18

682 63 24
                                    

Kathrina mengekori langkah lebar Gita dari belakang. Kaki jenjang yang lebih tua terhenti di parkiran.

Dia berbalik dan menatap Kathrina lekat. Sementara, gadis yang ditatap hanya mengernyit—tidak tau harus berbuat apa.

Hening menjelma, tak ada yang angkat bicara. Gita sibuk dengan isi benaknya dan Kathrina menunggu si Cancer buka suara.

“Jadi, Kak Gita mau ngomong apa?” kini yang lebih muda bersua.

Gita yang memang tidak tau ingin mengatakan apa pun terdiam, iris kelamnya tak lepas dari gadis di depannya itu.

Dia bergeming di tempatnya, semua kata yang ada di dalam kepalanya tiba-tiba mengurai begitu saja saat berhadapan dengan Kathrina.

Mendesah pelan, Kathrina sedikit kesal karena daritadi Gita hanya terdiam tanpa mengatakan apa pun, “Kak... ngobrolnya jadi ga? Kalo engga aku balik ke dal—”

Kalimatnya menggantung dan badanya sedikit terhuyung ke depan karena tarikan mendadak di pinggangnya.

Dalam hitungan detik, tubuh semampai itu berada dalam pelukan Gita.

“Kakak ga jadi mau ngomong sama kamu. Kakak cuma pengen ini.” Ujar Gita tepat di telinga Kathrina seiring dengan pelukan yang semakin mengerat.

Mendapat perlakuan seperti ini, Kathrina tak tau harus bereaksi bagaimana. Otaknya masih mencerna apa yang terjadi namun ia tetap menikmati dekapan hangat dari yang lebih tua.

‘Gue ga ngerti Kak Gita kenapa, tapi kapan lagi coba dipeluk kayak gini?!’ Inner si gadis Leo kegirangan.

Tak ingin melewatkan kesempatan, tangan Kathrina pun terangkat dan membalas pelukan Gita. Aroma woody yang menenangkan menguar dari tubuh Gita pun memenuhi rongga dadanya.

Rasa sesak yang sempat ia rasakan tadi perlahan menghilang, digantikan dengan sesuatu yang tak pernah bisa dia jelaskan.

Cukup lama Gita memeluk Kathrina, ia tak ingin melepaskan tubuh semampai itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak ingin membuat Kathrina merasa tak nyaman.

Rasa kosong menjalar saat yang lebih tua melepaskan pelukan mereka. Ekspresi Kathrina jelas sekali ingin melayangkan protes.

“Maaf udah lancang...” kepalanya tertunduk, intonasi terdengar melirih. Sejujurnya Gita takut jika Kathrina akan memarahinya.

Tapi setelah mendengar tawa kecil dari gadis itu membuat dia mendongak, menatap Kathrina heran.

“Panik banget sih kak? Padahal gapapa juga selama kakak yang peluk.” Masih mempertahankan senyumannya, Kathrina mencubit pelan pipi Gita.

Gita hanya bisa melongo, tampak jelas jika gadis itu terlihat kesenangan. Tak ada sedikit pun emosi yang menyertai sang gadis Leo.

“Kamu ga marah?”

“Menurut kakak?” Kathrina balik bertanya diikuti kerlingan genitnya.

Sungguh, sekarang Gita tak tau lagi harus bereaksi seperti apa. Menurutnya, Kathrina itu sulit ditebak.

“Kak Gita mau pulang?” tersadar, si Cancer pun mengangguk pelan.

“Kenapa? Kamu mau ikut bareng kakak?” Lanjut Gita.

Tanpa banyak berpikir, Kathrina mengangguk antusias dengan senyum lebar.

Yang lebih tua terkekeh pelan, dia menghampiri motornya yang terparkir rapi tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Oh ya, ini pake buat nutup paha kamu.” Gita melepas jaket yang dikenakan lalu menyerahkannya pada Kathrina seraya memakaikan helm untuk gadis itu.

Dengan malu-malu, gadis Leo pun menerima jaket milik Gita, “Makasih kak...”

NelangsaWhere stories live. Discover now