☁️ㅣ1. Kedatangannya di SMA Pelita

10K 1K 124
                                    

Siap dengan chapter pertama? 

Komen di paragraf yang menurut kamu seru!

Dan ramaikan chapter ini untuk update selanjutnya!

Jangan lupa follow instagram:
ariraa_wp
zanava.fam

"Bulan udah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bulan udah siap?"

Sosok gadis berambut panjang yang ditanya itu belum sempat menjawab saat tiba-tiba saja tubuhnya yang sedang duduk di kursi makan terangkat dengan mudah oleh kakak pertamanya, Alderion Zanava, sekaligus lelaki yang bertanya tadi. 

Jadinya gadis itu tidak berkata apa-apa selain mengencangkan pegangannya pada sekeliling pundak Alderion pertanda bahwa ia siap berangkat ke sekolah.

Lelaki lain datang, memakaikan jepit rambut pada gadis yang tersenyum melihatnya. "Sapu tangan ini abang beliin kemarin buat Bulan. Besok abang kasih yang lain, Bulan maunya apa?"

Kakak kedua, Alzero Zanava datang dengan sapu tangan terjulur pada gadis yang Alderion gendong. Setiap hari, pasti akan ada satu barang baru yang ia beli hanya untuk adiknya. Entah itu dengan alasan penting atau alasan random yang kadang tidak masuk akal. Yang penting menurutnya, ia sudah memberikan sesuatu.

"Biar gue yang pegang." Sebelum gadis tadi menjawab, sosok lain merebut sapu tangannya lantas berjalan menjauh begitu saja.

"Varo! Sapu tangannya belum dipegang Bulan!"

"Sama aja."

Lelaki itu menyahut malas-malasan, melengos dari ruang makan. Ia berperan sebagai kakak ketiga. Alvaro Zanava, yang tak suka banyak bicara, ia lebih banyak bertindak.

"Udah, nggak papa. Nanti sapu tangannya pasti dikasih," ucap Alderion yang tak ingin mendengar keributan pagi ini.

"Ayo Bulan! Bang Rion, legoooh kita ke sekolah. Nanti telat, terus dihukum. Emang bang Rion mau Bulan dijemur di lapangan? Panas bang, panas!"

Satu lagi, lelaki yang sebenarnya kembaran dari Alvaro tapi sayangnya kembar tidak identik. Alvano Zanava yang kebiasaannya berbanding terbalik dengan Alvaro, yaitu banyak bicara dan banyak tingkah.

"Ayo, Bang, ayoooo!" Alvano menarik-narik lengan kemeja Alderion. Sebenarnya, ia tidak takut terlambat ke sekolah, ia hanya takut pada satu hal yang pasti akan datang setiap pagi.

"Sebentar." Alderion menatap gadis di gendongannya sejenak. "Inget-inget lagi, Bulan. Gak ada yang ketinggalan?"

Rembulan Zanava. Sosok gadis yang diperlakukan bagai ratu di kediaman Zanava. Apalagi semenjak kedua kakinya mengalami cedera dan belum bisa digunakan untuk berjalan sampai sekarang dirinya menginjak kelas 12 SMA.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang