cepat. Hilmi menjalani hidupnya seperti biasa, tidak ada yang spesial. Ta'aruf yang dia jalani juga menurutnya biasa saja. Hilmi hanya akan bertemu dengan Fatimah saat dirinya datang ke Malang. Hilmi akan pergi ke rumah Fatimah, mengobrol sebentar ditemani kakaknya atau bahkan Kiai Arhan. Hanya bertanya soal kuliah, pekerjaan dan hal umum lainnya.

"Tinggal skripsi ya Ning?" Tanya Hilmi,
"Nggih, Gus."

Hilmi mengangguk, mengalihkan pandangannya kembali kepada Gus Fahri,

"Jangan lama-lama, kalo udah cocok langsung aja." Ujar Gus Fahri,
"Insyaallah, tunggu La- maksud saya tunggu Ning Fatim lulus dulu, saya juga tinggal wisuda kok." Sahut Hilmi,

"Ada yang mau ditanyakan, Hil? Atau Fatim mau tanya sesuatu sama Hilmi?" Tanya Gus Fahri,
"Kalo sekarang sih belum ada, mungkin nanti kalo ada saya tanyakan lewat Gus Fahri." Ujar Hilmi,

Fahri dan Hilmi melihat ke arah Fatimah. Gadis itu hanya menunduk malu.

"Kayanya Fatimah ga perlu tanya apa-apa lagi, dia udah suka banget sama kamu." Ucap Fahri sedikit terkekeh,
"Mas!" Pekik Fatimah pelan,

Hilmi hanya tersenyum kecil, sedangkan Fahri tertawa,

"Mas siapa? Mas Fahri atau Mas Hilmi? Udah ga sabar ya manggil Hilmi Mas?" Goda Fahri membuat Fatimah semakin malu,

"Oh iya, saya jadi ingat. Nanti kalo misal kita lanjut, Ning Fatim ga masalah kan tinggal di Jakarta?" Tanya Hilmi,

"Gimana Fatim?" Tanya Fahri,

"Saya ga masalah, Gus. Dan emm saya mau tanya juga,  nanti semisal kita lanjut dan menikah apa boleh saya langsung lanjut S2?" Tanya Fatimah,

"Boleh, saya juga udah bilang sama Kiai, kalo misal kamu mau lanjut dulu S2 atau sampai S3 juga ga masalah." Jawab Hilmi,

"Tapi maksud saya setelah menikah, Gus." Sahut Fatimah,

"Iya Ning, boleh."

Setelah obrolan singkat itu, Hilmi kembali ke Daarul Hikmah, dia menginap dua malam. Selain istirahat dari kesibukannya, Hilmi juga menyempatkan diri untuk mengajar, mengamalkan ilmunya yang tidak seberapa. Saat kembali ke Jakarta, pekerjaan menumpuk sudah menunggunya.

Hilmi melihat kalender di meja kerjanya, tidak terasa,  waktu benar-benar berjalan dengan cepat. Dia sudah menyelesaikan pendidikan S2, tinggal wisuda yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Itu artinya sudah hampir tiga tahun Laila menikah. Apa kabar wanita cantik itu? Apa pernikahannya berjalan dengan baik? Apa Gilang memperlakukan Laila dengan baik? Apa Laila bahagia?

Hilmi tersenyum sendu, bahagia? Tentu saja Laila pasti bahagia. Bukankah sudah jelas Laila mengatakan dia mencintai Gilang? Dan sepertinya Gilang juga demikian.

HiLalWhere stories live. Discover now