04

553 50 2
                                    






Hujan turun dengan deras tepat saat Gita sampai di rumah Kathrina.

“Untung udah sampai sebelum hujan.” Gumam Gita seraya menatap langit kelam.

“Kak, hujannya makin gede. Kakak tunggu di dalem aja ya sampai hujannya reda, baru boleh pulang.” Dia menoleh, menatap gadis Leo yang baru saja turun dari motor.

Gadis itu melepaskan helm lalu menyerahkannya pada Gita.

“Engga, kakak terobos aja hujannya. Takut repotin kamu nantinya.” Menolak secara halus, tapi itu mendapat gelengan kepala dari Kathrina.

Nooo... masa kakak udah nganterin aku ke rumah terus malah aku usir sih.” Memegang lengan Gita, gadis remaja itu pun mengguncang pelan lengannya.

Wajah memelas itu menunjukkan bahwa dia tidak ingin ditolak yang membuat Gita menghela napas pendek, “Iya yaudah kakak turun dulu.”

Mendengar jawaban itu menciptakan senyum lebar di kedua sudut bibir Kathrina, memberikan ruang untuk Gita turun dari motornya.

“Ayo kak, kebetulan di rumah lagi ga ada siapa-siapa juga. Jadi kakak sekalian temenin aku yaa...” cengiran khasnya ditunjukkan dengan tangan yang menarik lengan kemeja Gita—mengajak yang lebih tua untuk ikut masuk ke dalam rumah.




☆☆☆☆☆




Hujan semakin deras diikuti dengan suara petir yang saling bersahutan. Gita yang duduk di sofa ruang tengah hanya menatap rintik hujan itu lewat jendela.

Irisnya sedari tadi melirik layar ponsel yang tak ada satu pun notifikasi dari sang pacar.

Helaan napasnya terdengar berat dan itu membuat atensi gadis remaja yang tengah duduk di lantai menatap Gita.

“Kakak kenapa? Daritadi diliat liat kayak yang lagi resah.”

Ada jeda cukup lama sebelum Gita menjawab pertanyaan Kathrina, “Engga kenapa-napa kok, cuma lagi nunggu kabar dari Indah.”

Bibir gadis itu membentuk bulat, kepala mengangguk pelan meski dalam hati agak cemburu.

Kathrina tau ini salah, tapi dia tidak bisa menahan perasaannya sendiri. Semakin dia pendam, semakin besar pula rasa yang tumbuh.

Seketika otaknya mendapat ide, diambilnya buku yang baru saja mereka beli. Lantas dia membuka asal halamannya.

“Kak... aku mau nanya, ini ngerjain nya gimana?” Kathrina menyodorkan bukunya ke hadapan Gita.

“Bukannya tadi kamu lagi nonton ya? Tiba-tiba banget ngasih buku.” Meski begitu, Gita tetap mengambil bukunya dan menganalisa soal.

“Biar kakak ga kepikiran mulu sama Kak Indah, jadi aku suruh mikirin soal aja.” Jawab Kathrina enteng.

‘Ini anak ada aja ya jawabannya.’ Pikir Gita.

“Terserah kamu aja deh Kath...” turun dari sofa, kini Gita duduk di sebelah Kathrina. Meletakkan buku di atas meja.

“Buku catatan kamu mana? Sekalian sama pulpen nya, biar nanti kamu catatan poin pentingnya.”

Kathrina segera mengambil peralatan miliknya di kamar, lalu kembali lagi ke ruang tengah untuk belajar bersama sang kakak kelas.




Cukup lama mereka belajar, menurut Gita, anak remaja di hadapannya ini bukanlah tipe anak yang susah saat mencerna materi. Kathrina cenderung cepat memahami apa yang dia jelaskan.

NelangsaWhere stories live. Discover now