13

434 40 14
                                    




"Maaf ya jadi ngerepotin kamu." Sedikit berteriak karena mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah Kathrina.

"Gapapa kak, malahan aku seneng bisa banyak ngobrol sama ibu." Jawab Kathrina sedikit kencang juga tak lupa diakhiri senyum manisnya.

Tadi ketika mereka berada di pusat rehabilitasi, entah kenapa ibunya tiba-tiba sangat akrab dengan Kathrina. Kedua wanita beda generasi itu mengobrolkan banyak hal—melupakan keberadaan Gita yang masih di dalam ruangan itu.

Sebenarnya sang ibu sudah tidak terlalu mengalami depresi hebat, namun kadang kala ibunya dapat kambuh di waktu yang tak terduga. Jadi mau tidak mau, Gita memilih menitipkan ibunya disana sampai kondisinya benar-benar pulih seperti sedia kala.

Ditambah juga dia tidak setiap hari ada di rumah, Gita tak ingin bila wanita kesayangannya itu melakukan hal berbahaya saat dia tak berada di rumah.

"Makasih ya udah mau nemenin ibu. Udah lama kakak ga liat ibu banyak ngobrol kayak tadi."

"Iya kak sama-sama, santai aja kali kayak sama siapa aja sih? Kan aku calon mantunya ibu." Diakhiri tawa pelan dari gadis di belakangnya.

Gita ikut tertawa, ibunya benar-benar menganggap jika Kathrina adalah menantunya, "Bisa aja kamu. Jangan dianggap serius ya apa yang dikatakan sama ibu."

'Mau serius juga gapapa sih.' Dalam hati Kathrina berharap jika itu akan terjadi di kemudian hari.

Motor yang dikendarai Gita pun sampai di pekarangan rumah keluarga Indarto. Kathrina segera turun dari motor.

Saat turun, dahinya mengernyit tipis karena dia melihat ada motor asing yang terparkir juga di halaman rumahnya.

"Kathrin..." Suara bas dari arah teras rumahnya. Dia menoleh dan mendapati pemuda berjaket bomber berdiri disana.

"Loudi?" gumam Kathrina pelan.

"Itu temen kamu yang tadi sore ya?" tanya Gita.

Anggukan pelan menjadi jawaban, gadis itu menarik lengan yang lebih tua agar ikut bersamanya.

"Eh.... ini kenapa tangan kakak ditarik?" meski begitu, Gita tetap mengikuti langkah Kathrina di belakang.

"Kok baru pulang sih?" ucap Loudi ketika Kathrina berada di hadapannya, sekilas dia melirik Gita yang berdiri di samping gadis itu.

"Lu sendiri ngapain disini?" Gadis itu balik bertanya, menanyakan kehadiran Loudi.

"Tas lu ketinggalan di motor gue." Ditunjuknya tas gendong Kathrina yang tergeletak di meja yang ada di teras.

Kening Kathrina mengerut, pantas saja daritadi dia merasa jika punggungnya terasa ringan.

"Kok bisa ketinggalan sih?"

Berdecak pelan dan memutar bola matanya malas, "Lho, kan lu sendiri yang minta buat gantungin tas di depan. Biar ga berat kan."

Penjelasan pemuda itu mendapat cengiran lebar dari gadis Leo. Sekilas dia memeluk lengan Loudi sebagai tanda terimakasih.

"Hehe... makasih ya udah nganterin tas gue." Seulas senyum cerah terbit di paras bule Loudi.

"Sama-sama..." Ucapnya saat Kathrina melepaskan pelukan pada lengannya.

Rasa aneh menjalar kala melihat interaksi Kathrina dan Loudi. Berdehem keras untuk menyadarkan kedua orang itu bahwa di tempat itu masih ada dirinya.

"Kalo mau pacaran jangan di depan gue." Intonasinya terdengar dingin nan datar, jangan lupakan juga raut muka Gita yang tak berekspresi itu.

NelangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang