17

477 48 17
                                    

“Ditekuk aja itu muka, ga enak dipandang tau...” yang disindir menoleh, menatap Olla dengan tatapan tajamnya.

“Eiii... santai sob santai....” dia menarik kursi kayu dan duduk di dekat meja bar.

“Ngapain lu disini? Biasanya juga seharian di bengkel.” Tanya Gita tak senang, kehadiran Olla mengusik keterangannya.

Sore ini cafe cukup sepi, hanya beberapa pelanggan yang datang. Mungkin karena seharian ini hujan mengguyur, sehingga membuat orang-orang enggan keluar.

“Lah, kok ngatur? Suka suka gue lah mau kemana juga.”

“Ya... ya... ya... terserah lu aja.” Tanggapan Gita terdengar malas.

“Sensi banget sih lu, ga dikabarin sama Indah?” tepat sekali, tebakan Olla tepat sasaran. Namun ada hal lain juga yang mengusik moodnya.

Tak ada jawaban dari sang lawan bicara, membuat Olla berspekulasi jika tebakannya benar.

“Kata Jessi, disana emang susah sinyal. Oh iya, lu tenang aja, Indah pasti aman, soalnya ada Oniel kan?”

Tangan Gita yang tadinya hendak meraih toples kopi pun terhenti, dia sejenak melirik Olla. Helaan napas lolos dari bibirnya, dia duduk di kursi kayu dan berhadapan dengan Olla.

“La, salah ga sih kalo gue ga terlalu suka Indah deket sama Oniel?” Pertanyaan dari manusia Cancer itu mengundang kerutan dalam pada dahi Olla.

“Hah? Gimana? Gue belom ngerti mak—” Kalimatnya tak dilanjutkan, Olla kini mengerti dengan maksud Gita setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan sang sahabat.

“Paham kan? Gue cuma takut aja La...” Olla menggaruk pelipisnya, dia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dirinya cukup paham dengan permasalahan ketiga orang itu.

Jika dijabarkan akan sedikit memancing emosinya. Kejadian beberapa tahun lalu adalah hal terbodoh yang pernah mereka lalui.

“Udahlah Git, itu masa lalu. Lu bisa liat sendiri kan Indah pilih siapa?”

“Hati seseorang ga ada yang tau La. Hari ini mungkin dia sama gue, tapi ga tau besok lusa dia ga tau bakalan sama siapa?” sungguh, rasanya dia ingin menyerah jika ada sangkut pautnya dengan Oniel.

“Yaaa.... ga salah juga sih apa kata lu, tapi udah jangan terlalu dipikirin. Kalo emang jodoh ga bakalan kemana.” Ujar Olla, mencoba untuk menenangkan Gita.

Gita hanya terdiam, enggan merespon apapun. Dia melamun, banyak sekali hal yang bermunculan di dalam kepalanya.

“Ngelamun mulu, mending bikinin gue kopi.” Sebuah pukulan mendarat di bahunya, membuyarkan lamunan Gita.

“Cih, ganggu aja lu.” Dumelnya namun masih melakukan apa yang diminta Olla.










09.30 pm

Gita baru saja menyelesaikan pekerjaannya, dia melepas apron yang hampir seharian menggantung di lehernya. Duduk di pojok ruangan karyawan dengan kaki yang diluruskan.

“Udah mau pulang Kak Gits?” seorang anak remaja masuk ke dalam ruangan dengan senyum ramahnya.

Sekilas Gita melirik dia sambil tersenyum tipis, “Iya Rai, lumayan capek juga handle dapur.”

“Langsung pulang atau mau manggung dulu kak?” Raisha, anak remaja itu kembali bertanya, karena dia tau jika Gita tak pernah sekalipun melewatkan live perform.

“Emang hari ini ada jadwal live?” alis Gita mengerut, dia tak tau jika hari ada live perform.

“Ada, tadi Boss Ji nyuruh aku siapin panggungnya.” Jelas Raisha menyimpan kabel yang tak jadi ia pakai.

NelangsaWhere stories live. Discover now