☁️ㅣ27. Isabela Sudah Pulang!

2.9K 436 83
                                    

"Pelan-pelan, Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan, Ma."

"Aku tahu, diamlah." 

Laila hanya tersenyum mendapat respons ketus dari Isabela. Ia sudah biasa seperti ini, diperlakukan kurang mengenakan oleh Isabela adalah kesehariannya. Namun ia tetap membantu memapah Isabela hingga wanita itu kini duduk di kursi ruang tamu.

"Ambilkan minuman hangat," ucap Isabela, sama sekali tidak ada niatan memanggil pelayan untuk menuruti apa yang ia inginkan. 

Laila mengangguk dan segera pergi dari sana. Sementara Hana dan Hanina yang mengikuti sedari tadi langsung mendudukkan diri di samping kanan dan kiri Isabela. Setelah pulang sekolah, mereka sengaja langsung ke rumah sakit bersama Alvaro dan Alvano untuk menjemput Isabela pulang, berhubung Leonardo juga sudah kembali ke luar negeri karena kesibukannya di sana. 

"Seneng banget, deh, akhirnya Nenek bisa pulang hari ini. Coba kalau masih lama, kami pasti kayak mayat hidup aja di sini, gak dianggap." Hana merangkul lengan Isabela disertai dengan senyuman manisnya, membuat kepalanya kini dielus perlahan.

"Siapa yang berani menelantarkan cucu nenek?" Isabela tertawa kecil. "Gak akan ada yang berani begitu." 

Hana tersenyum puas, ia hendak kembali membuka suara namun Laila datang membawa apa yang Isabela minta tadi, jadinya ia kembali bungkam dan memperhatikan pergerakan Laila.

"Kamu tidak lihat di sini ada cucuku? Kenapa hanya satu minuman?" Isabela dengan tatapan tajamnya menusuk Laila. Ia mendengkus keras saat Laila menatapnya. "Ingin dianggap menantu tapi pekerjaan begini saja tidak becus."

"Apa gunanya pelayan?" suara Alvaro terdengar kala ia masuk ke dalam rumah bersama dengan Alvano. Mereka baru saja selesai menyimpan motor di garasi. "Ini rumah Mama, jangan seenaknya, Nek."

"Varo, gak boleh gitu, Nak. Ayo sini istirahat dulu. Kalian mau puding, gak? Mama siapin, ya?" Laila menghampiri kedua anaknya. Ia tidak mau ada keributan lagi padahal permasalahan mereka baru saja selesai bukan?

Isabela yang tersulut tentu saja tidak tinggal diam, namun pandangannya kini terarah pada pintu utama di mana dua orang datang setelah mengucapkan sapaan sopan. Ada Rembulan di sana, melangkah perlahan dibantu oleh seorang lelaki yang pernah Isabela cari tahu mengenai latar belakangnya.

"BULAN?!" Alvano berteriak terkejut melihat pemandangan itu, ia berlari menghampiri disusul oleh Alvaro. "Jangan dipaksain! HEH CACING ALASKA, LO YANG MAKSA BULAN?!"

"NGGAK?!" Agraska melotot panik. "Gue cuman mau bantu Bulan jalan pelan-pelan. Kalau gue maksa, gue pasti nyeret-nyeret Bulan!"

"Minggir lo!" Alvaro segera mengambil alih Rembulan dan menjauhkannya dari Agraska. "Ngapain lo ke sini?"

Memutar bola matanya, Agraska tidak menduga jika Alvaro dan Alvano sudah ada di rumah. Ia pikir dua lelaki kembar itu akan menghilang seperti biasa karena ulah sepupu mereka. Siapa sangka, hari ini berbeda.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang