11

440 37 7
                                    


Senyum cerah itu tak kunjung luntur dari paras manis Kathrina. Sepanjang koridor menuju kelasnya, gadis itu terus saja tersenyum memunculkan pertanyaan heran dari penghuni sekolah.

“Kathrin lagi baru dapet lotre ya?”

“Dungu! Mana ada anak om Indarto maen lotre.”

“Tumben banget senyum? Biasanya juga jutek.”

“Eh... kakak galak itu senyum guys, momen langka ini.”

“Sering-sering senyum kayak gitu cantik....”

“Pantesan hari ini cerah, soalnya bidadari gue lagi senyum.”

Dan masih banyak lagi komentar dari para murid yang melihat tingkah Kathrina pagi ini. Namun itu semua Kathrina abaikan, langkah ringannya pun sampai di kelas. Dengan segera, dia pun duduk di bangkunya.

Ehemm... roman romannya ada yang lagi happy nih...” mendongak, di hadapannya berdiri seorang pemuda jangkung berparas rupawan.

“Pagi Loudi...” sapa Kathrina pada pemuda jangkung itu masih dengan senyuman di bibirnya.

“Lu tumben masih pagi udah senyam senyum kek gini, ada apa?” Loudi kembali menanyakan alasan kenapa gadis itu tersenyum di pagi hari.

“Aduh Loud, gue tuh hari ini seneng banget... soalnya kemarin ya, Kak Gita bilang gue cantik aaaa....”

“Mana katanya dia udah bilang gue cantik tuh buat yang kedua kalinya. Berarti Kak Gita mengakui kalo gue cantik...” Lanjutnya dengan excited.

Tatapan datar Loudi layangkan kepada Kathrina, jemarinya menyentil kening gadis itu, mengakibatkan gadis Leo meringis pelan.

“Lebay lu! Ketimbang dibilang cantik aja heboh. Gue juga bisa kali bilang lu cantik, pake banget malah.”

Mendengar respon Loudi yang seperti itu mengundang cibiran dari gadis Leo, “Cih... kalo lu yang bilang ga ada spesialnya, soalnya lu buaya cap kampak.”

Kali ini Loudi yang terlihat kesal dan mendengus, “Huh... cewek lebay emang.” Setelah mencibir, dia melemparkan sekotak susu dan sebungkus roti. Tanpa berpamitan, pemuda itu pun pergi keluar dari kelas.

“Dih, ga jelas banget sih jadi manusia.” Menengok kepergian Loudi dengan tangan yang mulai membuka bungkus roti.

Tak berselang lama, Marsha dan Ashel pun masuk ke dalam kelas. Kedua gadis itu menghampiri meja Kathrina.

“Tadi Loudi habis kesini ya Tin?” tanya Marsha yang menemukan bungkus roti dan kotak susu di atas meja Kathrina.

Yang ditanya mengangguk, dia melanjutkan melahap roti yang diberi oleh Loudi.

“Tumben banget lu ga nolak makanan dari dia? Biasanya juga ditolak.” Ashel meraih kotak susu yang tergeletak di hadapannya, niat hati ingin meminumnya.

Namun belum juga sempat ia meraih kotak susu, tangannya dipukul pelan oleh Kathrina, “Diem lu Shel! Itu punya gue.”

“Pelit banget lu, biasanya juga ga pernah lu minum.” Protes Ashel.

“Diem, hari ini gue lagi seneng. Jadi jangan ganggu mood gue.” Ujar Kathrina seraya menancapkan sedotan ke kotak susu.

“Seneng kenapa? Lu udah mulai suka sama Loudi ya?!” celetukan dari Marsha mendapat tatapan tajam Kathrina. Dilemparnya komik yang selalu ada di kolong bangku kepada gadis anime itu. Dengan sigap Marsha menangkap komik miliknya.

“Mulutnya minta dijejelin sambel Mbak Sumini ya?!” kesal Kathrina.

“Ya abisnya, lu makan makanan dari Loudi sih.” Jawab gadis berkulit putih pucat itu.

NelangsaWhere stories live. Discover now