☁️ㅣ17. Bagaimana Faktanya?

3.7K 503 126
                                    

Alderion menghentikan laju mobilnya saat ia tiba di gerbang SMA Pelita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alderion menghentikan laju mobilnya saat ia tiba di gerbang SMA Pelita. Sebelum turun dan membiarkan Rembulan diambil alih oleh sosok lelaki yang sudah berdiri tegap di depan gerbang, Alderion menyampingkan posisi tubuhnya menghadap Rembulan, mengelus kepala adiknya dengan lembut.

"Tadi ada apa sama Nenek?" tanyanya, membuat Rembulan fokus padanya.

Alderion tidak mungkin diam saja. Apalagi setelah Rembulan berani membalas Isabela tadi. Sebelumnya, Rembulan memang selalu diam dan tak mau menanggapi Isabela, namun kali ini berbeda. Dan Alderion tidak bisa mengabaikannya.

"Maaf, Kak." Rembulan menunduk dalam. "Bulan gak sopan sama Nenek."

"Nggak papa, beneran gak papa," ujar Alderion tak mau membuat Rembulan murung di pagi hari. Ia juga mengerti, setiap sesuatu akan memiliki alasan di baliknya. "Kakak cuman mau tanya aja. Bulan jarang banget nanggapin Nenek, tadi pagi bikin kakak kaget, lho."

Pandangan Rembulan mulai terangkat, ia tersenyum pada Alderion dengan tatapan teduhnya. "Ada ucapan Nenek yang selalu nyinggung Bulan. Kata Agar, kalau ada orang yang bikin gak nyaman, kita boleh lawan, Kak."

Mendengar jawaban serta satu nama tersemat di sana, Alderion mengangguk mengerti. Matanya tertuju pada kaca mobil samping Rembulan, menampilkan sosok lelaki yang dimaksud oleh Rembulan barusan.

Setelah Alvaro dan Alvano tak menjaga Rembulan di sekolah, akan ada banyak hal yang dilewatinya mengenai Rembulan, akan ada banyak hal pula yang tak diketahui olehnya. Yang artinya, membuat pengawasannya jauh dari Rembulan.

Tetapi Alderion tidak berpikir itu buruk, selama apa yang diterima oleh Rembulan memanglah baik untuk gadis itu sendiri maka Alderion tidak akan mempermasalahkan.

Alderion tersenyum, mengelus puncak kepala Rembulan lagi. "Iya, boleh dilawan. Asalkan gak melebihi batas, oke?"

"Oke, Kak Rion!"

Iya, Rembulan tidak akan melewati batasnya, sebab ia tahu posisinya di keluarga Zanava.

Menarik kedua sisi wajah Rembulan, Alderion mengecup singkat kepala adiknya. "Mulai minggu depan Bulan diantar sama bang Zero, atau supir. Soalnya kakak udah sibuk persiapan skripsi. Maaf ya, Kakak juga kayaknya bakalan jarang di rumah, deh, soalnya sibuk nyari kepastian dosen."

Kepala Rembulan mengangguk, kekehan pelannya mengudara membuat Alderion ikut terkekeh. "Gak papa, Kak. Semangat ya!"

"Kalau Bulan yang ngasih semangat, Kakak gak akan lemes sampai dua tahun ke depan!"

Rembulan tertawa ringan, kini pandangannya tak lepas dari Alderion yang telah keluar dari mobil untuk membawa kursi rodanya.

"Agar-Agar, jangan sampai Bulan kenapa-napa. Soalnya saya mau persiapan skripsi, dan saya bisa aja berubah jadi serigala kalau ada masalah," ungkap Alderion begitu berhadapan dengan Agraska.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang