Chapter 24

305 40 2
                                    

Kalau ada yang typo kasih tahu ygy.

Biar nanti gue koreksi Kalau ada kata atau kalimat yang typo.

HAPPY READING

🍁🍁🍁🍁🍁

Pemakaman Xavier sudah selesai 20 menit yang lalu. Gundukan tanah merah yang masih basah dengan batu nisan yang terukir nama Xavier menjadi rumah baru cowok berkacamata kesayangan guru-guru SMA Athens. Rumah keabadian.

Guru dan semua penghuni SMA Athens datang ke tempat peristirahatan terakhir Xavier. Dan kini hanya tinggal Tiger, Sherina, Awan, Draven, Badai dan teman-teman si kembar. Sherina menumpu kepalanya di atas batu nisan Xavier menangis tersedu-sedu.

Tiger sosok Ayah yang tak pernah akur dengan Xavier, selalu ada saja yang di perdebatkan, Ayah yang selalu bersikap konyol pada anaknya. Kini pria itu terlihat rapuh, kepergian Xavier sangat membuatnya terpukul.

"Nak... Sekarang udah ga sakit lagi kan? Udah ketemu Mama belum? Yang tenang di sana ya jagoan Papa. Papa minta maaf kalau selama ini Papa ada salah sama kamu. Sekarang Papa tinggal sendiri ga ada yang nemenin lagi," ucap Tiger mengelus batu nisan Xavier.

"Sherina? Udah ya sayang, jangan di tangisi lagi Xavier nya! Ikhlaskan anak Papa ya, Nak," ucap Tiger mengusap kepala Sherina.

"Hiks! Sherina ikhlas Papa, tapi--- tapi ini terlalu cepat," ucap Sherina menangis tersedu-sedu.

"Papa tahu sayang, Papa tahu. Ini sudah kehendak yang di atas, kita tidak bisa menentang-NYA. Papa juga sedih dan kehilangan harus ditinggal pergi oleh satu-satunya keluarga yang Papa miliki. Tapi, Papa harus ikhlas kan? Sekarang udah ga ada lagi yang manggil Papa dengan sebutan 'Papa Maung', udah ga ada yang nasehatin Papa buat jangan keseringan minum-minum," ucap Tiger berusaha untuk tegar.

Tiger membantu Sherina untuk bangkit dan membawa pacar anaknya ke pelukannya," sekarang kita pulang ya, sebentar lagi mau hujan. Sapi pasti ga suka lihat gadisnya sakit karena kehujanan." Sapi adalah nama panggilan kesayangan dari Tiger untuk Xavier.

"Xavier... Sherina pamit ya, Xavier yang tenang di sana ya," ucap Sherina mengusap air mata.

"Selamat jalan anak Sapi kesayangannya Papa Maung, Papa Maung pamit. Nanti Papa Maung akan sering-sering jengukin kamu," ucap Tiger membawa Sherina menuju mobilnya.

"Bro? Cepet banget pulangnya? Ga mau main lagi? Udah bosen ya main sama kita-kita?" tanya Awan berjongkok di depan makam Xavier.

"Main petak umpetnya jauh banget sih bro? Gue kan ga bisa nemuin Lo. Yang tenang di sana ya, bro," ucap Badai.

"Gue baru aja kehilangan sesosok teman yang hidup sama gue dari kecil dan sekarang gue mengalaminya lagi. Kenapa cepat banget sih pulangnya? Lo pulangnya kejahuan, Vier," ucap Draven pada teman barunya.

"Lo tenang aja, Bro! Sherina bakalan tiga jagain dengan nyawa kami. Kita bertiga ga akan biarin Sherina kenapa-napa, Lo cukup pantau dia dari atas ya, bro? Di sini ada kita jadi Lo ga perlu khawatir," ucap Badai.

"Akhrr!!" tiba-tiba ada yang menjerit.

"Javier! Lo kenapa?" tanya Elang.

"Ga apa-apa, perut gue sakit. Kayaknya lambung gue kambuh lagi," jawab Javier memegang perutnya.

"Pasti Lo ga sarapan lagi kan? Kebiasaan banget! Udah tahu ga bisa makan telat, ngeyel!" Omel Venus.

"Lupa, bro!" ucap Javier.

MY BELOVED GIRL [transmigrasi] (Sakuel: Tentang Rasa)Where stories live. Discover now