☁️ㅣ8. Awan Pelindung Rembulan

4.7K 606 135
                                    

AGAR BULAN KEMBALI!

KANGEN GAK? JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTARNYA!

Agraska menekan layar ponselnya dan pesan yang ia ketik dua menit lalu telah terkirim ke roomchat-nya bersama Laila, alias calon mama mertua, katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agraska menekan layar ponselnya dan pesan yang ia ketik dua menit lalu telah terkirim ke roomchat-nya bersama Laila, alias calon mama mertua, katanya. Setiap bel pulang sekolah berbunyi, Agraska akan mengirimkan laporan bahwa Rembulan baik-baik saja. Itu semua ia ketik lebih dulu ketika jam istirahat lalu ia kirim di jam pulang. Sudah menjadi kewajiban.

Hitung-hitung, ia mencari perhatian agar disukai calon mama mertua, katanya.

Agraska bersenandung riang saat Laila membalasnya dengan ucapan terima kasih serta emoji tersenyum. Langkah kaki Agraska kini semakin lebar hingga tiba di depan kelas 12 IPA 1.

Entah kebetulan atau apa, setiap saat pasti kelas Agraska akan selesai lebih dulu dibandingkan kelas Rembulan. Jadinya ia bisa lebih cepat dan menunggu gadis itu. Namun kali ini, sepertinya Agraska tidak akan menunggu bersama sahabat-sahabatnya saja, Alvaro dan Alvano terlihat berdiri di depan kelas Rembulan dan balas menatapnya.

"Tumben baru kelihatan nih, Varvan." Senyum Agraska tersungging lebar, sebelah tangannya terangkat ingin mengajak tos, tapi yang ia dapatkan malah tendangan ringan di tumit dari Alvaro membuatnya meringis dan segera menjauh. "Huuu, galak lo!"

"Lo gak macem-macem 'kan sama Bulan selama seminggu ini?" Alvano tak mau kalah dari Alvaro, memancarkan aura permusuhannya pada Agraska. Ia berkacak pinggang. "Lo sama Bulan harus tetep ada batasnya, Cacing Alaska!"

Agraska mendengkus. "Satu macem aja."

"Apa?!"

"Bercanda, ya elah. Emangnya gue monster yang mau hap Bulan?! Nggaklah. Nanti nunggu nikah dulu, baru hap! Lalu ditangkap." Lagi-lagi senyuman lebar Agraska keluar, kini ia langsung mendapat pukulan ringan di kepala dan juga tamparan di punggung karena Alvaro dan Alvano. Sontak saja ia membungkuk. "Ampun, iya ampun! Bercanda doang!"

"Gue pastiin lo gak akan nikah sama Bulan." Alvaro berujar tegas, matanya menatap Agraska dengan tajam seperti biasanya, lantas berdecih.

Sangat menyetujui apa yang dikatakan saudara kembarnya, kepala Alvano mengangguk-ngangguk heboh. "Bulan mana mau modelan cacing kepanasan begini."

"Cacing ganteng nih, bos! Senggol dong!" Agraska menyahut.

"Udah, Pak Bos, udah. Dua lawan satu gak bisa menang." Navy menepuk-nepuk pundak Agraska dan menariknya. Ia sedikit prihatin melihat Agraska yang sudah ditolak mentah-mentah oleh kakak dari gadis yang disukai.

Agraska berbalik dengan kedua alisnya yang menukik. "Lo bantuin gue dong, biar seimbang, dua lawan dua! Bagusnya lo sama lo juga bantu!" tunjuk Agraska pada Navy, Leon, dan Genta.

"Susah kalau lawannya restu abang," sahut Leon.

Genta mengangguk. "Apalagi cewek bungsu."

"Aah lo! Gak guna gue punya anak buah." Mendelik sebal karena jawaban para sahabatnya, Agraska hendak kembali berbicara pada Alvaro dan Alvano. Namun pintu kelas yang mereka tunggu kini sudah terbuka, guru keluar dari sana dan pergi setelah membalas sapaan riang Alvano.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang