19

429 51 20
                                    




09, September 2019


Terengah di pinggir lapang, pelipis dibanjiri keringat sehabis menyelesaikan latihan basket.

Jersey yang dikenakan pun basah oleh keringat, “gerah banget weh...”

“Mandi gih Niel, bau busuk lu udah kecium sampe sini.” Teriak Olla yang duduk cukup jauh dari Oniel berada.

“Ngoceh mulu biawak.” Handuk kecil melayang ke arah Olla, namun salah sasaran.

“Sorry bro, ga sengaja.” Oniel menunjukkan cengiran khasnya dengan kedua tangan yang menempel terangkat ke atas— membuat gestur meminta ampun.

Yang terkena lemparan handuk milik Oniel hanya berdecak kesal, “Handuk lu ga dicuci berapa lama sih? Bau jahanam banget!” celetukan itu mengundang tawa dari orang-orang yang berada di lapang.

“Lu jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong bikin sakit hati ya Gits.” Ucap Oniel dengan dramatis, bersikap seolah tengah tersakiti.

“Lebay banget lu Niel...” kembali dilemparnya handuk itu kepada sang pemilik.

Sore itu seperti biasa dihabiskan dengan pembicaraan random seusai latihan rutin ekskul basket. Ditengah obrolan mereka, seorang gadis menghampiri Oniel lantas menyodorkan botol air mineral dingin.

“Diminum ya Niel.” Ujarnya dengan senyum manis yang menghias paras ayu itu.

Oniel tidak langsung mengambil botol minum yang disodorkan gadis itu, sekilas dia melirik Gita yang pura-pura tak melihat interaksi barusan.

Paham dengan situasi, gadis ayu itu tersenyum tipis, “Ini buat kamu dan ini satu lagi buat Gita.” Dia menunjukkan botol minum di tangan satunya lagi kepada Oniel.

“Makasih ya Ndah.” Senyum khasnya terbit seraya menerima botol minum itu.

Gadis itu mengangguk kecil lalu perhatiannya dialihkan pada Gita yang berada tak jauh dari tempat Oniel.

“Ini buat kamu juga.” Tak banyak bicara, Gita menerima botol minum dengan senang hati diikuti senyum tipis tanda terimakasih.

Setelah mengantarkan minum kepada dua orang itu, Indah pun pergi dari lapangan dan kembali ruang OSIS.




Hari beranjak senja, langit oranye dengan sedikit keunguan menjadi pemandangan sebelum malam menjelma. Dan di parkiran sekolah masih terlihat beberapa kendaraan yang terparkir rapi disana.

“Nungguin anak OSIS ya kalian?” tanya si Sinambela saat hendak memakai helm.

Kedua orang yang ditanya pun mengangguk singkat, melihat itu Olla pun paham.

“Kali ini siapa yang pulang bareng siapa nih?” tidak ada jawaban sama sekali. Oniel dan Gita hanya saling tatap tanpa berniat menyahut perkataan Olla.

Terkekeh dengan respon kedua temannya itu, dia menggeleng pelan seraya menyalakan mesin motornya.

“Pesen gue, jangan sampe ribut ribut lah kalian berdua. Gue duluan ya bro!” Setelah berpamitan, motor pun ia pacu untuk meninggalkan area sekolah.

Setelah kepergian Olla, kedua sahabat itu hanya terdiam—bergelut dengan pikiran masing-masing.

Tak lama berselang, derap langkah kaki dan sedikit perbincangan antara beberapa orang memecah keheningan yang tercipta diantara Oniel dan Gita.

Keduanya menatap ke arah kedatangan dua gadis yang asik berbincang, yang ternyata itu adalah Indah dan Chika.

“Lho, kalian masih disini?” tanya Chika.

“Mau ngajak Indah pulang bareng, jadi kita nunggu anak OSIS balik.” Kini Oniel membuka suaranya dan Gita pun hanya mengangguk pelan.

Mendengar namanya disebut, Indah menatap Oniel dan Gita bergantian. Cobaan macam apa lagi ini ya tuhan, pikir gadis itu.

Bukannya tidak ingin pulang bersama salah satu dari mereka, tapi jika Gita dan Oniel yang menunggu berbarengan seperti ini, Indah pun bingung.

“Chik, lu balik barang gue aja.” Ajakan tak terduga dari si Cancer membuat Chika melongo.

“Buruan! Keburu berubah pikiran nih gue.” Helm ia sodorkan kepada Chika.

“Eh iya iya.... sabar sebentar napa?!” Segera gadis jangkung itu menerima helm dari tangan Gita dan langsung naik ke atas boncengan Gita.

“Gue duluan.” Pamitnya pada dua insan yang masih menatapnya dengan kebingungan.


Dipacunya motor di atas rata-rata kecepatan, cengkraman pada pinggir jaket yang dia kenakan semakin erat.

“Woi!! Kalo mau mati jangan ngajak-ngajak!!” protes gadis yang berada di belakangnya disusul pukulan cukup kencang pada pundaknya.

Tak menggubris, Gita semakin menambah kecepatan motornya dan Chika pun hanya bisa pasrah, dia berdoa agar nyawanya tidak melayang di usia muda.

Cukup sekitar limabelas menit, kini keduanya telah sampai di depan rumah gadis Batak itu. Dengan perasaan kesal nan dongkol, Chika turun dari motor Gita.

Sedikit melompat agar bisa turun dari motor besar itu, “Gila ya lu! Untung aja masih selamat gue!”

Ekspresi Chika kentara terlihat marah, dia menyerahkan helmnya kepada sang pemilik yang diterima dengan wajah datar tanpa dosa.

“Ga mau lagi gue dianter balik sama lu. Mending naik angkot gue, makasih! Bye!” berlalu begitu saja, gadis jangkung itu masuk ke pekarangan rumahnya, meninggalkan Gita yang masih bergeming di tempatnya.

“Udah dianter balik juga, masih aja marah-marah.” Gumam si Cancer yang kembali memacu motornya, pergi dari depan rumah Chika.

Tidak lantas pulang, moodnya sedikit tak karuan. Jadi dia lebih memilih untuk berdiam diri di taman kota. Duduk melamun di tengah keramaian.

Satu cup minuman dingin sudah habis menemaninya, niat hati ingin berburu makanan, langkah Gita terhenti ketika irisnya menangkap sosok gadis kecil yang sedang duduk sendirian.

Awalnya dia tak berniat menghampiri gadis itu, namun melihat kegelisahan gadis itu, dia pun mau tak mau menghampirinya.

“Kenapa?” terdengar dingin, tapi itu berhasil menarik perhatian sih gadis kecil.

Mata bulatnya yang memantulkan cahaya lampu taman membuatnya terlihat berbinar, melebihi bintang di langit.

“Aku ditinggalin temen-temen kak...” suaranya mengecil dan otomatis menaikkan kurva sudut bibir Gita.

“Ayo kakak bantu cari temen kamu.” Tangan itu terulur yang disambut baik oleh gadis kecil itu. Keduanya pun mulai berkeliling untuk mencari keberadaan teman gadis yang Gita tebak adalah anak SMP.

Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya gadis itu bertemu kembali dengan teman-temannya.

“Makasih kakak dingin... ketemu lagi nanti ya...”

Senyum manis itu terus saja melekat diingatan Gita sampai saat ini. Dan satu lagi yang ia ingat tentang gadis manis itu, teman-temannya memanggil gadis itu dengan panggilan ‘Atin’.



.

.

.


I'm back~ ada yang kangen kah sama akoh?!

Sebelumnya ku mau minta maaf karena lama banget ga update:((

Maaf ya teman-teman, beberapa hari belakang ini I'm feeling unwell dan lagi sedikit sibuk juga jadi ga bisa update kayak biasanya

Tapi tapi tapi semoga update an ini bisa mengobati rindu kalian, eaa~~

Udah deh cuma gitu doang, jangan bosen bosen nungguin Chan update yaaa... bye bye semua~

See you next time;)

NelangsaWhere stories live. Discover now